Ads

Senin, 11 April 2011

Rasa Ketidakpedulian

Hari ini saya pulang lebih telat dari biasanya. Menghabiskan waktu sore hari di kantor setelah bos bos pulang untuk sekedar bermain Counter Strike selama hampir satu jam. Jalanan yang sering hujan juga membuat saya malas untuk pulang buru-buru hari ini.


Saat saya pulang dari kantor, cuacanya cukup bagus. Tetapi mendekati daerah perempatan mampang, hujan mulai turun sehingga jalanan menjadi lebih macet dari biasanya. Saat itu saya duduk di bus, mengutuk hujan yang tidak sabar turun. Kenapa tidak tunggu sampai saat saya sampai di rumah, baru hujan turun, pikir saya dalam hati.


Sambil mengutuk hujan dan jalanan yang macet, saya celingak celinguk tidak jelas saja di dalam bus. Keadaan saya tidak begitu fokus karena terlalu kesal dengan kemacetan jalan. Hujan yang turun juga membuat rasa kesal saya menjadi semakin menjadi-jadi sehingga saya tidak memperhatikan lingkungan sekitar saya sama sekali.


Perlahan tapi pasti, saya samar-samar mendekat seorang bapak-bapak berbicara dengan seorang wanita yang duduk di sebelahnya. Saya mendengar sang bapak meminta sang wanita untuk melihat lampu Reklame Toko Holland Bakkery. Saya tidak begitu jelas dengarnya, tetapi yang terakhir saya dengar adalah sebagai berikut, "Tuh tuh, yang paling kanan, lihat deh".




Karena tidak ada kerjaan, dan kebetulan bus saya diam di sana tidak jalan karena macet, saya ikut-ikut mencoba mencari apa sih yang sebenarnya bapak tersebut coba tunjukan kepada teman wanitanya itu. Saya coba perhatikan jelas-jelas lampu-lampu yang ada di Holland Bakkery tersebut, tetapi saya tidak menemukan apa-apa. Tampaknya wanita teman bapak tersebut juga sama seperti saya karena dia juga tidak menemukan apa-apa.


Bapak tersebut kemudian berkata kepada teman wanitnya, "Lampu yang paling kanan. Lihat tuh, konslet."


Mendengar kata konslet, saya lalu segera mencoba mencari-cari lagi, tetapi tidak ketemu. Akhirnya saya putuskan untuk mendiamkan saja, hingga akhirnya terdengar teman wanita bapak tersebut berkata, "Iya.. iya tuh, konslet"


Akhirnya, karena sang wanita itu menunjuk, saya lalu melirik dan dapat melihat lampu bagian kanan Holland Bakery terlihat percikan api. Api tersebut kecil, dan bukan api yang membakar, tetapi lebih seperti percikan api kecil-kecil yang tidak membakar.


Melihat saya bangun, bapak itu lalu berkata, " Konslet tuh, kasih tau kasih tau ke orangnya".


Saya mendengar itu, entah kenapa, tidak mau dan lalu sekejab lampu tersebut mati dan saya berkata, "wah sudah mati tuh".


Tapi tidak berapa lama kemudian, api itu muncul lagi, dan kali ini, diikuti dengan asap kecil. Tampaknya konslet tersebut sudah mulai membakar sesuatu.


Bapak tadi tetap berkata, "Kasih tau mas, kasih tau orangnya!"


Dalam hati saya, saya berkata, "Mengapa harus saya yang kasih tau. Bukankah bapak itu yang lihat pertama kali."


Awalnya saya diam saja, tetapi karena saya liat asapnya makin menebal, dan tidak ada satupun orang yang mengambil tindakan selain menampakan wajah panik, akhirnya saya coba membantu. Saya berteriak-teriak memanggil seorang pengandara motor yang kebetulan ada di situ. Dia sedang berteduh dari hujan sambil mulai memakai jas hujannya.


Saya tau, harusnya saya turun dan mencegah konslet itu mejadi semakin besar, tetapi saya merasa takut nanti saat saya turun, kemacetannya berhenti, dan bus saya nantinya akan meninggalkan saya. Jadi saya coba minta si pengendara motor yang sedang berteduh sambil memakai jas hujan itu untuk memberitahukan tentang masalah konslet tersebut.


Tetapi, si pengendara motor yang berteduh tadi tampaknya pura-pura tidak mendengar teriakan saya. Saya panggil-panggil dia tetap tidak mau menengok. Sampai akhirnya saya bilang, konslet konslet. Dia lalu maju ke depan dan melihat konslet tersebut, kemudian karena dia sudah selesai memakai jas hujan, dia lalu naik motornya kembali dan kemudian melaju maju meninggalkan toko yang mungkin bisa terbakar kapan saja.


Bapak yang pertama kali melihat dan teman wanitanya, melihat usaha saya gagal dan melihat bahwa saya mau sedikit berkorban dengan berteriak-teriak dari bus lalu berkata, "mas turun saja, kasih tau orangnya, bahaya tuh, bisa kebakaran"


Lalu dengan teriakan saya tadi, hampir semua penumpang bus melihat konslet tersebut, dan semuanya hanya berguman-guman kecil, "kasih tau tuh, kasih tau, turun turun".


Entah kenapa, walau hati nurani saya berkata, turun turun, tetapi kaki saya menolak untuk bergerak turun dan saya hanya tetap terdiam di depan pintu mobil sambil berharap ada orang lain yang bisa saya mintai bantuan. Hingga akhirnya kenek bus yang saya naiki melihat apa yang terjadi. Dengan teriakan super seorang kenek Bus, sang kenek berhasil menangkap perhatian orang yang berteduh di toko sebelah Holland Bakkery. Kenek tersebut berkata, "Konslet tuh, bisa kebakaran, kasih tau"


Yah, tampaknya kenek tersebut juga sama seperti saya, menolak untuk turun dari mobil dan berharap ada orang lain yang mau menyelesaikan masalah tersebut. Tapi kali ini, orang yang mendengar suara kenek tadi lebih bertanggung jawab dari pengendara motor yang saya teriaki. Tetapi tetap, dia bukannya langsung berlari ke toko Holland Bakkery untuk menginfokan pesan si kenek, tetapi Dia malah celingak celingun selama beberapa detik.


Tampaknya orang tersebut juga sama seperti saya, mencoba menindahkan tanggung jawab tersebut ke orang lain. Kebetulan sekali, di toko sebelah Holland Bakkery ada satpam. Orang tersebut lalu memberitahukan masalah konslet tersebut kepada sang satpam. Mendengar hal itu, sang satpam kemudian bergerak cepat melihat kebenaran beritanya dengan maju ke jalan dan melihat lampur yang konslet dan lalu dengan sigap lari masuk ke dalam toko Holland Bakkery. Saya rasa akhirnya dialah yang menginfokan ke si pemilik toko tentang apa konsleting yang terjadi di tokonya.


Saya tidak tau kelanjutan tentang apa yang terjadi dengan toko Holland Bakkery tadi karena bus saya kemudian melaju karena jalanan sudah mulai lancar kembali. Tetapi saya positif bahwa dengan satpam tersebut sudah masuk ke toko tersebut sambil berlari, saya yakin pemilik tempat tersebut akan langsung mematikan lampunya dan bahaya kebakaran bisa di hindari.


Ironi yang terjadi adalah, selesai satpam itu masuk dan bus berjalan, sang kenek berkata kepada bapak yang pertama kali menemukan konsleting tersebut, "Untung ada kita, kalo tidak bisa kebakaran tuh"


Sang bapak menjawab, "Harusnya kita di bagiin roti ( Holland Bakkery ) ya sama yang punya toko"


Saay masalah terjadi, semua orang ( termasuk saya ) menolak untuk melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi saat hasil keluar, masing-masing merasa memiliki jasa yang besar dan merasa menjadi pahlawan.


Jujur saja, selepas Bus berjalan, tidak ada habisnya saya memikirkan hal ini. Saya berpikir, apa yang terjadi, jika karena saya menolak untuk turun dan ternyata tidak ada yang peduli, dan api konsleting itu menjadi besar, terjadi kebakaran.


Saya berpikir, bagaimana nanti jika ada korban jiwa, bagaimana dengan jiwa saya jika saya melihat toko itu terbakar habis. Apakah nantinya saya bisa tidur dengan nyenyak lagi. Saya mulai sadar bahwa betapa egoisnya saya, dan kebanyakan orang, dengan berpikir bahwa 10 menit saya untuk menunggu bus berikutnya dan uang sebesar 2000 rupiah lebih berarti dari pada menyelamatkan nyawa orang dan harta benda milik orang lain dari bahaya kebakaran.


Saya ingat dulu, saya pernah ikut training ESQ, sekitar 3 tahun yang lalu. Waktu itu, beberapa bulan setelah training, semangat saya untuk menolong orang lain sangat tinggi. Tetapi karena tidak di biasakan, akhirnya rasa semangat membantu itu hilang lagi. Kini saya sadar bahwa saya adalah orang yang sangat egois dan memiliki rasa ketidakpedulian yang tinggi. Dan yang pasti, saya bukanlah satu-satunya orang seperti ini.


Saya sengaja tulis pengalaman saya ini untuk berbagi dengan teman-teman. Saya ingin mengingatkan teman-teman bahwa jangan sampai teman-teman jadi orang seperti saya, karena jujur saja, saya tidak akan bisa tidur dengan tenang lagi jika saja kebakaran tersebut terjadi. Rasa bersalah saya mungkin akan menghancurkan saya.


Ok, semoga hal ini berguna.


Terima kasih.

Tidak ada komentar: