Ads

Sabtu, 09 April 2011

Kisah Nabi-Nabi

Kisah Nabi-Nabi : Nabi Adam a.s.

List Kisah Nabi-Nabi


Berikut ini adalah Kisah Nabi Adam a.s. ( Nemu file save-an dari komputer temen, sayang bentuknya txt jadi gak tau asalnya dari mana ), Kisah Nabi Adam a.s. ini berdasarkan kisah dari Agama Islam.


Setelah Allah s.w.t. menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yang diciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi, memeliharanya, menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.


Kekawatiran Para Malaikat.


Para malaikat saat diberitahukan oleh Allah s.w.t. tentang kehendak-Nya untuk menciptakan makhluk lain itu, merasa khawati kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu, disebabkan kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya, sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, niscaya akan bertengkar satu dengan lainnya, akan saling bunuh-membunuh memperebutkan kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."



Allah berfirman, menghilangkan kekhawatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya, bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."

Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t. dari segumpal tanah liat kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna


Iblis Membangkang.




Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsur api, sedang Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun diperintah oleh Allah.


Tuhan bertanya kepada Iblis: "Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"


Iblis menjawab: "Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."


Karena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.


Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan, tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,s ebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat, dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang, menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.



Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."

Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.


Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya: "Cobalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu, jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."


Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka. Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata: "Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."


Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka: "Bukankah Aku telah katakan padamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."


Adam Menghuni Syurga.


Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa ( Eve ) untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya. Ia ditanya oleh malaikat: "Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"


Berkatalah Adam: "Seorang perempuan." Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya. "Siapa namanya?" tanya malaikat lagi. "Hawa", jawab Adam. "Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?", tanya malaikat lagi.


Adam menjawab: "Untuk mendampingiku, memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."


Allah berpesan kepada Adam: "Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lezat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar, dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu, ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."


Iblis Mulai Beraksi.


Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya. Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.


Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.


Ia membisikan kepada mereka bahwa larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang, indah bentuk buahnya dan lezat rasanya. Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.


Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."


Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah mereka: "Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami karena niscaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."


Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.


Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun beracun itu.


Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pelajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.


Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah, hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa ridho Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya. Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam.


Allah s.w.t. memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada mereka: "Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."


Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan cara hidup di syurga yang pernah mereka alami dan yang tidak akan berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya, berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya. Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain. Mereka saling bunuh-membunuh, aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya untuk memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia, jalan yang menuju kepada ridho-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.


Kisah Adam dalam Al-Quran.


Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25


Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.


Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia, bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.


Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecerdasan berfikir dan kekuatan fisikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal ini juga terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu. Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.


Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali. Rahmat allah dan maghfirah-Nya dapat mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik, sebagaimanapun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesadaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.


Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya, dilucuti kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.



Kisah Habil Dan Qabil, putera Nabi Adam a.s.

Setelah kemarin kita bahas kisah tentang Nabi Adam A.S, sekarang sebelum ke Nabi berikutnya, kita simak dulu cerita tentang Habil dan Qabil, Putera Nabi Adam A.S. Sama seperti kemarin, saya temukan cerita ini dari file milik temen saya, sehingga saya tidak tau harus kasih credit kemana.


Kisah Habil Dan Qabil, putera Nabi Adam a.s.


Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.


Siti Hawa melahirkan Anak kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabiel dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima", kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habiel dan adik perempuannya yang diberi nama "Labuda".


Kedua orang tua mereka, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah mengalami penderitaan yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka meharapkan dari keempat anak pertamanya untuk menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasainya sesuai dengan amanat yang telah dibebankan keatas bahunya.




Keempat anak ini besar dalam naungan kasih sayang kedua orang tuanya yang penuh cinta kasih. Mereka tumbuh dari kanak-kanak menjadi remaja. Yang perempuan sesuai dengan qudrat dan fitrahnya membantu ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita, sedang untuk anak laki-laki menempuh jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabiel berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habiel dibidang perternakan.


Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang dan saling cinta menyintai serta hormat menghormati. Masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukkan yang wajar, si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya, si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikian pula pergaulan di antara keempat bersaudara berjalan dalam harmoni damai dan tenang, saling bantu membantu, hormat menghormati dan bergotong-royong.


Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja.


Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan mamasuki alam akil baligh di mana nafsu birahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin semakin hari semakin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka. Hal ini tentu saja sudah menjadi bahan pertimbangan kedua orang tua mereka. Nabi Adam A.s. dan Istrinya memikirkan dengan cara bagaimana mereka dapat menyalurkan nasfu birahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.


Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikawinkan dengan puterinya. Qabiel dikawinkan dengan adik habiel yang bernama Labuda dan Habiel dengan adik Qabiel yang bernama Iklima.


Cara yang telah diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Adam dan kemudian disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka.


Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabiel. Qabil menyatakan bahawa ia tidak mau mengawini Labuda, adik Habiel dengan memberikan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Qabil berpendapat bahwa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikawinkan oleh Habiel.


Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki diantara sesama keluarga dan sesama suku.


Kerana Qabiel tetap berkeras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikawinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahwa masing-masing dari Qabiel dan Habiel harus menyerahkan qurban kepada Tuhan dengan catatan bahwa barangsiapa di antara kedua saudara itu diterima qurbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.


Qabiel dan Habiel menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habiel keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabiel datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cocok tanamnya yang ternyata rusak dan busuk. Kemudian kedua qurban itu (kambing dari Habiel dan gandum dari Qabiel ) diatas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis qurban itu.


Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit dimana kedua qurban itu diletakkan, terlihatlah api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang qurbannya Habiel yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabiel tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.


Maka dengan demikian keluarlah Habiel sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena qurbannya kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersuntingkan menjadi isterinya.


Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia.


Dengan telah jatuhnya keputusan dari langit yang menerima qurban Habiel dan menolak qurban Qabiel maka pudarlah harapan Qabiel untuk mempersuntingkan Iqlima. Ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menolaknya. Ia menyerah dan menerimanya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habiel yang akan dibunuhnya di kala ketiadaan ayahnya.


Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah, beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabiel. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merusakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.


Qabiel menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan menjamin bahwa sekembalinya Ayahnya dari berpergian, Ayahnya akan mendapatkan segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabiel namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habiel saudaranya.


Tidak lama setelah Nabi Adam meninggalkan keluarganya, datanglah Qabiel menemui Habiel di tempat penternakannya. Berkata ia kepada Habiel: "Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini."


"Apa salahku?" tanya Habiel. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?"


Qabiel berkata: "Ialah karena qurbanmu diterima oleh Allah sedangkan qurbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengawini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengawini adikmu yang buruk dan tidak menarik itu."


Habiel berkata: "Adakah berdosa aku bahwa Allah telah menerima qurbanku dan menolak qurbanmu? Tidakkah engkau telah setuju dengan cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kita laksanakan? Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nasfu dan ajakan syaitan! Jagalah perasaanmu dan pikirkanlah masak-masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahwa Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni. Apakah mungkin sesekali bahawa qurban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sehat dan paling kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.


Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buanglah niat jahatmu yang dibisikkan Iblis kepadamu, Iblis itu musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahwa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diridhainya. Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku."


Nasehat dan kata-kata mutiara Habiel itu didengar oleh Qabiel namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabiel yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengki didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-nyala dan ketika Qabiel bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habiel saudaranya, menjelmalah Iblis menjadi seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu kemudian diterapkannya atas diri Habiel di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habiel sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia


Penguburan Jenazah Habiel.


Qabiel merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu. Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mandir oleh Qabiel. Dalam keadaan sedih tersebut, Qabil melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habiel yang sudah busuk itu.


Kebingungan dan kesedihan Qabiel tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya tentang bagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu disia-siakan demikian rupa, maka dipertujukanlah kepada Qabiel, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabiel sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri: "Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"


Kemudian kembalilah Nabi Adam dari perjalanan jauhnya. Ia tidak melihat Habiel di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabiel: "Di manakah Habiel berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."


Qabiel menjawab: "Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."


Melihat sikap yang angkuh dan jawaban yang kasar dari Qabiel, Nabi Adam dapat menerka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habiel, puteranya yang soleh dan selalu bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Pada akhirnya terbukti bahawa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu Nabi Adam sedang pergi.


Nabi Adam sangat menyesali perbuatan Qabiel yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.


Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah s.w.t. Menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikaruniai kesabaran dan keteguhan iman bagi dirinya, dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabiel.


Kisah Qabiel dan Habiel Dalam Al-Quran.


Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah"Al-Maaidah" ayat 27 sehingga ayat 32 .


Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam A.S.


Bahwasanya Allah s.w.t. hanya menerima qurban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riya, takabur atau ingin dipuji. Barang atau binatang yang diqurbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal. Jika qurban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sehat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.


Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabiel. Itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."



Ok itu aja, semoga bermanfaat



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Idris A.S.

List Kisah Nabi-Nabi


Setelah kemarin kita mengikuti kisah Anak-anak Nabi Adam A.S. ( Habil dan Qabil ) dan Kisah Nabi Adam A.S. 2 Hari yang lalu, sekarang waktunya kita untuk membahas Nabi yang ke-2, yang wajib kita ketahui ( Sebenarnya Ada Nabi lain sebelum Nabi Idris a.s. ) yaitu Nabi Idris A.S. Sumbernya masih sama sehingga saya tidak bisa tuliskan di sini.


Nabi Idris A.S. menjalankan tugasnya di saat kebanyakan manusia mulai menyembah berhala Nabi mereka. Saat Manusia mulai kembali menjadi tidak beragama, menyembah banyak Tuhan dan tidak lagi beriman kepada Allah s.w.t. Mereka mengambil jalan yang salah dalam hidup mereka. Pada masa tertentu, Allah kemudian mengutuskan Nabi Idris A.S. untuk memulihkan dan membimbing mereka yang telah hanyut itu. Seperti di sebutkan dalam al-Quran yang artinya adalah sebagai berikut :


"Dan ceritakanlah ( hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris ( yang tersebut) dalam al-Quran. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi" (Maryam, 19: 56)




Seruan dan Penentangan

Nabi Idris A.S. menyeru umatnya untuk kembali menyembah Allah, Tuhan yang satu. Nabi Idris mengarahkan umatnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala. Beliau menekankan bahwa mereka tidak boleh dikuasai oleh sifat cinta akan harta dan kekayaan.


Nabi Idris mencegah mereka meminum arak dan meminum minuman lainnya yang dapat memabukkan. Namun, Hanya sebagian kecil saja yang mau mendengarkan seruan Nabi Idris. Mayoritas dari mereka menentang keras terhadap Ajakan Nabi Idris A.S. Namun hal ini tidak membuat Nabi Idris A.S. berputus asa. Nabi Idris a.s. terus menerus menyerukan kebaikan tanpa goyah pendiriannya. Nabi Idris A.S. dihargai atas keimanan dan kesabarannya di dalam Al-Quran, yaitu seperti yang tertulis di bawah ini:


"Dan ( ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami, sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang soleh" (Al-Anbiyya, 21: 85-86)



Penghijrahan ke Mesir

Walaupun telah bersusah payah luar biasa, Nabi Idris A.S. masih belum berhasil mencapai keberhasilan yang sepatutnya dan Nabi Idris merasa kecewa dengan kelakuan para penduduk di zaman itu. Lalu Nabi Idris diarahkan untuk berhijrah ke Mesir dan melaksanakan tugasnya di tebing sungai Nil.


Nabi Idris A.S. menyeru kepada penduduk di daerah tersebut supaya mereka semua menuju kepada agama Allah. Beliau menyerukan hal ini kepada berbagai kumpulan masyarakat dan menasihati mereka supaya mereka berbuat baik dan bertamadun. Akhirnya Nabi Idris berhasil membawa perubahan dari segi moral dan sosial hidup masyarakat tersebut.



Perkataan Nabi Idris

Nabi Idris a.a. mengajar dengan teguran dan nasihat yang baik seperti berikut:

  1. Jangan berasa dengki dengan kekayaan orang lain.

  2. Siapapun yang mempunyai keinginan yang tidak terbatas, akan menghalanginya untuk merasa puasa dengan kekayaan yang miliki.

  3. Seseorang mestilah ikhlas dalam pengabdian dirinya kepada Allah.

  4. Berdosa jika melakukan sumpah yang salah.

  5. Sabar adalah kunci kejayaan

  6. Siapapun yang mengawal nafsunya adalah seseorang yang bertuah. Golongan yang berbuat baik sajalah yang akan hidup dalam syafaat dari Allah semasa hari pembalasan.

  7. Siapapun yang ingin mencapai kesempurnaan dalam ilmu, sepatutnya jangan pernah terlibat ataupun melakukan prilaku yang tidak bermoral.


Nabi yang Mengetahui

Nabi Idris dilahirkan seratus tahun selepas kematian Nabi Adam A.S. Beliau adalah manusia pertama yang belajar menulis. Diketahui bahawa 30 bagian ayat-ayat suci Allah diwahyukan kepada Beliau. Nabi Idris A.S. adalah manusia yang menemukan sains astronomi dan aritmetik.



Kematian Nabi Idris A.S.

Nabi Idris A.S. diangkat ke surga saat berusia 365 tahun. Ibn Jarir mengaitkannya dalam Rauzatul Ahbab yang Nabi Idris A.S. adalah sahabat kepada malaikat di dalam syurga. Malaikat telah mengangkat baginda ke syurga dan apabila mereka sampai di syurga aras keempat, mereka terjumpa dengan malaikat maut. Malaikat yang mengiringi Nabi Idris A.S. bertanya kepada malaikat maut tentang usia hidup Nabi Idris A.S. dan malaikat maut menjawab:



"Dimanakah Idris ? kerana aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya"

Nabi Idris kemudiannya bersemedi di syurga aras keempat dan wafat di dalam sayap malaikat yang Membawanya ke syurga. Mutwaslah adalah salah seorang anaknya yang diketahui telah membina tanda untuk Nabi Idris di bumi.



Ok itu saja, semoga bermanfaat

Kisah Nabi-Nabi : Nabi Nuh A.S.

List Kisah Nabi-Nabi


Ok setelah kemarin kita bahas kisah Nabi Idris A.S. , mari sekarang kita lanjutkan Kisah-kisah ( Sejarah ) Nabi berikutnya, Nabi ke-3 yang wajib di ketahui yaitu Nabi Nuh A.S. ( Noah, Prophet & Messenger )


Pada saat Nabi Adam A.S. wafat, Beliau telah meninggalkan keturunannya dalam keadaan sosial dan moral yang baik. Tetapi dengan berjalannya waktu, perlahan-lahan mereka mulai melupakan ajaran Allah. Mereka mengambil jalan yang salah dan akhlak merekapun mulai rusak. Mereka mulai mengikuti bisikan syaitan. Seluruh masyarakat muali terpecah-belah menjadi beberapa kelompok. Hal ini menyebabkan terjadinya penindasan dan ketidakadilan dalam negara.


Di waktu-waktu inilah, Allah yang maha berkuasa berkehendak untuk membuat manusia kembali menjadi hamba yang taat kepada-Nya. Allah mengutus Nabi Nuh A.S. sebagai utusan-Nya untuk memulihkan kembali semua masyarakat yang telah rusak akhlaknya. Nabi Nuh di utus kepada kaum yang tinggal di daerah 'Iraq'. Mereka percaya kepada Allah tetapi sekaligus juga menyukutukan-Nya dengan tuhan-tuhan ciptaan mereka ( Berhala ).


Mereka menjadikan berhala-berhala ciptaan mereka itu sebagai Tuhan tempat mereka meminta kebaikan dan tempat mereka menolak bala. Berhala-berhala itu juga memiliki berbagai macam nama. Sebagian menyebutnya dengan nama Wadda, sebagian lagi Suwaa', dan ada juga Yaghuts. Kadang dengan nama Ya'uq, atau Nasr.




Mereka memanggil Tuhan-tuhan ciptaan mereka itu dengan nama-nama ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya. Patung, gambar dan simbol-simbol visualisasi fisik Ulama-ulama dulu yang awalnya hanya di buat dengan tujuan untuk mengenang jasa-jasa mereka dan untuk mengingatkan semangat peribadatan umat ketika itu, ternyata lambat laun dari generasi ke generasi berubah fungsi menjadi sesembahan dan di anggap Tuhan.


Di masa itu, Ahli-ahli agama yang mempercayai banyak tuhan ini kebanyakan adalah pengurus negara. Para penduduk menawarkan diri untuk melakukan pengorbanan dengan nama tuhan-tuhan itu sebagai salah satu penghormatan. Mereka memberikan sejumlah besar harta mereka untuk tujuan tersebut dan keadaan menjadi semakin buruk


Nabi Nuh A.S. seperti juga nabi-nabi yang lain adalah seseorang yang memiliki sifat ikhlas, soleh, sabar dan bisa dipercaya. Beliau mempunyai keinginan yang kuat untuk memulihkan kembali keimanan umatnya. Malaikat Jibril telah menyampaikan kepada Beliau ajaran Allah dan kemudian Beliau diarahkan untuk memulihkan umatnya dari pengaruh buruk setan.


Nabi Nuh tetap menyeru kaumnya supaya kembali beriman kepada Allah s.w.t. dan menunjukkan kepada mereka jalan untuk menyembah Tuhan yang satu dan menasihati mereka supaya tidak melakukan kejahatan.


"Sesungguhnya Kami telah mengutuskan Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-sekali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya" Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata", Nuh menjawab "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amant Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui " ". (Al-A'raaf, 7:59-62)



Sekali lagi dalam ayat Al-Quran ada menyatakan tentang amalan Nabi Nuh dengan mengumumkan:

"Sesungguhnya Kami telah mengutuskan Nuh kepada kaumnya peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih", Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan (kamu) sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui " (Nuh, 71: 1-4)


Hampir semua penduduk tidak mempercayai Nabi Nuh. Mereka memanggil beliau Bodoh dan menyebut Beliau sebagai orang gila. Mereka menutup telinga apabila disampaikan kepada mereka seruan Allah. Mereka tidak beranjak dari kejahilan mereka dan tetap dengan sombongnya memandang hina nasihat Nabi Nuh A.S. untuk berbuat baik.


Kaum tersebut terlanjur dipengaruhi oleh para ahli agama yang menyebabkan mereka langsung tidak menghiraukan seruan Allah dan menambahkan kebencian dalam diri mereka. Akhirnya Nabi Nuh A.S. menangis dan kemedian mengadu kepada Allah.


"Nuh berkata: "Ya Tuhan, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambamu, dan mereka akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi kafir. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapaku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan"" (Nuh, 71: 26-28)


Lalu Allah membalas doa Nabi Nuh A.S. dengan memerintahkan Beliau membuat sebuah bahtera ( Kapal Laut ). Nabi Nuh A.S. mengetahui bahwa Allah telah akan menenggelamkan orang-orang yang jahil dan menolak arahan Allah. Oleh sebab itu, Nabi Nuh A.S. mula membina bahtera dan dibantu oleh para pengikutnya dari pagi hingga ke petang. Selepas bahtera telah separuh siap, orang-orang yang tidak beriman tersebut mentertawakan mereka dan mengatakan bahwa Nabi Nuh dan pengikutnya gila.


"Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu megejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)"" (Huud, 11: 38)


Setelah bahtera yang besar telah siap, langit mulai menjadi mendung. Hujanpun mulai turun dengan lebatnya. Sungai-sungai dilimpahi air. Air memenuhi semua tempat. Cahaya kilat dan guntur membuat semua penduduk merasa takut dan gentar kecuali Nabi Nuh dan para pengikutnya.


Nabi Nuh A.S. mengajak keluarga dan para pengikutnya untuk menaiki sampan. Mereka saling berebut untuk naik ke bahtera. Terdapat tempat yang istimewa untuk semua makhluk termasuk manusia dan binatang. Bahtera belayar di tengah gelombang yang menggunung sementara arus meningkatkan laju dan memenuhi rumah-rumah melalui tingkap dan pintu. Banyak rumah yang runtuh menyembah bumi. Setelah mereka coba berenang sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri. Anak lelaki Nabi Nuh A.S. telah terpisah dari Beliau kerana tidak mau beriman kepada Allah. Nabi Nuh A.S. berdoa kepada Allah dan berkata.


"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya" Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk dalam keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)Nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan " " (Huud, 11: 45-46)


Sementara itu, air naik semakin tinggi. Seluruh kawasan mengalami banjir dan orang-orang yang tidak beriman tenggelam. Nabi Nuh A. S. dan pengikutnya selamat dalam bahtera dan terapung tanpa diganggu oleh gelombang besar. Akhirnya hujan berhenti, air mulai surut dan langit kembali cerah.


Nabi Nuh A.S. dan para pengikutnya selamat sampai di suatu tempat yang sesuai. Mereka kembali membangun rumah-rumah dan bekerja keras membina hidup baru. Generasi seterusnya yang dilahirkan oleh orang-orang yang selamat ini termasuk dalam manusia yang takut kepada Allah. s.w.t. Mereka menyembah Allah yang satu dan berkelakuan seperti yang diperintahkan oleh Allah. Nabi Nuh A.S. hidup kira-kira selama 950 tahun. Selepas peristiwa yang dasyat itu, ada di kalangan generasi yang terselamat kadangkala melakukan dosa dan lalai dalam perlakuan.



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Hud A.S.

Ok, setelah 3 Nabi kita bahas di hari sebelumnya. Sekarang waktunya masuk ke Rasul ke-4 yang wajib kita ketahui yaitu Rasul Hud A.S. ( Eber The Messenger ).

Huud A.S. adalah Nabi yang diutuskan kepada Bani 'Ád ( Kaum Aad ) untuk memulihkan kaum tersebut. Silsilah keturunan Nabi Hud A.S. masih berhubungan dengan Nabi Nuh A.S. dan anaknya. Nabi Huud A.S. berasal dari keturunan Bani Aad yang merupakan generasi Sam.


Aad adalah nama bapak suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama Al-Ahqaf terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikaruniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehingga memudahkan mereka untuk bercocok tanam untuk menghasilkan bahan makanan bagi mereka. Selain itu hal ini juga memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah.


Berkat Karunia Allah, Kaum Aad hidup dengan makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak menjadi suku yang Paling besar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.




Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh, Kaum Aad ini dalam kehidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar yang kemudian mereka sembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris a.s. dan Nabi Nuh a.s. sudah tidak berbekas lagi dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari.


Kenikmatan hidup yang saat ini mereka rasakan mereka anggap sebagai pemberian berhala-berhala yang mereka sembah. Karena pemahaman inilah mereka tidak putus-putusnya sujud menyembah kepada kedua berhala itu dan kepada berhala itulah mereka bersyukur dan memohon perlindungan, teruma perlindungan dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit dan kekeringan.


Raja yang terkenal dari Kamu Aad adalah Raja Shaddad. Dia membina istana yang sangat besar berhampiran Adal yang dikenali sebagai Taman Iram (Garden of Iram). Dia juga adalah raja yang kuat dan melakukan penaklukan hingga ke Syria, Iraq dan sempadan bagian benua Indo-pakistan.


Kaum Aad sangat bangga dengan pencapaian mereka dan menganggap diri mereka unggul dan tidak boleh dilawan. Mereka tenggelam dalam dosa dan perbuatan ganas serta tidak adil. Mereka sedikitpun tidak menunjukkan rasa kesyukuran terhadap nikmat yang dikaruniakan oleh Allah s.w.t., malah mereka menjadi hamba yang ingkar kepada perintah-Nya.



Kemunculan Nabi Huud A.S. Dan Menyampaikan Seruan

Nabi Huud A.S. muncul di tengah-tengah kaum tersebut sebagai pemimpin mereka. Nabi Hud adalah orang yang juga berasal dari suku Aad, Beliau lahir di keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik dan budi pekerti yang luhur. Nabi Hud A.S. juga terkenal sangat bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya yang memang berasal dari mereka kaum Aad juga.


Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengkaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tumbuh-tumbuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktu-waktu dapat mereka hancurkan sendiri atau mereka enyahkan dari pandangan.


Nabi Hud A.S. berusaha bersungguh-sungguh untuk membawa mereka kembali menyembah Allah. Baginda mengarahkan mereka supaya meninggalkan perbuatan mungkar.


Diterangkan oleh Nabi Hud bahawa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar yaitu untuk membuat mereka beriman kepada Allah yang menciptakan mereka, menghidup dan mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya daripada mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.


Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mereka dengar ataupun duga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah semua cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka.


Mereka tercengang dan merasa heran bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang belum pernah mereka kenal dan tidak dapat mereka mengerti dan terima dengan akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan mereka mulai memberikan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang kemudian dapat diterima oleh Nabi Hud A.S. dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.


"Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad, saudara mereka Huud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya " " (al-'Araf, 11: 65)


Kaum Nabi Hud itu tidak mau mendengar seruan Nabi Hud A.S. dan tidak menuruti perintah Allah. Maka Allah menghukum kaum Aad melalui dua tahap.


Tahap pertama hukuman mereka adalah dalam bentuk kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak dapat menghasilkan hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan dari siksaan Allah yang telah dijanjikan dan bahawa Allah masih akan memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar dari kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan mereka dapat terhindar dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.


Tentangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena mereka mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.


Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.


Sejurus kemudian terjadilah kenyataan apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya dan membawa terbang semua perabot-perabot, harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak mereka.


Keadaan kaum Aad menjadi panik. Mereka berlari kesana kesini, hilir mudik mencari perlindungan. Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama delapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.


Ayat al-Quran ada menerangkan seperti berikut:


"Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)" (Al-Haqqah, 69: 6-7)


"Maka kami selamatkan Huud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari kami, dan kami tumpaskan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman." (Al-'Araf, 7: 72)


Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau balau. Mereka dalam keadaan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau balau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.


Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad, orang-orang yang bertahan, memulai hidup baru di Yaman. Nabi Hud kemudian berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.


Pelajaran yang bisa di ambil Dari Kisah Nabi Hud A.S.


Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.


Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:" Aku tidak gila dan bahwa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di akhirat."


Dalam berdialog dengan kaumnya. Nabi Hud selalu berusaha mengetok hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang sehat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya.



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Saleh A.S.

Sekarang waktunya membahas Nabi yang ke-5 , Yaitu Nabi Saleh A.S. Kali ini sumbernya bukan dari text teman saya, soalnya dia dikit banget tapi dari Om Wikipedia, walau ada tambah-tambahan juga.


Suku Tsamud adalah Suku / Kaum / Bani tempat Nabi Saleh A.S. di utus. Suku Tsamud merupakan suku yang termasuk bagian bangsa Arab menurut para ahli sejarah. Sebagian Ahli sejarah yang lain ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam kaum Yahudi. Kaum ini tinggal di dataran bernama "Alhijir" terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai oleh suku Aad yang telah binasa karena dilanda angin topan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.


Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh suku Aad kini dimiliki juga oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang yang bisa di perah dan juga bisa juga di ambil lemaknya berkembang biak dengan baik, kebun-kebun bunga yang indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang rata dan dipahatnya dari gunung. Semua kenikmatan itu menjadikan Kaum Tsamud hidup tenteram, sejahtera, dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alam dan mengaku bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.


Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berkorban, tempat mereka meminta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.




Karena kesesatan mereka itu, Allah kemudian mengirimkan Nabi Saleh A.S kepada mereka. Nabi Saleh memiliki tugas untuk memberi penerangan dan memimpin Kaum Tsamud keluar dari jalan yang sesat dan membawa mereka ke jalan yang benar. Nabi Sales Juga bertugas sebagai pemberi peringatan tentang Azab dan siksa dari Allah bagi mereka yang walau sudah di beri petunjuk tetapi tetap tidak mau kembali ke jalan Allah.


Nabi Saleh A.S. seperti halnya Nabi Hud A.S juga merupakan Nabi yang di tunjukan untuk kaumnya sendiri. Nabi Sales A.S. berasal dari Kaum Tsamud, dari sebuah keluarga terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.


Nabi Saleh menerangkan kepada kaum Tsamud tentang Allah s.w.t, Tuhan yang sepatutnya mereka sembah. Yang maha esa, Yang menciptakan mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, menciptakan binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.


Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah salah satu daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka.


Nabi Saleh A.S. menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka mati di akhirat kelak. Beliau berharap agar kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan dengan sungguh-sungguh apa yang Beliau serukan dan anjurkan agar mereka segera meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan segera beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.


Terperanjatlah kaum Nabi Saleh A.S. mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya: "Wahai Saleh! Kami mengenalmu sebagai orang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari Engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya kerana seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai omong kosongmu bahkan meraguian kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."


Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah s.w.t. yang telah mengkaruniakan mereka rizki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksaan dan azab dari Allah karana menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya.


Hal yang serupa itu dapat terjadi ke atas mereka jika mereka tidak mau menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai salah seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah dari mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allah-lah yang akan memberinya upah dan ganjaran atas usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.


Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian besar, terutama mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya: "Wahai Saleh! Kami kira bahawa engkau telah dirasuk syaitan dan terkena sihir. Kau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga kau tidak sadar jika kau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal dan mungkin Engkau sendiri tidak memahaminya. Kau mengaku bahwa Engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu dari kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cakap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau.


Tujuanmu mengeluarkan omong kosong hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.


Nabi Saleh menjawab: "Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun darimu sebagai balasan atas usahaku memberikan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.


Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."


Setelah gagal menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawah dan menengah dalam masyarakat. Mereka menantang Nabi Saleh untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.


Nabi Saleh a.s. sadar bahwa tantangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikut Nabi Saleh bila saja Nabi Saleh A.S. gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tantangan mereka dengan menuntut janji kepada mereka, yaitu apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta, mereka harus meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.


Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina yang dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.


Maka tidak lama setelah itu, dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.


Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: "Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu mengganggu binatang ini."


Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tidak ada seekor binatang lain yang berani menghampirinya, hal ini akhirnya menimbulkan rasa tidak senang kepada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa dengan adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu, mereka merasa memiliki gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.


Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.


Persekongkolan yang diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya yang akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.


Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan agar mendapatkan hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.


Dengan bantuan tujuh orang lelaki bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana yang biasa dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum dan begitu unta yang tidak berdosa itu berlalu segera dipanahlah betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.


Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh: "Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."


Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang."


Ada kemungkinan menurut ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya, Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan digunakan sebagai bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.


Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidur, wajah mereka menjadi kuning dan akan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.


Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum Tsamud, sembilan orang yang membunuh unta kemudian merancang rencana untuk melakukan pembunuhan atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.


Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh untuk melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gelita dan sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang datang dari langit dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.


Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.


Hal ini seperti dituliskan dalam Al Quran:


"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Thamud saudara mereka, Salih. Ia berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih" Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanah yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu maharajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahawa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya" Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu" Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: "Hai Saleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)" Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka." (Al-'Araaf, 7: 73-78)


Pengajaran yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat yang negatif dapat membinasakan masyarakat itu seluruhnya.


Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur, bahkan tersapu bersih di atas bumi kerana dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S. Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf, nahi mungkar. Ini kerana dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan perlindungan kita, kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu.


Bersikap acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diartikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.


source : http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Saleh



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Ibrahim A.S.

List Kisah Nabi-Nabi

Ok langsung saja, sekarang kita bahas Nabi yang wajib kita ketahui No 6, Nabi Ibrahim A.S ( Abraham, a Prophet, Messenger and Imam ).


Di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram", dalam wilayah kerajaan Babilonia pada masa pemerintahan Raja Namrudz bin Kan'aan, Nabi Ibrahim A.S. di lahirkan. Pada Masa itu, Raja Namrudz bin Kan'aan yang memerintah dengan lalim mendapatkan sebuah pertanda bahwa di tempat kelahiran Nabi Ibrahim A.S., akan lahirlah seorang bayi yang akan tumbuh dan merampas taktahnya. Bayi ini akan tumbuh menjadi orang yang akan membawa Agama yang hanya mempercayai satu Tuhan dan akan menjadi pemusnah berhala-berhala.


Karena takut akan pertanda tersebut, Akhirnya Raja Namrud memerintahkan agar semua bayi yang dilahirkan di tempat tersebut di bunuh, dan golongan Pria dan Wanita di tempat itu di pisahkan selama satu tahun.


Dengan adanya perintah itu, maka hampir semua orang tidak ingin hamil karena jika hal tersebut diketahui Raja Namrudz, maka dia dan anaknya yang masih dalam kandungan akan di bunuh. Namun malang bagi Istri Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. , di masa-masa itu dia malah mengalami kehamilan.


Walaupun hamil, tetapi istri Aaazar tidak menunjukan tanda-tanda kehamilan. Hingga saatnya dia merasa sudah waktunya untuk melahirkan, istri Aaazar pergi bersemunyi ke dalam sebuah gua. Dia bersembunyi di gua tersebut karena takut akan di bunuh oleh Raja Namrudz. Di Gua ini akhirnya Istri Aaazar melahirkan Nabi Ibrahim A.S.




Selepas melahirkan Nabi Ibrahim A.S., ibunya Nabi Ibrahim A.S. memasukan batu-batu kecil kedalam mulut Nabi Ibrahim A.S. yang masih bayi dan meninggalkannya seorang diri di dalam gua tersebut. Seminggu kemudian Aaazar dan Istrinya mendatangi Gua tersebut dan terkejut melihat ternyata Nabi Ibrahim A.S. masih hidup. Selama di tinggalkan, Nabi Ibrahim a.s. yang masih bayi ini mendapatkan makanan dari celah jarinya yang ternyata mengandung susu dan makanan berkhasiat lainnya.


Setelah berusia 15 bulan lebih, tubuh Nabi Ibrahim A.S. telah membesar layaknya anak yang berusia 2 tahun, sehingga hal ini membuat kedua orang tuanya memberanikan diri membawa Nabi Ibrahim a.s. pulang ke rumah meninggalkan gua tersebut.


Di masa itu, hampir semua orang di Mesopotamia mengikuti ajaran agama politeisme di mana mereka menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut yang kemudia masayarakat tersebut sembah. Akhirnya Nabi Ibrahim a.s. memutuskan untuk mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.


Pencarian Nabi Ibrahim a.s. tentang kebenaran dalam hal agama di tuliskan Dalam al-Quran Surah al-Anaam (ayat 76-78). Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.


Di masa remajanya Nabi Ibrahim a.s. sering diminta ayahnya untuk berkeliling kota menjajakan patung-patung buatannya. Namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Allah s.w.t. kepadanya, Beliau tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang tersebut dan bahkan ia menjajakan patung-patung tersebut dengan nada mengejek kepada para calon pembelinya dengan kata-kata: "Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "


Nabi Ibrahim sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya. Untuk mencapai hal tersebut, Nabi Ibrahim a.s. merasa ia harus mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, agar ia dapat menenteramkan hatinya serta membersihkan dirinya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya. Oleh karena itu kemudian Nabi Ibrhaim a.s. memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.


Ia memohon kepada Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."


Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim untuk memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.


Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.


Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah kepada berhala. Aazar adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan darinyalah orang membeli patung-patung yang dijadikan sesembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu, orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahawa rasa berbakti kepada ayahnya mewajibkannya untuk memberikan penerangan kepada Ayahnya agar Ayahnya mau melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikuti Nabi Ibrahim a.s. beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.


Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.


Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak pula dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Nabi Adam a.s. diturunkan ke bumi lagi.


Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkannya, memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.


Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya dan bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hubungan diantara mereka.


Aazar berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu dan tidak pula engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."


Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.


Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sadar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapatkan hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.


Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.


Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa apabila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapak-bapak dan nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.


Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mau menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun Nabi Ibrahim telah menasihati mereka berkali-kali bahwa mereka dan bapak-bapak mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka sama sekali tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri.


Adapun sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai-ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.


"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan." kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu.


Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek: "Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu." Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.


Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, takala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini?"


Berkata salah seorang diantara mereka: "Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata: "Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdapat kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu.


Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dapat diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.


Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datanglah rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.


Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mereka. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud: "Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab: "Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Coba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Raja Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau berkata: "Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawaban atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang.


Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu: "Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya dipahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."


Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan keputusan bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu: "Bakarlah ia dan belahlah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya."


Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim kemudian akan dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dia lakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.


Berduyun-duyun para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara mereka, terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.


Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya uap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."


Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan korban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.


Orang ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri yaitu Puteri Razia mula mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahawa tuhan nabi Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri itupun berlari ke arah api yang besar itu lalu berkata "Tuhan Nabi Ibrahim selamatkanlah aku". Puteri Razia pun turut terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran dia mengucap kalimah syahadah.


Tindakan durhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin membara. Sebalik puteri Razia keluar dari api tersebut, Raja Namrud serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini memberi peluang kepada Nabi Ibrahim beserta Sarah dan bapaknya Azaar serta anak saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja Namrud dan tentaranya mencari Puteri Razia tetapi putri itu telah hilang. Setelah sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahwa Nabi Ibrahim turut terlepas. Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah karana rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh karena itu, beliau berniat untuk membunuh Tuhan nabi Ibrahim.


Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebagian besar rakyat Raja Namrud terhadap persembahan dan patung-patung yang mereka sembah selama ini dan membuka mata hati sebagian besar dari mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun kawatir akan mendapatkan kesulitan dalam hidupnya akibat kemarahan dan rasa dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila mereka merasa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.


Sebenarnya kisahnya masih ada lanjutannya, tetapi lanjutannya lebih tepat di tampilkan di kisah Anak-anak Nabi Ibrahim saja, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.



Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Ibrahim

Kisah Nabi-Nabi : Nabi Luth A.S.

List Kisah Nabi-Nabi Ok, sekarang waktunya membahas nabi berikutnya, yaitu Nabi Luth A.S ( Lot ).

Nabi Luth A.S. adalah anak keponakan dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Nabi Luth beriman kepada Nabi Ibrahim dan mendampinginya dalam semua perjalanan Nabi Ibrahim.


Sewaktu Nabi Luth A.S. dan Nabi Ibrahim A.S. berada di Mesir, mereka membuka usaha bersama dalam bidang perternakan. Usaha mereka ini berhasil karena hanya dalam waktu yang relatif singkat jumlah ternak mereka sudah menjadi berlipat ganda sehingga tidak dapat ditampung lagi di tempat yang disediakan. Hal ini menyebabkan usaha bersama Nabi Ibrahim-Nabi Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan mereka bagi dan berpisahlah Nabi Luth dengan Nabi Ibrahim. Nabi Luth memutuskan untuk pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum ( Sodom ).




Masyarakat Sadum ( Sodom ) adalah masyarakat yang rendah moral dan rusak akhlak. Masyarakat Sadum tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Dalam pergaulan mereka selalu terjadi Maksiat dan kesewenang-wenangan. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian sehari-hari di mana yang kuat selalu menindas yang lemah.


Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas masyarakat negri Sadum ( Sodom ) adalah perbuatan homoseksual di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya ( Mangkanya saat ini, saat laki-laki melakukan hubungan sesama jenis, di sebut dengan SODOMI yang di ambil dari nama negri ini). Kedua jenis kemungkaran ini begitu umum di dalam masyarakat sehingga hampir menjadi suatu budaya di masyarakat negri sodom.


Seorang pendatang yang masuk ke Sadum ( Sodom ) tidak akan selamat dari gangguan masyarakat Sodom. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.


Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian parah penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan, kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka ke alam yang bersih, bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah, meninggalkan kebiasaan mungkar mereka dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan setan.


Nabi Luth memberikan penerangan kepada mereka bahwa Allah telah menciptakan mereka dan alam sekitar mereka sehingga Allah tidak akan meridahai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.


Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan homoseksual dan lesbian. Nabi Luth menyatakan perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis yaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri nasihat dan diajukan untuk menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mereka lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sodom.


Diterangkan bahawa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, kerana perbuatan itu akan menimbulkan kekacauan dan ketidakamanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.


Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak berhenti-hentinya menggunakan setiap kesempatan, tak peduli pertemuan dengan kaumnya itu terjadi secara berkelompok atau hanya seorang saja, Nabi Luth selalu mengajak agak mereka beriman dan percaya kepada Allah dan menyembah-Nya.


Nabi Luth selalu mengajak kaumnya untuk melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah hidup lama di dalam pergaulan sosial mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan setan sudah begitu kuat menguasai mereka, sehingga dakwah dan ajakkan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tempat di dalam hati dan pikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir. Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran setan dan iblis.


Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusiran dirinya dari sodom bersama semua keluarganya. Nabi Luth pun sudah merasa tidak ada harapan lagi masyarakat Sodom dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran hanya menyia-nyiakan waktu. Hal yang masih bisa dilakukan, menurut fikiran Nabi Luth adalah untuk mencegah penyakit akhlak yang sudah parah ini menular kepada tetangga-tetangga dekatnya. Caranya adalah dengan membasmi mereka dari atas muka bumi sebagai pembalasan terhadap kekerasan kepala mereka juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya.


Nabi Luth a.s. memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.


Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertemu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishak, dan memberitahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth, penduduk kota Sodom.


Dalam kesempatan itu, Nabi Ibrahim memohon agar azab yang diturunkan bagi kaum Sodom ditunda, kalau-kalau mereka kembali sadar dan kemudian mau mendengarkan dan mengikuti ajakan Nabi Luth serta bertobat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Nabi Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan bagi kaum Sodom di mana permintaan itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.


Para malaikat itu sampai di Sodom dengan menyamar sebagai lelaki muda yang berparas tampan dan badan yang berotot, tegap dan sasa tubuhnya. Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima di rumah sebagai tamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki muda itu oleh lalu pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya (Luth).


Mendengar kabar dari anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung, jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu karena menerima tamu yang berparas tampan dan gagah akan mengundang risiko datangnya gangguan kepada Nabi Luth dan tamunya. Gangguan itu berasal dari kaumnya yang tergila-gila untuk melakukan hubungan seks sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras wajah elok.


Nabi Luth berpikir jika saja hal yang dia takutkan itu terjadi, Nabi Luth sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.


Nabi Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tetamu di rumahnya. Nabi Luth hanya pasrah kepada Allah dan berlindung sekiranya terdapat segala rintangan yang akan datang. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu, kota Sodom sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.


Nabi Luth lalu berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan anak-anak lelaki muda itu. Jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Namun, isteri Nabi Luth, yang juga sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sodom, telah membocorkan berita kedatangan tamu Nabi Luth kepada penduduk Sodom.


Berita kedatangan tamu Nabi Luth tersebar kerana istri Nabi Luth. Datanglah beramai-ramai lelak-lelaki Sodom, yang buta seks ini, ke rumah Nabi Luth, berhajat untuk memuaskan nafsu seksual mereka, setelah lama tidak mendapat anak muda. Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk melepas anak-anak muda itu, agar diberikan kepada mereka untuk memuaskan nafsu mereka.


Mendengar teriakan mereka, Nabi Luth tidak membukakan pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah mereka masing-masing dan jangan mengganggu tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan. Mereka diberi nasihat agar meninggalkan kebiasaan mereka yang keji itu. Perbuatan mereka yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kodrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai mahluk yang termulia di atas bumi.Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan siksaan Allah.


Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan dipedulikan, bahkan mereka mendesak akan mendobrak pintu rumahnya Nabi Luth a.s. dengan paksa dengan kekerasan jika pintu tersebut tidak di buka dengan sukarela. Merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya: "Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu di rumahku sendiri.


Mendengar keluh-resah Nabi Luth, lantas anak-anak muda itu memberitahu hal yang sebenar, mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya karena segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.


Malaikat-malaikat itu meminta Nabi Luth untuk membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat memberi kesempatan bagi orang-orang yang haus seks dengan lelaki itu masuk. Namun malangnya setelah pintu dibuka dan para penyerbu memijakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan mereka menjadi tidak dapat melihat apapun. Malaikat-malaikat tadi telah membutakan mata mereka.


Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau balau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak bertanya-tanya gerangan apa yang menyebabkan kebutaan mata mereka, Para Malaikat tadi berseru kepada Nabi Luth agar Beliau segera meninggalkan perkampungan itu bersama keluarganya, kerana azab Allah akan segera ditimpakan pada Kaum Sodom. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar selama perjalanan ke luar kota jangan seorangpun dari mereka menoleh ke belakang.


Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya yang terdiri dari seorang istri dan dua orang putrinya dan pengikutnya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun ke kiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi istri Nabi Luth yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth bersimpati kepada kaumnya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sodom, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sodom, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu.


Getaran itu didahului dengan suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sodom berserta semua penghuninya. Bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh Allah S.W.T di kota Sodom, dan hancurlah kota tersebut Namun, masih ditinggalkan kesan-kesan kehancuran kota tersebut oleh Allah S.W.T, sebagai peringatan kaum yang kemudian yang melalui di jalan tersebut. Demikianlah kebesaran dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.


Kisah Nabi Luth Juga di kisah di quran sebagai berikut:


Al-Quran menceritakan kisah Nabi Luth yang berusaha menasihati kaumnya sebagaimana dalam Surat Asy-Syuaraa [26]:160-173 berikut ini. "Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas." Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir." Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu." (Luth berdoa): "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan." Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu."


Kaum Luth mengancam dan membenci Nabi Luth karena mengajak sebagian dari mereka untuk beriman kepada Allah, kisahnya seperti yang tercantum dalam Surah Al-A'raaf [7]:80-82 berikut ini. "Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri."


Hukuman bagi kaum Nabi Luth:


"Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang menguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. " (Al-Hijr, 15: 73-75)


Nabi Lut A.S. telah menerima kasih sayang Allah dan diumumkan sebagai salah seorang yang benar. Dia meninggal dunia di Palestin dan dikebumikan di Bani Na'ima dekat Habron.


Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Luth



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Ismail A.S.

List Kisah Nabi-Nabi

Kisah Nabi berikutnya yang kita bahas adalah Kisah Nabi Ismail a.s. ( Ishmael, a Prophet and Messenger ), salah satu Putra Nabi Ibrahim a.s. dan Siti Hajar yang juga menjadi seorang Nabi.


Nabi Ibrahim berhijrah meninggalkan Mesir bersama istrinya Sarah dan dayangnya Hajar ke tempat tujuannya di Palestina. Nabi Ibrahim membawa juga semua hewan ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha dagangnya di Mesir ( Nabi Ibrahim sempat mengadakan usaha bersama dengan Nabi Luth a.s. waktu di mesir ).



Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a. berkata:
"Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar, ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. Tetapi walau bagaimanapun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang istri, Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar yang sebenarnya hanyalah seorang dayang yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak saat itulah Siti Sarah merasakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar kerana merasa sangat gembira dengan puteranya tunggal pertamanya itu. Hal ini menyebabkan permulaan keretakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati saat melihat Siti Hajar dan meminta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkan Siti Hajar dari matanya dan menempatkannya di lain tempat."

Untuk sebuah hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim, Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dari Sarah. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar memindahkan Siti Hajar dan Nabi Ismail ke suatu tempat dan kemudian mereka akan ditinggalkan di tempat tersebut.




Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang pasti. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.


Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. Di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan di situlah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan di daerah sekitar tempat tersebut tidak dapat ditemukan tumbuh-tumbuhan, dan tidak pula ada air yang mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.


Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Siti Hajar hanya ditemani dengan anaknya yang masih kecil di suatu tempat yang sunyi senyap di mana tidak dapat ditmukan apapun kecuali batu gunung dan pasir. Siti Hajar-pun seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu.


Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama putranya yang sangat Ia sayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sadar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dari segala kesukaran dan penderitaan.



Nabi Ibrahim kemudian berkata kepada Hajar:
"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."

Mendengar kata-kata Nabi Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Nabi Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau yang kemudian menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti.


Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya: "Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu (Baitullahil Haram) di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mereka mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu."


Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Siti Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim.


Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus mensusui anaknya dengan ASI, namun air susunya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan. Anak yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari air susu ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya menangis.


Siti Hajar menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya yang sangat menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dapat meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia pergi berlari menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia ke tempat itu namun ternyata bahwa yang disangkanya air adalah fatamorgana belaka dan kembalilah Ia ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya.


Demikianlah maka kerana dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.


Diriwayatkan bahwa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya: "Siapakah sebenarnya engkau ini?" "Aku adalah hamba sahaya Nabi Ibrahim", jawab Hajar.


"Kepada siapa engkau dititipkan di sini?" tanya Jibril. "Hanya kepada Allah", jawab Hajar.


Lalu berkata Jibril: "Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah putramu kepada-Nya."


Kemudian diajaklah Hajar mengikutinya pergi ke suatu tempat di mana Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah. Itulah dia mata air Zamzam yang hingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji yang selalu berdesakan di sekelilingnya untuk mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu maka mata air itu disebut juga oleh kebanyakan orang sebagai "Injakan Jibril".


Alangkah gembira dan leganya dada Siti Hajar melihat air yang mancur itu. Segeralah ia membasahi bibir putranya dengan air zamzam itu dan segera pula terlihat wajah putranya segar kembali, demikian pula wajah sang ibu yang merasa sangat bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.


Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi daerah itu dan menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahawa di mana ada terlihat burung di udara, niscaya dibawahnya terdapat air, maka diutuslah oleh mereka beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini.


Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar Zamzam, di mana kedatangan mereka disambut dengan gembira oleh Hajar karana adanya sekelompok suku Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini Ia dirasakan di dalam hidupnya yang hanya berduaan saja dengan putranya saja.


Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Nabi Ibrahim.


Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (pekarangan Kaabah). Saat dewasa beliau menikah dengan wanita dari suku Jurhum. Walaupun tinggal di Makkah, Ismail sering dikunjungi Ayahnya, Nabi Ibrahim.


Pada suatu ketika, Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah supaya membina Kaabah. Perkara itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata: "Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu. "Ketika membina Kaabah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: "Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia. "Kemudian Jibril memberikan ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim.


Setiap kali bangun, mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Bangunan (Kaabah) itu menjadi tinggi dan Nabi Ibrahim makin lemah untuk mengangkat batu. Dia berdiri di satu sudut, kini dikenali Makam Ibrahim.


Nabi Ibrahim sering bulak balik mengunjungi anaknya. Pada satu hari, beliau tiba di Makkah dan mengunjungi rumah anaknya. Suatu saat, Nabi Ismail tidak ada di rumah ketika itu. Yang ada di rumah hanyalahah isterinya saja. Isteri Nabi Ismail tidak mengenali orang tua itu adalah Ayahnya Nabi Ismail.


Saat Nabi Ibrahim bertanya kepada isteri Nabi Ismail mengenai suaminya itu, Nabi Ibrahim diberitahukan bahwa Nabi Ismail a.s. sedang keluar berburu. Kemudian Nabi Ibrahim bertanya tentang keadaan mereka berdua. Isterinya berkata: "Kami berada dalam kesempitan."


Nabi Ibrahim berkata: "Apakah kamu mempunyai jamuan, makanan dan minuman?" Dijawab isteri Nabi Ismail: "Aku tidak mempunyainya, malah apa pun tidak ada. "Kelakukan isteri Nabi Ismail itu tidak manis dipandang Nabi Ibrahim kerana kelihatan tidak ridha dengan pemberian Allah dan jemu untuk hidup bersama suaminya. Malah, dia kelihatan bersifat kedekut kerana tidak mengalu-alukan kedatangan tetamu. Akhirnya Nabi Ibrahim berkata kepada isteri anaknya: "Jika suamimu kembali, sampaikanlah salamku kepadanya dan katakan kepadanya supaya dia menggantikan pintunya."


Selepas itu Nabi Ibrahim pergi dari tempat itu. Tidak lama kemudian, Nabi Ismail pulang ke rumah dengan hati gembira kerana dia menganggap tidak ada perkara yang tidak diinginkan terjadi saat dia tidak ada di rumah. Nabi Ismail bertanya isterinya: "Apakah ada orang datang menemui kamu?" Isterinya berkata: "Ya, ada seorang yang sudah tua mengunjungi kita."


Nabi Ismail berkata: "Apakah dia mewasiatkan sesuatu kepadamu?" Isterinya berkata: "Ya, dia menyuruhku menyampaikan salam kepadamu dan memintaku untuk mengatakan kepadamu supaya menggantikan pintumu." Nabi Ismail berkata: "Dia adalah Ayahku. Sesungguhnya dia menyuruhku supaya menceraikanmu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu. "Selepas menceraikan isterinya, Nabi Ismail menikah lagi, tetap dengan wanita dari suku Jurhum.


Istri baru Nabi Ismail ini mendapat keridhaan dari Ayahnya kerana pandai menghormati tamu, tidak menceritakan perkara yang menjatuhkan suami dan bersyukur dengan nikmat Allah. Nabi Ismail hidup bersama isteri barunya ini hingga melahirkan beberapa anak.


Nabi Ismail mempunyai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang dinikahkannya dengan anak saudaranya, yaitu Al-'Ish bin Ishak. Daripada keturunan Nabi Ismail lahir Nabi Muhammad s.a.w. Keturunan Nabi Ismail juga mewujudkan bangsa Arab Musta'ribah.


Nabi Ibrahim dari waktu ke waktu selalu pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Nabi Ismail di tempat pengasingannya untuk menghilangkan rasa rindu hatinya kepada putranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu resah bila mengenang keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.


Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Nabi Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang akan ia hadapi.


Sebagai seorang ayah yang dikaruniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.


Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.


Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud: "Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya". Nabi Ibrahim tidak membuang waktu lagi, dan ia tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.


Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."


Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah".


Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air mata berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada saat itu di hati beliau terjadi pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di pihak yang lain.


Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.


Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan Nabi Ismail itu hanyalah suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk mengetahui sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan perkorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu ataupun bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai ketika Nabi Ismail merasa bahwa parang itu tidak juga memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku. "Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Nabi Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.


Dalam keadaan bingung dan sedih hati, kerana gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya: "Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan". Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Nabi Ismail telah diselamatkan, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap Hari Raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.


source : http://id.wikipedia.org/wiki/Ismail



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Ishaq A.S.

List Kisah Nabi-Nabi

Nabi Ishaq A.S. (kira-kira 1761 SM - 1638 SM ) adalah putra kedua Nabi Ibrahim setelah Nabi Ismail. Nabi Ishaq adalah anak pertama dari Istri Nabi Ibrahim yang bernama Sarah dan merupakan orang tua dari Nabi Yaqub.


Nabi Ishaq diutus untuk masyarakat Kana'an karena kaumnya yang tidak mengenal Allah. Kisah Nabi Ishaq sangat sedikit diceritakan dalam Al-Qur'an.


Sebelum kelahiran Nabi Ishaq, Sarah dan suaminya, Nabi Ibrahim mendapat kabar gembira dari Allah melalui malaikat Jibril. Dalam pesan itu malaikat Jibril menyampikan pesan bahwa Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ishaq yang kelak akan menjadi seorang Nabi.




Namun, Sarah tersenyum karena merasa heran dan aneh. Dia merasa aneh karena tidak mungkin dia dan suaminya dapat mempunyai keturunan karena usia mereka berdua sudah cukup tua, yaitu Sarah berusia 90 tahun dan Nabi Ibrahim 100 tahun. Oleh karena itu, Nabi Ishaq di beri nama Ishaq yang berasal dari kata Yiṣḥāq yang berarti tertawa / tersenyum.


Hal ini bisa di lihat di Surat Huud:


Dan isterinya berdiri (di batik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira ten tang (kelahiran) lshaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya), yaitu Yaqub. (QS. Huud: 71)



Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh." (QS. Huud: 72)

Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (ftu adalah) rahmat Allah, berkah-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (QS. Huud: 73)

Selain surat al Huud, berita ini juga ada di dalam AI Qur'an surat Ash Shaaffat ayat 112-113 yang artinya:
"Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang shaleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata."

Sesuai dengan kabar yang diberikan oleh malaikat Jibril, Nabi Ishaq pun akhirnya lahir. Nabi Ishaq lahir di kota Kana'an pada tahun 1761 SM. Bersama Nabi Ismail, ia menjadi penerus ayahnya untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika Nabi Ibrahim telah sangat tua, Ishaq belum juga menikah. Nabi Ibrahim tidak mengizinkan Ishaq menikah dengan wanita Kana'an karena masyarakatnya tidak mengenal Allah dan asing terhadap keluarganya. Karena itu, Ibrahim memerintahkan seorang pelayan untuk pergi ke Harran, Irak dan membawa seorang perempuan dari keluarganya. Perempuan yang dimaksud itu adalah adalah Rafqah binti Batuwael bin Nahur, saudara Ibrahim yang kemudian dinikahkan dengan Nabi Ishaq.


Setelah 10 tahun Nabi Ishaq menikah dengan Rafqah, lahirlah dua anak kembar. Anak pertama diberi nama Al-Aish dan anak kedua Yaqub yang lahir dengan memegang kaki saudaranya. Ishaq lebih menyayangi Al-Aish daripada Yaqub. Dari Ishaq-lah kemudian terlahir nabi-nabi Bani Israil. Menurut salah satu riwayat, Ishaq meninggal pada usia 180 tahun.



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Yaqub A.S.

List Kisah Nabi-Nabi

Nabi Ya'akub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar ( Rafqah binti Batuwael bin Nahur ). Nabi Ishaq mempunyai anak kembar, satu Yaqub dan satu lagi bernama Al-Aish ( ishu ). Nabi Ishaq lebih menyayangi Al-Aish karena ia lahir lebih dulu, sedang ibunya lebih menyayanginya Nabi Yaqub karena ia lebih kecil.


Antara Nabi Yaqub dan saudara kembarnya Aish, tidak ada rasa kasih-sayang satu dengan lainnya bahkan Aish mendendam dengki dan iri hati terhadap Nabi Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya.


Di usianya yang sudah lanjut, Nabi Ishaq sudah tidak dapat melihat lagi. Oleh karena itu, Aish sering sekali melayani Ayahnya sementara Nabi Yaqub sangat pendiam dan lebih senang berada di rumah mempelajari ilmu-ilmu agama.




Suatu hari, Nabi Ishaq menginginkan suatu makanan, ia kemudian meminta Aish untuk mengambilkannya. Namun atas suruhan ibunya, Yaqublah yang lebih dulu mengambilkan makanan itu untuknya. Setelah Yaqub melayaninya, Nabi Ishaq lalu mendoakannya, "Mudah-mudahan engkau menurunkan nabi-nabi dan raja-raja." Doa Nabi adalah doa yang mustajab, dan sebagai buktinya dalam sejarah keturunan Nabi Yaqub memang banyak melahirkan banyak para nabi dan raja. Hal ini membuat hubungan antara Yaqub dan Aish menjadi semakin buruk dan tegang.


Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan Nabi Yaqub pernah akan di ancam untuk di bunuh agar Nabi Yaqub sama sekali tidak punya keturunan. Maka, datanglah Nabi Yaqub kepada ayahnya untuk mengadukan sikap permusuhan dari Aish.


Nabi Yaqub berkata kepada Ayahnya : " Wahai ayahku! Tolonglah berikan pikiran kepadaku, Apa yang harus kulakukan dalam menghadapi saudaraku Aish yang membenciku serta mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadikan hubungan persaudaraan kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta mencintai dan saling sayang-menyayangi. Dia marah kerana ayah memberkati dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahawa anak-anaknya dari kedua isterinya itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan."


Berkata Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing: "Wahai anakku, kerana umurku yang sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah membongkok, raut mukaku sudah berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Aish kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaanmu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrahlah engkau ke Fadan A'raam di daerah Iraq, di mana bapa saudaramu yaitu saudara ibumu, Laban bin Batu;il berada.


Engkau dapat berharap agar dinikahkan kepada salah seorang puterinya. Dengan demikian akan menjadi kuatlah kedudukan sosialmu dan kan akan disegani dan dihormati orang kerana kedudukan mertuamu yang menonjol di mata masyarakat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa dariku. Semoga Allah memberkati perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram."


Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati Nabi Yaqub. Melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antara dirinya dan Al-Aish, dengan mengikuti saran itu, dia akan dapat bertemu dengan Saudara dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya .


Nabi Yaqub lalu segera berkemas-kemas dan membungkus barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata yang tergenang di matanya ia pamitan kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.


Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas matahari yang terik dan angin samumnya yang membakar kulit, Nabi Yaqub meneruskan perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana Saudara Ibunya Laban tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti beristirehat bila merasa letih dan lesu. Dalam salah satu tempat perhentiannya, Nabi Yaqub karana sudah sangat letihnya akhirnya tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang yang besar.


Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahawa ia dikaruniakan rezeki yang luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucu yang soleh dan berbakti serta kerajaan yang besar dan makmur. Terbangunlah Nabi Yaqub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuai dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.


Dengan diperolehnya mimpi itu, ia merasa segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia memperolehi tanaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat mungkin tiba di tempat yang dituju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.


Pada akhirnya Nabi Yaqub tiba juga di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram. Setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan dengan langit di atas dan pasir di bawah sebagai satu-satunya pemandangan. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas ladang-ladang rumput, burung-burung berterbangan di udara yang cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah dan keperluan hidup masing-masing. Sesampainya disalah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya kepada salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban berada.


Laban adalah orang kaya-raya yang kenamaan, pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu dan tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Nabi Yaqub: "Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahil, yang dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".


Dengan hati yang berdebar, pergilah Nabi Yaqub menghampiri seorang gadis ayu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya, Nabi Yaqub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri. Rafqah ibunya adalah saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban. Diterangkan lagi kepada Rahil, tujuannya datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan.


Mendengar kata-kata Nabi Yaqub yang bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesanan ( Nabi Ishaq ). Maka, dengan senang hati, sikap yang ramah, wajah yang manis, Rahil mempersilakan Nabi Yaqub untuk mengikutinya kembali ke rumahnya untuk menemui ayahnya, Laban.


Setelah berjumpa, lalu berpelukanlah Laban dengan Nabi Yaqub, tanda kegembiraan masing-masing. Laban bin Batu'il kemudian menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya itu, Nabi Yaqub, yang tidak ada bedanya dengan tempat yang disiapkan untuk anak kandungnya sendiri, dengan senang hatilah Nabi Yaqub tinggal dirumah Laban seperti rumah sendiri.


Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban, Nabi Yaqub menyampaikan pesanan ayahnya Nabi Ishaq, agar Nabi Ishaq dan Laban menjadi besan, dengan menikahkan kepada Nabi Yaqub salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban, dia bersetuju akan menikahkan Nabi Yaqub dengan salah seorang puterinya. Sebagai mas kawin, Nabi Yaqub harus memberikan tenaganya di dalam perusahaan penternakan bakal mertuanya selama tujuh tahun. Nabi Yaqub setuju dengan syarat-syarat yang dikemukakan oleh Laban. Lalu mulai bekerjalah Nabi Yaqub sebagai seorang pengurus perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.


Tujuh tahun telah dilalui oleh Nabi Yaqub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan Laban. Nabi Yaqub kemudian menagih janji dari Laban, untuk dijadikan sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada Nabi Yaqub, agar menyunting puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri. Tetapi Nabi Yaqub lebih memilih Rahil adik Laiya, kerana Rahil lebih cantik dan lebih ayu dari Laiya. Nabi Yaqub kemudian menyatakan hasrat untuk menikah dengan Rahil, dan bukan Laiya kepada Laban.


Laban mengerti keinginan Nabi Yaqub, namun hasrat itu harus ditolak karana mengikut adat mereka, kakak harus dikahwinkan terlebih dahulu dari adiknya. Laban yang tidak mau mengecewakan hati Nabi Yaqub, lalu menyuarakan pendapat, agar menerima Laiya sebagai isteri pertama. Lalu untuk menikahi Rahil, Nabi Yaqub harus kembali bekerja selama 7 tahun kepada Laban.


Nabi Yaqub yang sangat hormat kepada Saudara Ibunya itu dan merasa berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai keluarga sendiri, terlebih lagi Laban melayaninya dengan sangat baik dan menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Hal ini membuat Nabi Yaqub tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima keputusan dari Laban. Pernikahan Nabi Yaqub dengan Laiya pun dilaksanakan, dan perjanjian untuk mengawini Rahil ditandatangani.


Setelah masa tujuh tahun kedua berakhir dinikahkanlah Nabi Ya'ub dengan Rahil gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadan A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan peraturan yang berlaku pada waktu tersebut tidak terlarang. Akan tetapi, syariat ini sekarang sudah diharamkan pada masa Nabi Muhammad s.a.w.


Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi seorang sahaya perempuan. Kepada Laiya ia memberikan sahaya perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahil ia memberikan sahaya perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Yaqub, sehingga istri Nabi Yaqub menjadi 4 orang.



Dari keempat istrinya ini Nabi Yaqub AS memperoleh 12 orang anak lelaki.
Dari istrinya Laiya, ia dikaruniai Ruben, Syam'un, Lewi, Yahuda, Yasakir, dan Zabulon.
Dari istrinya Rahil, ia dikaruniai Yusuf dan Bunyamin.
Dari istrinya Balhah, ia dikaruniai Daan dan Naftali.
Dari istrinya Zulfa, ia dikarunian Jaad dan Asyir.

Putra-putra Nabi Yaqub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu.


Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku dalam bangsa Arab, dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Nabi Yaqub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah 12 orang.



Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi, antara lain:
Sibith Lewi, di kalangan mereka terdapat Nabi Musa, Harun, Ilyas, dan Ilyasa.
Sibith Yahuda, di kalangan mereka terdapat Nabi Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa.
Sibith Bunyamin, di kalangan mereka terdapat Nabi Yunus.

Setelah lewat 20 tahun Nabi Yaqub tinggal bersama pamannya, ia pun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana'an. Saat ia hampir tiba di Kana'an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah bersiap untuk menemuinya dengan 400 orang, sehingga Nabi Yaqub merasa takut dan kemudian mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan melalui orang-orang utusannya.


Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian saudaranya. Kemudian ditinggalkannya negeri Kana'an bagi saudaranya lalu ia pergi ke Gunung Sa'ir. Sedangkan Nabi Yaqub sendiri pergi kepada ayahnya Nabi Ishaq dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil.


Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Ya'qub AS secara tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim (kakeknya), dan Nabi Yusuf AS (putranya).


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Yaqub


http://islam.elvini.net/



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Yusuf A.S.

List Kisah Nabi-Nabi

Nabi Yusuf AS ( Joseph ) adalah salah satu dari 12 orang putra Nabi Yaqub AS. Nabi Yusuf merupakan putera ketujuh (ada sumber mengatakan anak kesebelas) Nabi Yaqub AS dimana Ibu Nabi Yusuf adalah Rahil. Dari Pernikahan Rahil dengan Nabi Yaqub juga di lahirkan Bunyamin, adik Nabi Yusuf. Rahil, Ibu Kandung Nabi yusuf meninggal saat Nabi Yusuf berumur 12 tahun.


Nabi Yaqub sangat sayang kepada Nabi Yusuf A.S. Rasa sayang Nabi Yaqub yang berlebihan terhadap Nabi Yusuf ini membuat saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.




Suatu hari Yusuf bermimpi tentang 11 bintang, matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujud di depannya. Ia menceritakan mimpinya ini kepada ayahnya. Ya'qub sangat gembira mendengar cerita itu dan menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang mewah bagi putranya.


Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membunuh Nabi Yusuf.


Salah satu dari mereka menyarankan agar jangan membunuhnya, tetapi membuangnya jauh-jauh ke dalam sumur, agar ia tidak bisa kembali kepada ayahnya. Tetapi Yahudza, anak lelaki keempat dari Nabi Yaqub dan yang paling tampan dan bijaksana di antara mereka tidak setuju dengan rencana pembunuhan itu karena membunuh itu adalah dilarang.


Maka, demi menghalau Nabi Yusuf, dia merencanakan untuk mencampakkan Nabi Yusuf ke dalam sebuah 'sumur tua' yang terletak di persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dagang dan para musafir beristirahat. Dengan itu, kemungkinan Nabi Yusuf akan diselamatkan dari sumur tersebut dan di bawa oleh siapa saja untuk dijadikan budak.


Akhirnya pun rencana mereka buat. Saudara-saudara Nabi Yusuf meminta izin pada Nabi Yaqub untuk membawa Nabi Yusuf pergi bersama mereka, dan oleh Nabi Yaqub diizinkan. Dalam perjalanan, Nabi Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh saudara-saudaranya. Baju Nabi Yusuf Mereka koyak-koyak dan mereka lumuri darah kambing. Kemudian saat pulang, dengan wajah sedih mereka menyampaikan berita pada ayah mereka bahwa Nabi Yusuf telah tewas dimakan serigala.


Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Nabi Yusuf kemudian ditolong oleh seorang kafilah yang lewat di tempat tersebut. Ia kemudian dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak hingga akhirnya dibeli oleh keluarga pembesar Mesir yang bernama Kitfir. Wajah Nabi Yusuf yang sangat tampan itu membuat istri pembesar yang bernama Zulaikha terpikat.


Suatu ketika pada saat suami Zulaikha tidak ada di rumah, Zulaikha yang tidak tahan melihat ketampanan Nabi Yusuf akhirnya kalah dengan hawa nafsunya dan menggoda Nabi Yusuf untuk melakukan perbuatan tidak senonoh, akan tetapi Nabi Yusuf menolak ajakan tersebut sehingga Zulaikha Marah. Sementara kejadian itu berlangsung, suami Zulaikha datang dan Zulaikha malah memfitnah Nabi Yusuf dengan mengatakan bahwa Nabi Yusuf telah berlaku yang tidak senonoh terhadapnya.


Pembesar itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Nabi Yusuf tiba-tiba bayi yang ada di sekitar tempat itu berbicara dengan fasihnya. Bayi itu mengatakan bahwa jika kemeja Nabi Yusuf robek di bagian depan maka Nabi Yusuflah yang bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di bagian belakang, maka Zulaikhalah yang bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek adalah kemeja bagian belakang Nabi Yusuf. Dengan demikian Nabi Yusuf pun selamat.


Berita tentang kejadian ini kemudian menyebar di masyarakat luas. Zulaikha yang merasa malu karena menjadi pembicaraan orang lalu mengundang istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya makanan yang enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah. Ketika mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Nabi Yusuf keluar. Ketika melihat wajah Nabi Yusuf, karena begitu terpesonanya mereka, tanpa sadar para wanita itu mengiris jari-jari tangan mereka sendiri. Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat pada Nabi Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Nabi Yusuf untuk menerima keinginan Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri adalah wanita yang sangat cantik.


Mendengar itu, Nabi Yusuf AS berdoa agar tetap diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina, Nabi Yusuf AS dimasukkan ke dalam penjara.


Saat Nabi Yusuf AS di penjara, suatu hari dua orang teman sepenjaranya bercerita kepadanya tentang mimpi yang mereka alami. yang pertama adalah kepala tukang pembuat minuman bernama Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras anggur untuk membuat arak. Orang kedua adalah kepala tukang roti bernama Malhab, Dia bermimpi bahwa dia memikul roti di atas kepalanya, tetapi kemduian kepalanya itu dimakan oleh burung-burung.



Nabi Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata kepada kedua orang itu, "Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah, engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.

Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan aku dengan terpaksa aku mengatakan bahwa engkau akan dihukum mati dengan cara disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.


Demikian putusan Allah sebagaimana yang aku terangkan, dan itu pasti terjadi karena aku tidak berbicara sembarangan melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi kalian berdua."


Semua yang diramalkan Nabi Yusuf benar-benar terjadi, dan kepala minuman akhirnya menerima kebebasannya. Saat ia akan keluar, Nabi Yusuf berpesan kepadanya agar ia menceritakan kepada Raja perihal keadaan dirinya. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa menyampaikan pesan Nabi Yusuf kepada sang Raja, dan mengakibatkan Nabi Yusuf harus tinggal di penjara beberapa tahun lagi.


Pada suatu hari, Sang Raja mengalami mimpi yang sangat menggelisahkan dan menakutkan dirinya. Ia lalu mengumpulkan dukun-dukun dan orang-orang pintar untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus, dan aku bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7 batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jika kalian mampu menafsirkannya."


Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar mimpi raja ini. Mereka merasa bingung dan memberikan jawaban yang tidak memuaskan dengan mengatakan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia hanya berupa impian yang kacau dari raja dan tidak memiliki makna apa-apa, disamping mereka sebenarnya memang tidak memiliki pengetahuan perihal penafsiran mimpi.


Saat itu kepala tukang minuman mendengar Rimpi raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang pintar itu. Ia pun teringat kembali pada Nabi Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu, "Aku sanggup memberitahu kalian tentang arti dari mimpi ini, karena di dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf. Aku dan kepala tukang roti pernah ditahan bersamanya. Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka setuju mengirimkan aku kepada Yusuf, maka aku akan membawa penafsiran dari mimpi ini."


Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu kepada Nabi Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Nabi Yusuf dan menceritakan sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Nabi Yusuf, ia pun mengutarakan maksud kedatangannya.


"Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering. Berilah fatwa kepadaku hai Yusuf tentang hakikat mimpi ini, supaya aku memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan, barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu."


Nabi Yusuf pun mulai menerangkan arti mimpi raja. Bukan hanya itu, ia menerangkan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti mimpinya. Ia berkata, "Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya'ir, kemudian hasil panenannya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang dibutuhkan saja. Setelah itu akan datang 7 tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya dapat digunakan sebagai bibit untuk tahun-tahun berikutnya. Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan datang satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan seperti anggur dan zaitun."


Kepala tukang minuman segera menyampaikan tafsir mimpi yang telah diterangkan Nabi Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan untuk memanggil Nabi Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci. Akan tetapi Nabi Yusuf enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan menyelidiki persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu tentang sebab-sebab penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.


Permintaan Nabi Yusuf ini kemudian disampaikan oleh utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Nabi Yusuf memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang justru merayu Nabi Yusuf. Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya.


Dengan demikian keluarlah Nabi Yusuf dari penjara dengan diri yang bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Raja kemudian juga merehabilitasi namanya di masyarakat. Allah telah mentakdirkan kezaliman yang selama ini diterima oleh Nabi Yusuf berganti dengan kemuliaan.


Kebenaran tentang Yusuf telah menambah kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri yang mengurusi berbagai masalah ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah balasan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh.


Takwil mimpi yang telah diterangkan Nabi Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Nabi Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya. Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri Palestina dimana keluarga Nabi Yusuf tinggal.


Nabi Yaqub AS. dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya'ir.


Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Nabi Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Nabi Yusuf bahwa itu adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan kondisi Nabi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno.


Nabi Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya'ir bagi mereka dengan takaran yang dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka bersiap-siap akan pergi, Nabi Yusuf berkata, "Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka aku tidak akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya."


Mereka pun berkata, "Kami akan membujuk ayah kami supaya beliau mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melaksanakan perintahmu."


Ketika mereka hendak berangkat pulang, Nabi Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya'ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa senang dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya.


Saudara-saudara Nabi Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan tentang kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin jika nanti mereka hendak kembali ke Mesir.


Rupanya setelah ditinggalkan oleh Nabi Yusuf, Nabi Yaqub sangat berduka. Setiap hari ia menangis sampai matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Nabi Yusuf ini, Nabi Yaqub tidak mempercayai mereka. Namun mereka terus membujuk dan mengatakan bahwa jika Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan makanan lagi dari menteri Mesir itu. Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.


Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati Nabi Yaqub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Nabi Yaqub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu agar tidak menarik perhatian.


Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Nabi Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia mengatakan padanya bahwa ia adalah Nabi Yusuf, saudara sekandungnya. Ia menceritakan tentang apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.


Nabi Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf akan pulang, Nabi Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Nabi Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta.


Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Nabi Yusuf kemudian bertanya, "Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?"


Mereka menjawab, "Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Nabi Yaqub."


Maka mulailah Nabi Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.


Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Nabi Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, "Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."


Tentu saja yang mereka maksud adalah Nabi Yusuf sendiri. Nabi Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya.


Menurut riwayat, tatkala Rahil ibu Nabi Yusuf pergi bersama Nabi Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahil maupun orang lain, karena Rahil telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.


Ketika Nabi Yaqub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Nabi Yusuf dan dibuat mainan lantaran ia menyerupai boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah sebabnya Nabi Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu.


Saudara-saudara Nabi Yusuf memohon padanya agar Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik."


Maka Nabi Yusuf pun menjawab, "Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim."


Saudara-saudara Nabi Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.


Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, "Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil."


Namun Nabi Yusuf berkata, "Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang." Akhirnya saudara-saudara Nabi Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Nabi Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil.


Nabi Yaqub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah SWT dan percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya itu.


Nabi Yaqub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Nabi Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan mereka kemudian kembali ke Mesir. Kepada Nabi Yusuf, mereka memohon belas kasihannya agar ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan dengan harapan Nabi Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup.



Timbul rasa iba dalam hati Nabi Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera. Kemudian ia memanggil Bunyamin, lalu berkatalah Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya, "Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Nabi Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Nabi Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur?
Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita."

Mendengar perkataan Nabi Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Nabi Yusuf.


Dengan berdebar-debar mereka bertanya, "Apakah engkau Yusuf?"


Nabi Yusuf menjawab, "Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin."


Maka saudara-saudara Nabi Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang dada, Nabi Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.


Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Nabi Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia dapat melihat kembali.


Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Nabi Yaqub dapat merasakan keberadaan Nabi Yusuf dan segera mengetahui bahwa Nabi Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah.


Akhirnya Nabi Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Nabi Yaqub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Nabi Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.


Melihat ini, Nabi Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, "Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku."


Source:


http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Yusuf


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi5



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Ayyub A.S.

Nabi Ayyub AS ( Job ) masih merupakan keturunan Nabi Ibrahim A.S. Beliau adalah adalah putra dari Aish bin Ishaq AS bin Ibrahim AS. Sebagaimana yang pernah kita bahas dalam kisah Nabi Yaqub AS di beberapa artikel sebelum ini, Aish adalah saudara kembar Nabi Yaqub AS ( Yang sempat berselisih dengan Nabi Yaqub sehingga Nabi Yaqub harus berpisah dengan Ayahnya ), sehingga bisa dibilang juga bahwa Nabi Ayyub adalah keponakan dari Nabi Yaqub AS dan juga merupakan sepupu dari Nabi Yusuf AS.


Nabi Ayyub A.S. adalah nabi dari nabi-nabi Bani Israil yang paling terkenal kesabarannya, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau adalah orang yang paling sabar di masanya. Sering orang mengagumi kesabaran kepada Nabi Ayub A.S. Bahkan, Nabi Ayyub di jadikan simbol kesabaran di mana Orang bisa berkata, sabarlah seperti kesabaran Nabi Ayyub. Hal ini menunjukan bahwa jika kita bisa bersabar seperti Nabi Ayyub, Maka tingkat kesabaran kita sudah mencapai level yang tinggi.




Allah juga telah menerangkan dalam Al-Qur'an tentang kesabaran Nabi Ayyub yang ayatnya berbunyi sebagai berikut: "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)


Bagaimanakah sampai Nabi Ayyub AS bisa mendapat julukan orang yang paling sabar tersebut? Kita ikuti saja riwayatnya.


Nabi Ayyub A.S. adalah salah seorang nabi yang terkenal kaya raya dengan harta yang melimpah dan jumlah ternak yang luar biasa banyaknya. Namun Walaupun demikian, Nabi Ayyub A.S. tetap tekun beribadah kepada Allah dan tidak berhenti-berhentinya melakukan kebajikan. Nabi Ayyub juga terkenal suka menolong orang-orang yang menderita, terutama mereka yang termasuk kaum fakir miskin.


Para malaikat di langit terkagum-kagum dan membicarakan tentang ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Iblis yang mendengar pembicaraan para malaikat ini merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.


Mula-mula iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayyub agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal, Nabi Ayyub tetap tak tergoyahkan. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agak ia diizinkan untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub. Iblis berkata, "Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara. Semua ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta, dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu ia akan tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu."


Allah berfirman kepada iblis, "Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia sesorang mu'min sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun ditimpa musibah apa pun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya, atau Ku-jadikan berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu.


Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak cucu Adam, berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba memalingkannya dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikan keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan Ayyub hamba-Ku."


Setelah itu, iblis dan para pembantunya mulai menyerbu keimanan Nabi Ayyub A.S. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak pemeliharaan Ayyub, disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya dibakar hingga musnah.


Iblis mengira Nabi Ayyub A.S. akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Nabi Ayyub as tetap berhusnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah. Harta adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali.


Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi Ayyub AS yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan membuat anak-anak dari Nabi Ayyub A.S. yang berada di dalamnya meninggal.


Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil menggoyahkan iman dari Nabi Ayyub yang memang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun sekali lagi mereka harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah. Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya.


Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil di sekujur tubuh Nabi Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat menjijikkan, hingga ia dijauhi sanak famili dan tetangganya. Istri-istrinya banyak yang lari meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia mendampinginya, yaitu Rahmah. Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub AS yang tidak mau ketularan penyakit yang diderita Nabi Ayyub, mengusirnya dari kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat yang sepi dari manusia.


Waktu 7 tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian terberat bagi Ayyub dan Rahmah, namun Nabi Ayyub tetap bersabar dan berzikir menyebut Asma Allah. Diriwayatkan bahwa istrinya berkata, "Hai Ayyub, seandainya engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya dia akan membebaskanmu."


Namun Nabi Ayyub AS malah menjawab, "Aku telah hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat, dan Allah baru mengujiku dalam keadaan sakit selama 7 tahun. Ketahuilah, itu amat sedikit dibandingkan masa 70 tahun."


Begitulah, Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah SWT dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan tahun, maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah SWT atas kesengsaraan yang hanya beberapa tahun. Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi anggota badannya yang utuh kecuali jantung/hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya ini, Nabi Ayyub AS tak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di waktu pagi, siang, sore dan malam hari.


Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Rahmah terpaksa bekerja pada suatu pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-kelamaan majikannya mengetahui bahwa Rahmah adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya. Mereka khawatir Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab itu mereka kemudian memecatnya.


Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. Ia meminta agar majikannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi permintaannya ini ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya. Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju dengan usul majikannya itu.


Ternyata, perbuatannya itu membuat Ayyub menduga bahwa ia telah menyeleweng. Akhirnya pada suatu hari, mungkin karena sudah tidak tahan dengan penderitaan yang terus-menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk meninggalkan suaminya. Ia beralasan ingin bekerja agar dapat menghidupi suaminya. Nabi Ayyub melarangnya, tapi Rahmah tetap bersikeras sembari berkeluh kesah. Sesungguhnya tindakan Rahmah ini pun tak lepas dari peranan iblis yang menghasutnya untuk meninggalkan suaminya Ayyub.


Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah Ayyub, "Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya."


Dengan demikian tinggallah kini Nabi Ayyub seorang diri setelah ia mengusir Rahmah istrinya. Di tengah kesendiriannya, Nabi Ayyub AS bermunajat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih-Nya. Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan. Berfirmanlah Ia kepada Nabi Ayyub, "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar air yang dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika kau mempergunakannya untuk minum dan mandi."


Setelah meminum dan mandi dengan air itu, Ayyub pun sembuh seperti sedia kala. Sementara itu Rahmah istrinya yang telah pergi meninggalkannya, rupanya lama-kelamaan merasa kasihan dan tak tega membiarkan suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali lagi suaminya, karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar, dan lebih tampan. Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali?


Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi Ayyub AS. Maka datanglah wahyu Allah kepada Nabi Ayyub, "Hai Ayyub, ambillah lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian tertebuslah sumpahmu."


Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus, dipukulnya istrinya dengan satu kali pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana.


Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi Ayyub AS dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia kemudian memperoleh anak bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi yang dikenal dengan nama Zulkifli.


Source:


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi6


http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Ayub



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Syu'aib A.S.

Nabi Syu'aib A.S. (Jethro) (diperkirakan 1600 SM - 1500 SM?) namanya di ambil dari kata Shuaib, yang secara harafiah dapat diartikan "Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran". Nabi Syu'aib diyakini merupakan cicit laki-laki dari Nabi Ibrahim. Nabi Syu'aib adalah salah satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga nabi lainnya adalah Nabi Hud, Saleh, dan Muhammad SAW. Nabi Syu'aib adalah seorang nabi yang dijuluki sebagai juru pidato karena kecakapan dan kefasihannya dalam berdakwah. Nabi Syu'aib secara tradisional dianggap sebagai Yitro, bapak mertua Nabi Musa A.S. dalam Kitab Yahudi.


Nabi Syu'aib AS diutus ke tengah kaum Madyan yang tinggal di Ma'an, suatu daerah di pinggir Syam (sekarang Suriah), yang berbatasan dengan Hijjaz dan dekat Danau Luth. Sesuai namanya, bangsa Madyan adalah bangsa Arab yang bernasab dari Madyan bin Ibrahim AS.




Masyarakat Madyan terkenal korup dan menjalankan praktek-praktek perdagangan yang curang. Mereka menggunakan alat ukur yang besar kalau membeli dan menggunakan alat ukur yang kecil kalau menjual, sehingga kekayaan bertumpuk pada segelintir orang saja. Mereka juga dikenal sebagai kaum kafir yang tidak mengenal Allah karena mereka menyembah berhala bernama Aikah, yaitu sebidang tanah padang pasir yang ditumbuhi sejumlah pohon.


Dalam kondisi demikian, Nabi Syu'aib AS memperingatkan kaumnya agar meninggalkan praktek-praktek yang curang itu, tetapi ia ditanggapi dengan kasar, bahkan mereka mengancam akan menyiksa dan merajamnya jika ia tidak mau menghentikan dakwahnya.


Nabi Syu'aib juga menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shaleh, dan Nabi Luth yang paling dekat dengan Madyan yang telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran Nabi. Namun, mereka tetap enggan.


Akhirnya Nabi Syu'aib AS dan pengikutnya pindah ke negeri lain, karena penduduk Madyan sudah tidak bisa diharapkan lagi. Beberapa saat setelah Nabi Syu'aib dan pengikutnya pergi, tiba-tiba penduduk Madyan dikejutkan oleh adanya gempa maha dahsyat yang akhirnya membuat mereka mati bergelimpangan.


Nabi Syu'aib dan pengikutnya pindah ke negeri Aikah sesuai petunjuk Allah SWT yang memang menugaskannya berdakwah disana. Ternyata penduduk Aikah juga sama durhakanya dengan penduduk Madyan. Mereka menolak ajakan Nabi Syu'aib untuk menyembah Allah. Mereka bahkan mengejek dan menantang Nabi Syu'aib agar mensegerakan azab yang dijanjikan Allah.



Karena kedurhakaan mereka ini, akhirnya turunlah azab Allah SWT berupa iklim panas yang membakar dan menyesakkan dada. Dengan sia-sia kaumnya lari kesana-kemari mencari tempat perlindungan.

Saat mereka kebingungan, tiba-tiba muncul segumpal awan hitam. Orang-orang menyangka bahwa itu adalah awan pertolongan. Ketika kaum durhaka itu bernaung di bawahnya, tiba-tiba awan itu mengeluarkan gemuruh yang dahsyat dan menghancurkan mereka semua.


Gemuruh tersebut akhirnya membinasakan kaum yang durhaka tersebut. Taksatu pun dari mereka ada yang tersisa. Hanya Nabi Syu'aib AS dan para pengikutnya yang bisa selamat berkat rahmat dan perlindungan Allah SWT.


Makam Nabi Syu'aib sampai saat ini masih terpelihara dengan baik di Yordania yang terletak 2 km barat kota Mahis dalam area yang disebut Wadi Syu'aib. Situs lain yang dikenal sebagai makam Nabi Syu'aib terletak di dekat Horns of Hattin di Lower Galilee.


Dia diutus sebagai nabi untuk kaum Madyan untuk memperingatkan mereka karena kecurangan-kecurangan mereka. Ketika mereka tidak menyesali perbuatannya, Allah menghancurkan kaum tersebut.


Source :


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi6


http://id.wikipedia.org/wiki/Syu'aib



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 1 : Kelahiran - Menjadi Nabi ]

Nabi Musa AS ( Moses ) adalah keturunan ke-4 dari Nabi Ya'qub AS yang tinggal di Mesir semenjak Nabi Yusuf berkuasa disana. Nabi Musa A.S. dan saudarnya Nabi Harun diutus Allah untuk berdakwah di negeri Mesir, dan mengajak Bani Israil menyembah Allah SWT.


Di zaman Nabi Musa A.S., Mesir saat itu dikuasai oleh Fir'aun. Penduduk Mesir terdiri dari 2 bangsa, yaitu penduduk asli Mesir yang disebut sebagai orang Qubti, dan orang Israil, yaitu keturunan Nabi Ya'qub AS. Kebanyakan orang Qubti menduduki jabatan-jabatan tinggi, sedang orang Israil kebanyakan hanya memiliki kedudukan rendah, seperti buruh, pelayan dan pesuruh.


Firaun memerintah negri tersebut dengan tangan besi. Ia diktator bengis yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Fir'aun suka Mabuk dan sangat rakus kekuasaan. Tetapi, hal yang paling parah dari Fir'aun adalah bahwa ia sampai berani menyebut dirinya sebagai Tuhan.




Suatu ketika, Fir'aun dalam tidurnya mengalami sebuah mimpi. Dalam mimpinya, Fir'aun melihat Mesir terbakar dan semua penduduknya mati, kecuali kaum Israel. Oleh para dukun / paranormal kerajaannya mimpi tersebut kemudian di tafsirkan. Arti tafsir mimpi tersebut menurut paranormal Fir'aun adalah bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan merampas kekuasaan Fir'aun. Mendengar hal tersebut, Fir'aun kemudian menginstruksikan seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Fir'aun memerintahkan agar setiap rumah digeledah dan jika mereka menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.


Di masa itu, Yukabad istri dari Imron bin Qahat bin Lewi bin Ya'qub AS, melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu dia dirahasiakan. Yukabad merasa sangat gelisah karena penyelidikan yang dilakukan para petugas sangat ketat. Suatu ketika ibu Musa mendapat petunjuk melalui mimpinya agar anaknya yang berusia 3 bulan dimasukkan ke dalam kotak lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Allah SWT menjamin bahwa bayinya pasti akan selamat, bahkan Yukabad kelak tetap akan dapat merawatnya.


Isyarat itu kemudian dilaksanakan dengan penuh ketabahan dan tawakal oleh Yukabad. Kakaknya Musa kemudian diperintahkan ibunya untuk mengikuti kemana peti itu hanyut dan di tangan siapakah Musa nantinya ditemukan. Kotak yang berisi bayi itu tiba-tiba tersangkut pohon dan berhenti di belakang rumah Fir'aun.


Fir'aun memiliki seorang Puteri yang berpenyakit belang. Puteri tersebut kemudian menemukan kotak berisi bayi tersebut. Ia kemudian mengambil kotak yang berisi bayi yang tersangkut pohon tersebut. Ketika Ia menyentuh Musa, mendadak penyakit belangnya sembuh. Dengan perasaan gembira ia membawa peti itu kepada Asiah, istri Fir'aun, dan memberitahu apa yang telah terjadi. Asiah mengambil bayi itu dan berniat untuk memeliharanya.


Asiah adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Namun karena takut akan kekejaman Fir'aun, ia lalu menyembunyikan keimanannya. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki, Firaun ingin membunuh Bayi tersebut. Asiahpub berkata: "Jangan membunuh anak ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak." Dengan kata-kata dari istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa. Bayi itu kemudian oleh Asiah diberi nama Musa, yang artinya air dan pohon ( mu = air, sa = pohon ) yang maksudnya adalah tempat ditemukannya nabi Musa ( kotak yang berada di air dan tersangkut di pohon ).


Setelah Musa diangkat anak, kemudian Aisah mencari pengasuh, tapi tidak seorang pun yang dapat menyusui Musa dengan baik, Musa selalu menangis dan tidak mau disusui. Setelah lelah mencari, akhirnya Aisah menemukan pengasuh yang bisa mengasuh musa dengan baik. Pengasuh tersebut tidak lain adalah Yukabad, ibu kandung Musa. Yukabad mengajukan dirinya sendiri untuk mengasuh dan membesarkan Musa di istana Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: "Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya."


Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata: "Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku." Istrinya berkata: "Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun."


Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa tinggal di istana Firaun. Nabi Musa dibesarkan sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia Berpakaian seperti Fir'aun, mengendarai kendaraan Fir'aun, sehingga ia dikenal sebagai Pangeran Musa bin Fir'aun.


Walaupun dididik dalam tradisi istana, sejak kecil Nabi Musa memahami bahwa ia bukan anak Fir'aun melainkan keturunan dari Bani Israil yang tertindas. Karena prihatin terhadap nasib rakyat yang dianiaya oleh keluarga raja dan para pembesar kerajaan, Nabi Musa bertekad untuk membela kaumnya yang lemah.


Suatu ketika, saat Nabi Musa berjalan-jalan di kota, Nabi Musa A.S. melihat dua orang laki-laki sedang berkelahi, satu dari kalangan Bani Israel bernama Samiri dan satu lagi kaum asli bangsa Mesir, Fatun. Melihatkan perkelahian itu Nabi Musa mencoba untuk mendamaikan mereka, tetapi malah ditepis oleh Fatun. Lalu Nabi Musa memukul Fatun sehinnga Fatun tersungkur dan lalu meninggal dunia.


Seorang saksi yang melihat kejadian itu lalu melaporkan hal ini kepada Fir'aun. Mengetahui bahwa Nabi Musa membela orang Israil, Fir'aun segera memerintahkan orang untuk menangkap Nabi Musa. Akhirnya Nabi Musa melarikan diri dan memutuskan untuk meninggalkan Mesir. Ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Saat itu ia berusia 18 tahun.


Hal ini dikisahkan dalam Al - Qur'an tepatnya di Al-Qasas:14-21


Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.


Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israel) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Firaun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).


Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".


Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)".


Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian".


Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu".


Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim itu".


Nabi Musa pergi ke Madyan, kota tempat tinggal Nabi Syu'aib AS. Dari Mesir ke Madyan harus ditempuh berjalan kaki selama 8 hari. Karena kelelahan dan merasa lapar, Nabi Musa beristirahat di bawah pepohonan. Tak jauh dari tempatnya beristirahat, ia melihat dua gadis itu berusaha mendapatkan air di sumur guna memberi minum ternak yang mereka gembalakan tetapi mereka mengalami kesulitan karena harus berebutan dengan sekelompok pria-pria kasar yang tampak tidak mau mengalah.


Melihat itu, Nabi Musa segera bergerak menolong kedua gadis tersebut. Laki-laki kasar tadi mencoba melawan Nabi Musa, tapi Nabi Musa dapat mengalahkan mereka.


Kedua gadis ini tak lain adalah putri-putri Nabi Syu'aib AS. Mereka lalu melaporkan kejadian yang telah mereka alami bersama Nabi Musa kepada ayah mereka. Nabi Syu'aib kemudian menyuruh kedua putrinya untuk mengundang Nabi Musa datang ke rumah mereka.


Nabi Musa memenuhi undangan itu. Keluarga Nabi Syu'aib sangat senang melihat kehadiran Nabi Musa. Sikapnya yang sopan menunjukan bahwa ia adalah seorang pemuda bermartabat dari kalangan bangsawan. Kepada Nabi Syu'aib, Nabi Musa menceritakan peristiwa pembunuhan yang telah dilakukannya, yang menyebabkan ia terusir dari Mesir. Nabi Syu'aib menyarankan agar ia tetap tinggal di rumahnya agar terhindar dari kejaran orang-orang Fir'aun.


Nabi Syu'aib bermaksud menikahkan Nabi Musa dengan salah seorang putrinya. Sebagai syarat mas kawin, Nabi Musa diminta untuk bekerja menggembalakan ternak-ternak milik Nabi Syu'aib selama 8 tahun. Nabi Musa menyanggupi syarat tersebut, bahkan ia menggenapkan masa kerjanya menjadi 10 tahun. Ia menjalani pekerjaannya dengan sabar.


Selama masa 10 tahun tersebut, terlihatlah oleh keluarga Nabi Syu'aib bahwa Nabi Musa itu di adalah pemuda yang kuat, perkasa, jujur dan dapat diandalkan. Tak salah jika Nabi Syu'aib mengambilnya sebagai menantu dan menikahkan Nabi Musa dengan salah satu anaknya, yaitu Shafura. Nabi Musa sangat bahagia hidup bersama Shafura. Nabi Syu'aib juga lega karena Shafura mendapat pelindung yang dapat dipercaya.



Hal ini dikisahkan dalam Al - Qur'an tepatnya di Al-Qasas:22-28

Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".


Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya".


Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".


Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syuaib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu".


Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".


Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".


Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan".


Sepuluh tahun setelah meninggalkan Mesir, Nabi Musa berniat kembali ke sana bersama istrinya, Shafura. Nabi Musa sadar, tidak mustahil bahwa orang-orang Mesir masih akan mencarinya, oleh sebab itu ia dan istrinya tidak berani melalui jalan biasa melainkan memilih jalan memutar.


Sampai suatu malam, mereka tersesat tak tahu arah mana yang harus ditempuh untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Saat itulah Nabi Musa melihat ada cahaya api yang terang benderang di atas sebuah bukit. Nabi Musa berkata kepada istrinya, "Tunggu disini, aku akan mengambil api itu untuk menerangi jalan kita."


Tatkala Nabi Musa menghampiri api tersebut, tiba-tiba terdengar suara menyeru, "Hai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku."


Inilah wahyu pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa AS. Dengan diterimanya wahyu ini, maka Musa telah diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Sebagai rasul, Allah SWT memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bersinar putih cemerlang setelah dikepitkan di ketiaknya.



Hal ini dikisahkan dalam Al - Qur'an tepatnya di Al-Thaahaa:9 - 23

Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?

Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu".


Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.


Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.


Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).


Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.


Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.


Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa".


Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?


Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".


Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!"



Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,

dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula),


untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar


Bersambung ke Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 2 : Nabi Musa & Fir'aun ]


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Musa


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi7





Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 2 : Nabi Musa & Fir'aun ]

Lanjutan dari Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 1 : Kelahiran - Menjadi Nabi ]


Dalam perjalannya menuju kembali ke Mesir bersama istrinya Shafura ( Anak Nabi Syu'aib ), tepatnya di lembah suci Thuwa, Nabi Musa AS di angkat oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul. Di tempat itu juga Nabi Musa AS diberi Tongkat yang atas izin Allah menjadi Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa AS.


Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk kembali ke Mesir dan berdakwah kepada Fir'aun dan pengikutnya. Nabi Musa masih merasa takut kembali ke Mesir karena dulu ia pernah membunuh orang Mesir ( Cek Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 1 : Kelahiran - Menjadi Nabi ] ), namun Allah menjanjikan perlindungan untuknya sehingga hati Nabi Musa menjadi tentram. Untuk lebih memantapkan dakwahnya, Nabi Musa memohon kepada Allah agar ia ditemani oleh Nabi Harun, saudaranya, karena Nabi Harun memiliki kempauan yang hebat dalam berbicara dan berdebat. Permintaan Nabi Musa dikabulkan. Nabi Harun yang masih berada di Mesir digerakkan hatinya oleh Allah sehingga ia berjalan menemui Nabi Musa.




Hal ini dinyatakan dalam surat Al-Qasas: 32-35


Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia ke luar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada) mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik".


Musa berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.


Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".


Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang".


Hal ini juga dituliskan di surat Tâhâ: 42-47.


Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;


Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;


maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".


Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas".


Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat".


Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.


Akhirnya bersama-sama Nabi Harun, Nabi Musa menghadap Fir'aun. Ia mengadakan dialog dengan Fir'aun tentang Tuhan. Namun Fir'aun menanggapinya dengan sinis dan mengejek Nabi Musa tak tahu diri. Dulu Nabi Musa diasuh dan dibesarkan di istana Mesir, tapi kini ia malah berbalik menentang Fir'aun. Nabi Musa menjawab bahwa semua itu terjadi disebabkan karena ulah Fir'aun sendiri. Seandainya Fir'aun tidak memerintahkan tentaranya untuk membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia dihanyutkan di sungai Nil sehingga akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh Asiah, istri Fir'aun. Nabi Musa tidak merasa berhutang budi kepada Fir'aun karena ini semua memang salah Fir'aun dari awalnya.


Nabi Musa mengatakan bahwa sesungguhnya Fir'aun bukanlah Tuhan. Ada Tuhan lain yang berhak disembah, Tuhan nenek moyang mereka, Tuhan seluruh alam semesta. Fir'aun sangat murka dan meminta Nabi Musa untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan.


Di depan masyarakat luas, Nabi Musa AS dapat menunjukkan mukjizatnya menghadapi ahli-ahli sihir Fir'aun. Musa mempersilakan ahli-ahli sihir Fir'aun untuk mempertunjukkan kebolehan mereka lebih dulu. Mereka lalu melemparkan tali dan tongkat-tongkatnya. Tak lama kemudian tali-tali dan tongkat-tongkat tadi berubah menjadi ular yang jumlahnya sampai ribuan. Fir'aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Masyarakat yang hadir disana juga terkagum-kagum.


Dengan tenang Nabi Musa melemparkan tongkatnya, tongkat itu segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung melahap ular-ular para ahli sihir Fir'aun. Dalam waktu singkat, ular-ular itu habis ditelan oleh ular Nabi Musa.


Para ahli sihir itu terbelalak heran. Apa yang diperlihatkan Musa bukanlah seperti sihir yang mereka pelajari dari syaitan. Sadar akan hal itu, para ahli sihir tersebut berlutut kepada Nabi Musa dan menyatakan bahwa mereka menjadi pengikut ajaran yang dibawa Nabi Musa. Mereka bertaubat dan hanya akan menyembah kepada Allah saja.


Kisah ini dijelaskan dalam surat Asy-Syu'arâ': 18-51


Firaun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.


dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna".


Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.


Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.


Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israel".


Firaun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"


Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".


Berkata Firaun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?"


Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu".


Firaun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".


Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal".


Firaun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".


Musa berkata: "Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendati pun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?"


Firaun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar".


Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.


Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.


Firaun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,


ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?"


Mereka menjawab: "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir),


niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu'.


Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum,


dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian.


semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang"


Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?"


Firaun menjawab: "Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".


Berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu Lemparkan".


Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang".


Kemudian Musa melemparkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.


Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah).


mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,


(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".


Firaun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya".


Mereka berkata: "Tidak ada kemudaratan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,


sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".


Fir'aun sangat murka melihat pengkhianatan para ahli sihir-nya yang telah bertaubat itu. Ia mengancam akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat kejam, namun para ahli sihir itu tetap memilih menjadi pengikut Nabi Musa. Apalagi Istri Fir'aun akhirnya memutuskan untuk mengikuti ajaran Nabi Musa. Akhirnya Fir'aun memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka, serta menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerimanya dengan sabar dan tetap beriman kepada Allah. Jumlah mereka saat itu 70 orang. Sedangkan untuk Istri Fir'aun, Ia siksa sendiri hingga meninggal dunia.


Kejengkelan Fir'aun memuncak setelah Nabi Musa AS memperoleh pengikut yang lebih banyak. Fir'aun menjadi semakin kejam terhadap Bani Israil. Nabi Musa AS senantiasa menyuruh kaumnya untuk bersabar menghadapi kesewenang-wenangan Fir'aun. Fir'aun pun tak henti-hentinya mengejek dan menghina Nabi Musa.


Karena semakin lama tindakan Fir'aun semakin merajalela, Nabi Musa AS akhirnya berdoa kepada Allah SWT agar Fir'aun dan pengikutnya diberi azab. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Musa. Kerajaan Fir'aun dilanda krisis keuangan. Selain itu wilayah Mesir dilanda kemarau panjang. Banyak panen yang gagal, tanaman dan pepohonan banyak yang mati, disusul badai topan yang merobohkan rumah-rumah mereka. Jutaan belalang berdatangan menyerbu hewan dan perkebunan, juga kutu dan katak. Setelah kemarau, muncul banjir besar. Akibat banjir itu kemudian juga muncul wabah penyakit. Anak laki-laki bangsa Mesir mendadak mati, tak terkecuali anak-anak Fir'aun sendiri, termasuk putra mahkota.


Riwayat ini terdapat dalam surat Al-Mu'minûn: 26, Az-Zukhruf: 51-54, Yûnus: 88-89, dan Al-A'râf: 130-135.


Al-Mu'minûn: 26


Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".


Az-Zukhruf: 51-54


Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat (nya)?


Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?


Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya."


Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.


Yûnus: 88-89


Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih."


Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui".


Al- A'râf: 130-135.


Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.


Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.


Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".


Maka Kami kirimkan kepada mereka tofan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.


Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu daripada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israel pergi bersamamu".


Maka setelah kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.


Bani Israil yang makin menderita karena ulah Fir'aun dan pengikutnya meminta Nabi Musa AS untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Setelah mendapat wahyu dari Allah agar mengajak kaumnya pergi meninggalkan Mesir, Musa lalu membawa kaumnya ke Baitulmakdis. Mereka pergi secara diam-diam di malam hari. Ketika sampai di tepi Laut Merah, mereka baru menyadari bahwa tentara Fir'aun mengejar mereka. Para pengikut Nabi Musa sangat panik karena tidak bisa lari kemana pun. Saat itulah turun wahyu agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut.


Laut pun membelah hingga terbentang jalan bagi Musa dan pengikutnya untuk menyeberang. Fir'aun dan tentaranya mengejar rombongan tersebut, namun ketika Nabi Musa dan pengikutnya telah sampai di tepi sementara Fir'aun dan tentaranya masih di tengah laut, atas perintah Allah laut pun kembali menutup hingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam.


Di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, Fir'aun sempat bertaubat dan menyatakan diri beriman kepada Allah. Namun taubat menjelang ajal yang dilakukan oleh Fir'aun itu sudah terlambat dan tidak lagi diterima oleh Allah, sehingga matilah ia dalam keadaan tetap kafir.


Kisah tentang ini terdapat dalam surat Tâhâ: 77-79, Asy-Syu'arâ: 60-68, dan Yûnus: 90-92.


Tâhâ: 77-79


Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israel) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".


Maka Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.


Dan Firaun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.


Asy-Syu'arâ: 60-68


Maka Firaun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.


Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".


Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".


Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.


Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.


Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.


Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.


Yûnus: 90-92


Dan Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".


Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.


Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.


Ternyata, mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Yûnus: 92, sebagai tanda bagi umat yang kemudian. Ini telah terbukti dengan diketemukannya mummi Fir'aun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke-20 M.


Bersambung ke Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 3 : Nabi Musa & Bani Israil ]


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Musa


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi7



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 3 : Nabi Musa & Bani Israil ]

Lanjutan dari Kisah Nabi-Nabi : Nabi Musa A.S.[ Episode 2 : Nabi Musa & Fir'aun ]


Nabi Musa dan Bani Israil akhirnya selamat dari kejaran Fir'aun setelah mereka berhasil melewati laut merah. Untuk menyebrangi Laut Merah, Nabi Musa AS memukul tongkatnya ke laut, dengan izin Allah, pukulan Tongkat itu membuat Laut Merah terbelah sehingga menciptkan jalan bagi Nabi Musa dan pengikutnya untuk dapat menghindari kejaran Fir'aun dan tentaranya.


Fir'aun yang melihat Laut Merah terbelah memutuskan juga untuk mengejar Nabi Musa melalui jalur tersebut. Sayang saat Nabi Musa telah berhasil menyebrang, tentara Fir'aun masih berada di tengah laut. Atas perintah Allah, laut yang terbelah itu menyatu kembali sehinnga Fir'aun dan tentaranya tewas tenggelam di laut merah.


Dalam perjalanan ke Mesir, Bani Israil sangat manja. Saat mereka haus, Musa memukulkan tongkatnya ke batu. Dari batu tersebut, memancarlah 12 mata air, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing suku memiliki mata air sendiri.


Di Gurun Sinai yang panas terik, tak ada rumah untuk dihuni, tak ada pohon untuk berteduh, maka Allah menaungi mereka dengan awan.




Ketika bekal makanan dan minuman mereka habis, mereka pun meminta Musa memohon pada Allah SWT agar diberikan makanan dan minuman, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa. Manna adalah makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon. Rasanya manis seperti madu. Sedang Salwa adalah sejenis burung puyuh yang datang berbondong-bondong silih berganti sampai-sampai hampir menutupi bumi lantaran banyaknya.


Mendapat karunia dan rezki yang demikian melimpahnya dari Allah, Bani Israil bukannya bersyukur, malah mereka meminta makanan dari jenis yang lain lagi. Disinilah mulai terlihat betapa Bani Israil itu sangat kufur terhadap nikmat Allah.


Berbagai tuntutan dan permintaan dari Bani Israil ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 160 dan Al-Baqarah: 61.


Al-A'râf: 160


Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah daripadanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman); "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.


Al-Baqarah: 61.


Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.


Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi Musa AS memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Musa AS untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Nabi Musa meminta Nabi Harun menjadi wakilnya untuk mengurus kaumnya.


Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40 hari. Setelah itu Allah berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang Azali, sehingga Musa pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.


Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina ini, timbul kerinduan Nabi Musa untuk bertemu Allah SWT. Ia pun meminta agar Allah SWT mengizinkan dirinya untuk melihat Zat-Nya. Allah SWT mengatakan bahwa Nabi Musa telah meminta sesuatu yang diluar kesanggupan Nabi Musa AS. Allah SWT kemudian menyuruh Nabi Musa untuk melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya kepada bukit itu. Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Nabi Musa dapat melihat-Nya, namun jika bukit yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka terlebih lagi dirinya. Ketika Nabi Musa mengarahkan pandangan ke bukit tersebut, seketika itu pula bukit itu hancur luluh. Melihat itu Nabi Musa merasa terkejut dan ngeri, ia pun jatuh pingsan.


Setelah sadar, ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun kepada Allah SWT atas kelancangannya. Selanjutnya, Allah SWT memberikan kitab Taurat sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu. Di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT.


Kisah munajat Nabi Musa AS di Bukit Thursina ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 142-145.


Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan."


Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".


Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.


Sebelum pergi ke bukit Thursina, Nabi Musa berkata kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari. Ketika Allah memerintahkannya untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga bertambah lama kepergiannya, maka Bani Israil menganggap Nabi Musa telah melupakan mereka. Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Nabi Musa ini disebabkan karena mereka telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Nabi Musa mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tersebut ke dalam api.


Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.


Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu. Ketika Nabi Musa AS kembali, ia sangat marah dan bersedih hati melihat perilaku kaumnya. Mula-mula ia hanya marah kepada Nabi Harun yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Nabi Harun, ia pun tenang kembali. Nabi Musa kemudian mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.


Setelah Samiri pergi, Nabi Musa membakar patung anak sapi sembahan Bani Israil dan membuang abunya ke laut. Allah SWT kemudian memerintahkan Musa AS agar membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka dari menyembah patung anak sapi. Musa mengajak 70 orang terpilih dari Bani Israil ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri, muncullah awan tebal di bukit itu. Nabi Musa AS dan rombongannya memasuki awan gelap itu dan bersujud. Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat Allah. Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya. Seketika itu pula tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.


Nabi Musa AS memohon agar kaumnya diampuni dan dihidupkan kembali. Maka Allah SWT pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut Musa itu. Musa lalu menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai pedoman hidup, dan beriman kepada Allah SWT.


Cerita ini terdapat dalam Al Qur'an surat Al-A'râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.


Al-A'râf: 149-155


Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi".


Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim".


Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang".


Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.


Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertobat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah tobat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya.


Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan tobat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya".


Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.


Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.


Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.


Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa".


Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi.


Suatu hari terjadi peristiwa pembunuhan di antara kaum Nabi Musa. Untuk mengetahui siapa pembunuh orang tersebut, atas petunjuk Allah SWT, Musa memerintahkan kaumnya untuk mencari seekor sapi betina. Dengan lidah sapi itu nantinya mayat yang terbunuh akan dipukul dan akan hidup lagi atas kehendak dan izin dari Allah SWT.


Kaum Bani Israil sebenarnya enggan melaksanakan perintah ini, karenanya mereka sangat cerewet dan banyak bertanya dengan harapan supaya Allah SWT akhirnya membatalkannya, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah: 67-71


Al-Baqarah: 67-71


Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".


Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".


Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."


Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."


Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.


Nama surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina diambil karena dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina.


Dapat dilihat pada ayat-ayat tersebut bahwa sikap Bani Israil yang cerewet justru telah menyulitkan mereka sendiri. Seandainya ketika diperintahkan pertama kali mereka langsung melaksanakannya, tentulah mereka tidak akan repot, tetapi mereka malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang rumit sehingga hampir saja mereka tidak dapat menemukan sapi sesuai ciri-ciri yang diterangkan oleh Nabi Musa.


Begitu sapi sudah diperoleh, mereka lalu menyembelihnya dan lidah sapi itu dipukulkan ke tubuh mayat orang yang terbunuh. Seketika itu ia menjadi hidup kembali dan menceritakan bahwa ia telah dibunuh oleh sepupunya sendiri.


Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS membawa kaumnya ke Palestina, tempat suci yang telah dijanjikan bagi Nabi Ibrahim AS sebagai tempat tinggal anak cucunya. Bani Israil yang telah mendapat berbagai karunia dari Allah SWT adalah kaum yang keras kepala dan tidak bersyukur.


Sebelum mengajak kaumnya berhijrah, Nabi Musa mengutus perintis jalan ( Scout ) untuk menyelidiki tentang penduduk penghuni Palestina. Ketika kembali, para perintis jalan itu mengabarkan bahwa tanah suci tersebut dihuni oleh suku Kana'an yang kuat-kuat, dan kota-kotanya memiliki benteng yang kokoh. Mengetahui hal itu, merasa gentarlah Bani Israil dan tidak mau mematuhi perintah Musa untuk menyerang. Mereka hanya mau kesana jika suku itu telah disingkirkan terlebih dahulu.


Nabi Musa AS sangat marah terhadap sikap kaumnya itu, karena sikap tersebut mencerminkan bahwa mereka belum benar-benar beriman kepada Allah SWT, padahal Allah SWT telah berjanji bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan mampu mengalahkan suku Kana'an. Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada Nabi Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."


Habislah kesabaran Nabi Musa. Ia lalu memanjatkan doa agar Allah SWT memberikan putusan-Nya atas sikap kaumnya. Sebagai hukuman bagi Bani Israil yang menolak perintah Allah SWT, Allah SWT mengharamkan wilayah Palestina selama 40 tahun bagi mereka. Mereka akan tersesat, padahal tanah yang dijanjikan sudah ada di depan mata. Selama itu mereka akan berkeliaran di muka bumi tanpa memiliki tempat bermukim yang tetap.


Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Maidah: 20-26.


Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain".


Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.


Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya."


Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".


Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja."


Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu"


Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."


Pada suatu kesempatan berkhutbah di hadapan kaumnya, Nabi Musa AS mengatakan bahwa dirinyalah yang paling pandai dan berpengetahuan. Allah SWT menegur sikapnya ini dan berfirman, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu."


Berkatalah Nabi Musa, "Wahai Tuhanku, apa yang harus kuperbuat untuk bertemu dengannya?"


Allah berfirman, "Ambillah seekor ikan kecil dan letakkan di dalam keranjang. Dimanapun engkau kehilangan ikan itu, maka disitulah ia berada."


Nabi Musa melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya. Ia mengambil seekor ikan kecil, kemudian ia pergi dengan ditemani seorang sahayanya. Saat mereka tiba di pertemuan antara dua buah laut, mereka duduk sejenak untuk beristirahat. Tertidurlah mereka, sementara saat itu turun hujan sehingga ikan yang mereka bawa dapat melompat dan meluncur ke laut.


Sahaya Nabi Musa mengetahui hal ini, namun ia lupa memberitahukannya kepada Nabi Musa. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Ketika mereka merasa lapar dan hendak makan, saat itulah sahaya Nabi Musa teringat akan ikan yang hilang itu, maka ia pun memberitahu Nabi Musa. Mendengar itu Nabi Musa sangat gembira. "Inilah yang kita cari. Mari kita kembali untuk mengikuti jejak dimana ikan itu hilang."


Belum sampai di tempat yang dituju, Nabi Musa telah bertemu dengan orang yang dimaksud. Hamba Allah SWT yang saleh itu dikenal dengan nama Nabi Khidir AS. Nabi Musa AS yang ingin belajar dari hamba-Nya yang saleh itu meminta agar diizinkan untuk mengikuti Nabi Khidir.


Nabi Khidir menjawab bahwa Nabi Musa tidak akan dapat sabar atas keikutsertaannya, karena ia akan melihat tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syariatnya. Namun Musa berkata bahwa ia akan bersabar dan tidak akan menentang urusan Nabi Khidir. Akhirnya Nabi Khidir mengizinkan Nabi Musa untuk mengikutinya, namun dengan syarat bahwa Nabi Musa tidak boleh mempertanyakan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya, karena pada akhirnya ia akan menceritakan rahasia di balik tindakan-tindakannya itu.


Pergilah Nabi Musa bersama Nabi Khidir menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di depan mereka sebuah kapal, maka keduanya meminta kepada penumpang-penumpangnya untuk mengangkut mereka. Mereka diizinkan menumpang, lalu keduanya pun naik ke kapal itu. Saat para penumpang lengah, Nabi Khidir melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu sedemikian rupa sehingga kerusakannya akan mudah untuk diperbaiki. Nabi Musa yang melihat kejadian ini merasa ngeri dan tanpa sadar ia lupa dengan perjanjiannya untuk tidak mengajukan pertanyaan apa pun, maka ia pun berkata, "Apakah engkau merusak kapal orang-orang yang telah menghormati kita? Engkau telah melakukan sesuatu yang tercela."


Nabi Khidir mengingatkan kepada Nabi Musa akan perjanjian mereka, maka sadarlah Nabi Musa, ia meminta supaya jangan dihukum atas kelupaannya ini. Keduanya lalu meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain bersama kawan-kawannya. Nabi Khidir lalu membujuk anak itu ikut dengannya dan membawanya ke tempat yang agak jauh dari teman-temannya, lalu ia membunuhnya. Panas hati Nabi Musa melihat perbuatan yang keji ini sehingga dengan marah ia berkata, "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa? Engkau telah berbuat sesuatu yang mungkar."


Nabi Khidir kembali mengingatkan Nabi Musa akan syarat yang berlaku antara keduanya. Musa menyesal atas ketidaksabarannya. Ia pun berkata, "Jika setelah ini aku bertanya lagi kepadamu, maka janganlah menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu."


Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan kembali. Saat merasa haus dan lapar, masuklah mereka ke sebuah desa. Mereka meminta kepada penghuninya supaya bersedia memberi mereka makan dan menjadikan mereka sebagai tamu, namun permintaan mereka ini ditolak dengan kasar oleh penghuni desa tersebut.


Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati sebuah dinding yang hampir roboh. Nabi Khidir lalu memperbaiki dinding yang roboh itu dan mendirikan bangunannya. Melihat ini, Nabi Musa tidak tahan lalu bertanya, "Apakah engkau mau membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding rumah mereka? Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa meminta upah atas pekerjaanmu untuk membeli makanan."


Dengan timbulnya pertanyaan Nabi Musa ini, maka berpisahlah ia dengan Nabi Khidir. Namun sebelum berpisah, Nabi Khidir menjelaskan rahasia-rahasia perbuatannya. Ia berkata, "Mengenai kapal yang aku lubangi dindingnya, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku mengetahui bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari pemiliknya. Sebab itu aku merusaknya sedikit supaya nantinya mudah diperbaiki lagi, dan bila raja melihatnya ia pun menduga kapal itu adalah kapal yang buruk sehingga ia akan membiarkannya pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada mereka.


Mengenai anak kecil yang aku bunuh, ia adalah seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerusakan sejak kecil, sedang kedua orangtuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh. Aku khawatir rasa kasih sayang orangtua terhadap anaknya akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka dan menjerumuskannya ke dalam kekafiran dan kesombongan, maka aku pun membunuhnya untuk menenangkan kedua orangtua yang beriman ini, dan anak yang jahat itu semoga akan diberi gantinya oleh Allah SWT dengan anak yang lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orangtuanya.


Adapun dinding rumah yang kudirikan, itu adalah milik dua anak yatim di kota itu yang di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu yang Maha Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya.


Semua yang kuperbuat itu bukanlah atas usahaku, melainkan itu adalah wahyu dari Allah SWT. Dan inilah penjelasan dari kejadian-kejadian yang mana engkau tidak bisa bersabar."


Kisah pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS ini terdapat dalam surat Al-Kahfi: 60-82.


Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".


Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.


Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".


Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."


Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.


Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.


Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"


Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.


Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"


Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun".


Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".


Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.


Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku"


Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".


Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".


Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"


Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".


Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".


Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.


Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.


Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.


Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).


Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".


Tersebutlah seorang pengikut Nabi Musa AS yang sangat kaya yang masih ada hubungan keluarga dengan Nabi Musa. Pengikut tersebut bernama Qarun. Meskipun sangat kaya, Qarun tidak mau menyedekahkan hartanya bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Nabi Musa AS tidak dipedulikannya, bahkan ia mengejek dan memfitnah Nabi Musa AS.


Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya, Musa memanjatkan doa agar Allah SWT menurunkan azabnya pada diri hartawan itu. Allah SWT lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat.


Dari sini munculah kata harta karun / untuk harta yang terpendam di tanah.


Kisah Qarun dan hartanya ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 76-82.


Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".


Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.


Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.


Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".


Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar".


Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).


Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu. berkata: "Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)".


Sesuai dengan syariat dalam Taurat, Nabi Musa menentukan hari Sabtu sebagai hari untuk berkumpul dan beribadah. Pada hari itu kaum Bani Israil dilarang untuk melakukan usaha apa pun, termasuk berniaga dan mencari ikan. Namun pada hari Sabtu tersbut justru ikan-ikan sangat banyak terlihat di laut.


Sesungguhnya ini merupakan kehendak Allah SWT untuk menguji keimanan dan ketaatan Bani Israil. Ternyata mereka tidak tahan dengan ujian ini dan melanggar larangan hari Sabath, oleh sebab itu Allah kemudian mengutuk sebagian mereka menjadi kera.


Hal ini disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 65 dan Al-A'râf: 166.


Al-Baqarah: 65


Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".


Al-A'râf: 166.


Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina"


Nabi Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan, yaitu Palestina, tetapi beliau tidak sempat memasukinya. Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya' bin Nun, yang memang telah ditunjuk oleh Nabi Musa untuk menggantikan beliau sesaat sebelum kewafatannya.


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Musa


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi7




Kisah Nabi-Nabi : Nabi Harun A.S.

Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim ( Aaron ) adalah sauadara seibu dengan Nabi Musa. Nabi Musa dan Nabi Harun memiliki ibu yang sama, yaitu Yukabad. Nabi Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Nabi Musa.


Nabi Harun diutus untuk membantu Nabi Musa dalam memimpin Bani Israil ke jalan yang benar. Ia fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap. Nabi Harun diutus untuk membantu Nabi Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Dalam berbicara, Nabi Harun lebih mampu daripada Nabi Musa AS. Hal ini bahkan diakui sendiri oleh Nabi Musa saat Nabi Musa di perintah Allah untuk kembali ke mesir dalam rangka menghadapi Fir'aun.


Hal ini dituliskan dalam Al - Qasas : 34 - 35




Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".


Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang".


Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi Musa AS memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Musa AS untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Nabi Musa meminta Nabi Harun untuk menjadi wakilnya dalam mengurus kaumnya.


Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.


Nabi Musa terlambat kembali ke mereka karena harus mengadakan Ibadah tambahan 10 hari lagi. Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Nabi Musa ini disebabkan karena Bani Israil telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Nabi Musa mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tersebut ke dalam api.


Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.


Nabi Harun mencoba mengingatkan mereka bahwa kelakuan mereka itu adalah dosa besar, namun semua nasihat Nabi Harun tidak dipedulikan oleh bani Israil. Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu karena mereka menganggap Nabi Harun itu lemah. Bahkan mereka hampir-hampir saja membunuh Nabi Harun A.S.


Ketika Nabi Musa kembali, melihat kaumnya kembali murtad, Nabi Musa marah kepada Nabi Harun yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Nabi Harun AS, Nabi Musa pun tenang kembali. Nabi Musa kemudian mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.


Hal ini diceritakan dalam QS Al-A'râf: 150


Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim".


Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Nabi Musa, di daerah al Tiih, yaitu daerah sebelum Bani Israil memasuki Palestina.


Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya' bin Nun, yang memang telah ditunjuk oleh Nabi Musa untuk menggantikan beliau sesaat sebelum kewafatannya.


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Harun_(Al-Qur'an)


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi8



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Daud A.S.

Nabi Daud AS ( David ) ( hidup sekitar 1043 SM - 937 SM ) adalah salah seorang nabi dari Bani Israil, yaitu dari sibith Yahuda. Ia merupakan keturunan ke-13 dari Nabi Ibrahim AS.


Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya' bin Nun, yang memang telah ditunjuk langsung oleh Nabi Musa untuk menggantikan Nabi Musa memimpin Bani Israil sesaat sebelum kewafatannya. Berkat kepemimpinan Yusya' bin Nun, Bani Israil berhasil menguasai tanah Palestina dan bertempat tinggal di istana. Namun setelah Nabi Yusya bin Nun wafat, Bani Israil terpecah belah. Isi kitab Taurat berani mereka rubah dan ditambah-tambah. Mereka sering bersilang pendapat sesama mereka sendiri, hingga akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka. Akibat hal ini adalah tanah Palestina akhirnya diserbu dan dikuasai bangsa lain.




Bani Israil kembali menjadi bangsa jajahan yang tertindas. Mereka merindukan datangnya seorang pemimpin yang tegas dan gagah berani untuk melawan penjajah. Pada suatu hari, mereka pergi menemui Nabi Samuel untuk meminta petunjuk. "Wahai Samuel, angkatlah salah seorang di antara kami sebagai Raja yang akan memimpin kita berperang melawan penjajah."


Tetapi Nabi Samuel menjawab, "Aku khawatir bila sudah mendapat pemimpin yang dipilih Allah, kalian justru tidak mau berangkat perang."


"Kita sudah lama menjadi bangsa tertindas," kata mereka. "Kita tidak mau menderita lebih lama lagi."


Karena didesak terus oleh kaumnya, akhirnya Nabi Samuel menuruti mereka dan memanjatkan doa kepada Allah SWT agar menetapkan salah satu di antara mereka untuk menjadi pemimpin Bani Israil. Doa Nabi Samuel dikabulkan, Allah memilih Thalut sebagai Raja yang akan memimpin mereka. Tapi ternyata begitu mendengar nama Thalut diucapkan oleh Nabi Samuel, mereka justru menolak dengan alasan bahwa Thalut tidak begitu dikenal, ia hanya seorang petani biasa yang sangat miskin.


Nabi Samuel kemudian menjelaskan bahwa walaupun Thalut itu hanyalah petani biasa, namun Thalut termasuk orang yang pandai dalam strategi perang, ia juga pandai tentang ilmu tata negara dan terlebih lagi tubuhnya kekar dan kuat. Setelah di bujuk terus oleh Nabi Samuel, akhirnya mereka mau menerima Thalut sebagai Raja mereka.



Thalut yang telah di angkat sebagai pimpinan terbaru bani israil kemudian mengajak orang-orang yang tak punya ikatan rumah tangga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang seperti itu, Thalut berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertempuran dan tak terganggu dengan urusan rumah tangga dan perdagangan.

Salah seorang anak muda yang ikut dalam barisan Thalut adalah seorang remaja bernama Daud. Daud diperintah oleh ayahnya untuk menyertai kedua kakaknya yang juga akan maju ke medan perang. Daud oleh Ayahnya tidak diperkenankan maju ke garis depan. Ayahnya hanya meminta ia untuk melayani kedua kakaknya saja selama mereka berada di medan perang. Jika kakaknya lapar atau haus, Daudlah yang harus melayani dan menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka.


Tentara Thalut jumlahnya tidaklah begitu banyak. Tentara lawan, Jalut sang Penindas ( Goliath ) Jauh lebih banyak dan lebih besar dari tentara Thalut. Jalut sendiri adalah seorang panglima perang ( War Lord ) yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang bertarung dengannya selalu binasa. Mengetahui keperkasaan Jalut dan tentaranya membuat Tentara Thalut menjadi gemetar dan ciut nyalinya. Cemas karena tentaranya ketakutan, Thalut kemudian berdoa kepada Allah, "Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir."


Maka dengan kekuatan doa itu akhirnya tentara Thalut memiliki keberanian kembali dan mereka lalu menyerbu tentara Jalut. Tidak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu bisa memiliki keberanian yang luar biasa, akhirnya pasukan Jalut dapat dikalahkan hingga akhirnya tentara Jalut lari tercerai berai.


Tentara Jalut yang masih tersisa hanya tinggal Jalut Sang Panglima ( Goliath ) dan beberapa pengawalnya saja. Thalut dan tentaranya tidak berani berhadapan dengan raksasa itu. Lalu Thalut mengumumkan, siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan mengangkatnya sebagai menantu. Tak disangka dan diduga, Nabi Daud yang masih berusia remaja tampil ke depan, meminta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut merasa ragu. Ia ragu karena Nabi Daud masih sangat muda dan tidak berpengalaman. Ia ragu apakah Nabi Daud mampu mengalahkan Jalut. Namun Nabi Daud terus memaksa Thalut agar mengizinkannya melawan Jalut. Akhirnya Thalut mengizinkan Nabi Daud untuk maju ke medan perang.


Dari kejauhan Thalut mengawasi Nabi Daud yang sedang menantang Jalut. Jalut memang sombong. Ia telah berkali-kali berteriak, menantang Tentara Thalut untuk duel dengannya. Jalut juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan Jalut juga mengeluarkan hina-hinaan lainnya untuk memancing emosi Tentara Thalut.


Tiba-tiba saja Nabi Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya duel. Nabi Daud tidak membawa senjata tajam. Satu-satunya senjata yang ia bawa hanyalah sebuah ketapel. Pertarungan antara Nabi Daud dan Jalut pun di mulai. Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Nabi Daud, tetapi Nabi Daud, walaupun Muda ternyata mahir berkeleliat menghindari sabetan pedang Jalut dengan gesitnya.


Dalam pertarungan yang seru itu, Nabi Daud melihat kesempatan untuk menggunakan senjatanya. Nabi Daud yang mendapat peluang untuk menembakan ketapelnya itu tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dengan sigap ia lalu menembakan ketapelnya ke arah dahi Jalut. Peluru ketapel Nabi Daud melayang dengan cepatnya tepat di antara kedua mata Jalut.


Kerasnya suara sentuhan peluru ketapel Nabi Daud di dahi Jalut itu, dengan cepat di kalahkan oleh kerasnya suara teriakan kesakitan dari Jalut. Dahi Jalut pecah mengeluarkan darah. Tidak lama kemudian ia jatuh, roboh dan kemudian tewas seketika. Kematian Jalut menandakan kemenangan bagi pasukan Thalut. Sesuai janji, Nabi Daud kemudian diangkat sebagai menantu Raja oleh Thalut. Nabi Daud kemudian dinikahkan dengan putri Thalut yang bernama Mikyai.


Disamping menjadi menantu Raja, Nabi Daud juga diangkat sebagai penasihat Raja Thalut. Nabi Daud dihormati semua orang, bahkan rakyatnya seakan-akan lebih menghormati Nabi Daud daripada Thalut, Raja mereka sendiri. Hal ini mulai membuat penyakit iri hati keluar di hati Thalut. Penyakit hati ini menyebabkan Thalut mencari-cari cara untuk mengenyahkan Nabi Daud.


Salah satu cara yang dilakukan Thalut untuk menyingkirkan Nabi Daud adalah dengan mengirimkan Nabi Daud ke medan perang yang sulit. Nabi Daud ditugaskan untuk mengalahkan musuh-musuh yang jauh lebih kuat dan lebih besar jumlahnya. Hal ini dilakukan Thalut dengan harapan dia dapat menyingkirkan Nabi Daud dengan tangan orang lain sehingga ia tidak disalahkan oleh rakyatnya dan Ia juga tidak perlu berhadapan langsung dengan Nabi Daud.


Namun Ternyata Cara ini malah menjadi bumerang bagi Thalut. Semua medan perang yang menurut Thalut sulit itu, mampu dimenangkan oleh Nabi Daud sehingga membuat Nabi Daud menjadi lebih populer dan lebih di cintai rakyatnya.


Thalut makin merasa iri dan tersaingi atas kepopuleran Nabi Daud di mata rakyatnya. Ia terus mencoba membunuh dan menyingkirkan Daud dengan berbagai cara, namun selalu menemui kegagalan. Nabi Daud selalu dalam lindungan Allah.


Puncak dari penyakit iri hati Thalut kepada Jalut adalah dengan meletusnya perang Jalbu, yaitu Perang antara Thalut dengan pendukungnya dan Nabi Daud dengan pendukungnya. Perang Jalbu di akhiri dengan tewasnya Thalut dan Putra mahkotanya. Dengan tewasnya Thalut dan putra mahkotanya, maka Nabi Daud adalah satu-satunya kandidat yang paling cocok untuk menjadi Raja Israel. Setelah perang Jalbu berakhir, rakyat Israel lalu langsung mengangkat Nabi Daud sebagai Raja mereka.


Allah SWT menurunkan kitab Zabur bagi Nabi Daud AS. Selain Zabur, keistimewaan Nabi Daud AS lainnya adalah setiap pagi dan senja gunung-gunung bertasbih atas perintah Allah SWT mengikuti tasbihnya. Nabi Daud AS juga memahami bahasa burung-burung. Binatang juga mengikuti tasbih Nabi Daud AS.


Keistimewaannya dalam beribadah ini diterangkan dalam surat Shâd: 17-19 dan Saba': 10.


Shâd: 17-19


Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).


Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi,


dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah.


Saba: 10


Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,


Selain itu kerajaan Nabi Daud menjadi Kerajaan yang kuat yang tidak pernah sekalipun dapat terkalahkan. Sebaliknya, Nabi Daud AS selalu mendapat kemenangan dari setiap perperangan dengan lawannya. Ia menduduki takhta kerajaan selama 40 tahun.


Nabi Daud juga diberikan mukjizat oleh Allah SWT. Mukjizat Nabi Daud adalah dapat melunakkan besi menjadi seperti lilin, kemudian ia juga dapat merubah-rubah bentuk besi itu tanpa memerlukan api, peralatan pandai besi atau peralatan lainnya. Dari besi itu, Nabi Daud dapat membuat baju besi yang dikokohkan dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang saling menjalin secara berkesinambungan. Jenis baju ini membuat pemakainya lebih bebas bergerak, karena tidak kaku seperti baju besi biasa yang dibuat dari besi lembaran.


Tentang mukjizatnya ini disebutkan dalam surat Saba': 10 dan Al-Anbiyâ': 80.


Saba: 10


Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,


Al-Anbiyâ': 80.


Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).


Nabi Daud juga dikaruniai oleh Allah untuk memiiki suara yang sangat merdu. Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud selain berisi pelajaran dan peringatan, juga berisi nyanyian puji-pujian kepada Tuhan. Nyanyian ini sering juga disebut dengan Mazmur.


Nabi Daud membagi hari-harinya menjadi 4 bagian. Sehari untuk beribadah, sehari ia menjadi hakim, sehari untuk memberikan pengajaran, dan sehari lagi untuk kepentingan pribadi. Ia juga suka berpuasa. Ia melakukan puasa dua hari sekali, sehari berpuasa, sehari lagi tidak.


Seorang Nabi adalah manusia yang selalu menjadi contoh dan teladan umatnya. Karena hanya manusia, maka seorang Nabi tetap saja bisa melakukan kesalahan. Dan jika seorang Nabi memang melakukan kesalahan, maka Allah akan segera memperingatkannya untuk meluruskan kesalahannya itu. Hal ini ternyata juga berlaku untuk Nabi Daud. Nabi Daud AS memiliki istri sebanyak 99 orang. Di masa Nabi Daud memang tidak ada pembatasan jumlah istri yang boleh dimiliki oleh seorang lelaki. Di masa itu, Seorang lelaki memiliki banyak istri adalah wajar adanya, terlebih lagi jika lelaki tersebut adalah seorang Raja. Nabi Daud AS yang istrinya sudah 99 itu, kemudian memiliki keinginan untuk menggenapkan istrinya menjadi 100 orang.


Nabi Daud tertarik dengan salah satu tunangan seorang pemuda yang merupakan salah satu tentaranya. Nabi Daud terus mendesak tentaranya itu agar menyerahkan tunangannya untuk menjadi istri ke-100 Nabi Daud.


Pada suatu hari, datanglah dua orang lelaki untuk mengadu kepada Nabi Daud. Seorang di antara mereka berkata, "Saudaraku ini memiliki kambing sebanyak 99 ekor, sedang aku hanya memiliki seekor, tetapi ia menuntut dan mendesakku agar menyerahkan kambingku yang seekor itu kepadanya, supaya jumlah kambingnya menjadi genap 100 ekor. Ia memberikanku berbagai alasan yang tak bisa kubantah karena aku adalah termasuk orang-orang yang tak pandai berdebat."


Nabi Daud kemudian bertanya kepada lelaki yang satu lagi, "Benarkah ucapan saudaramu itu?"


"Benar," jawab lelaki itu.


Berkatalah Nabi Daud dengan marah, "Jika demikian halnya, maka saudaramu telah berbuat zalim. Aku tidak akan membiarkanmu meneruskan perbuatanmu yang semena-mena itu atau engkau akan mendapat hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu!"


"Hai Daud!" kata lelaki itu, "Sebenarnya engkaulah yang pantas mendapat hukuman yang kau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau telah mempunyai 99 istri? Tetapi mengapa kau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah bertunangan dengan pemuda yang menjadi tentaramu sendiri? Padahal pemuda itu sangat setia dan berbakti kepadamu."


Nabi Daud merasa tercengang mendengar ucapan yang tegas dan berani dari lelaki itu. Ia berpikir keras, siapakah sesungguhnya kedua orang ini? Tetapi tiba-tiba kedua pria itu sudah hilang lenyap dari pandangannya. Tahulah Nabi Daud bahwa ia telah diperingatkan Allah melalui malaikat-Nya. Ia segera bertaubat memohon ampun kepada Allah, dan Allah menerima taubatnya.


Suatu ketika rakyat Nabi Daud AS bersepakat untuk melanggar ketentuan yang menyatakan hari Sabtu (Sabath) sebagai hari besar untuk Bani Israil, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Musa AS. Hari Sabat dikhususkan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT, menyucikan hati dan pikiran dengan berzikir dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, serta memperbanyak amal dan diharamkan melakukan kesibukan-kesibukan yang bersifat duniawi.


Penduduk desa Ailat di tepi Laut Merah juga mematuhi perintah itu. Pada hari Sabtu mereka tidak menangkap ikan, tetapi pada hari Sabtu itu justru ikan-ikan di laut banyak menampakkan diri. Akhirnya penduduk Ailat tidak dapat menahan diri untuk melanggar larangan hari Sabtu itu. Hari Sabtu mereka gunakan untuk mengumpulkan ikan.


Azab Allah SWT pun turun kepada mereka. Wajah mereka diubah menjadi wajah yang amat buruk, kemudian terjadi gempa bumi yang dahsyat.


Kisah ini diriwayatkan dalam surat Al-A'râf: 163-166.


Dan tanyakanlah kepada Bani Israel tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.


Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa".


Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.


Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina"


Pada suatu hari, berjangkitlah penyakit kolera di wilayah kerajaan yang dikuasai Nabi Daud AS. Banyak rakyat yang meninggal karena wabah penyakit ini. Nabi Daud kemudian berdoa kepada Allah agar menghilangkan wabah ini, maka hilanglah penyakit itu.


Untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah, maka Nabi Daud mengajak putranya, Nabi Sulaiman, untuk membangun tempat suci, yaitu Baitul Maqdis, yang sekarang kita kenal sebagai Masjidil Aqsha di Yerusalem, Palestina. Tempat inilah yang menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Ka'bah.


Nabi Dawud dikuburkan di Baitul Maqdis dan tahtanya diteruskan oleh putranya Nabi Sulaiman.


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Sulayman


http://id.wikipedia.org/wiki/Dawud



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Sulaiman A.S.

Sulaiman bin Daud ( Solomon )(975-935 SM) merupakan putra sekaligus penerus kerajaan Nabi Daud. Setelah Nabi Daud meninggal dunia, Nabi Sulaimanlah yang menjadi pewaris tahta kerajaan Nabi Daud sebagai Raja dan Pemimpin Bani Israil.


Nabi Sulayman terkenal dengan mukjizatnya yang diberikan dari Allah Kepadanya Nabi Sulaiman mampu berkomunikasi bukan hanya dengan manusia, melainkan Nabi Sulaiman juga mampu berkomunikasi dengan hewan, angin dan Jin. Nabi Sulaiman juga dapat memerintahkan angin untuk bertiup dari satu tempat ke tempat lain.


Bahkan syaitan-syaitan-pun Allah tundukan untuk melayani Nabi Sulaiman. Di antara Setan-setan tersebut, ada yang Nabi Sulaiman tugaskan untuk membangun istana dan benteng-benteng, ada juga yang ditugaskan untuk menyelam di laut dalam rangka mencari mutiara dan batu mulia lainnya. Allah telah memberi kekuasaan pada Nabi Sulaiman atas syaitan-syaitan yang kafir sehingga ia mampu mengikat mereka sehingga Nabi Sulaiman dapat mencegah kejahatan mereka.


Kebijaksanaan Nabi Sulaiman sebenarnya sudah terlihat saat Nabi Sulaiman sudah masuk masa remaja. Di masa remajanya, saat Nabi Daud ayah Nabi Sulaiman masih memerintah, ada suatu kejadian yang dapat menunjukan kearifan Nabi Sulaiman sebagai hakim yang bijaksana. Kejadian itu terjadi di malam hari, di mana pada saat itu ada kejadian sekelompok kambing milik seorang pengembala masuk ke kebun orang lain tanpa sepengetahuan pengembalanya.


Sekelompok kambing yang masuk tadi kemudian merusak kebun tentangganya tersebut sehingga sang pemilik kebun merasa dirugikan. Tidak terima dengan alasan sang pengembala, Sang pemilik kebun kemudian mengadukan hal ini kepada Nabi Daud AS yang selain sebagai Raja juga berperan sebagai Hakim di negrinya.


Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami telah membajak tanah kami dan menanaminya serta memeliharanya. Tapi ketika tiba waktu panen, datanglah kambing orang-orang ini pada suatu malam dan memakan tanaman di kebun kami hingga habis seluruhnya."




"Benarkah apa yang dikatakan oleh mereka ini?" tanya Nabi Daud.


"Ya," jawab mereka.


Kemudian Nabi Daud bertanya berapa pemilik kebun berapa kerugian yang ia derita. Nabi Daud juga bertanya kepada pemilik kambing berapa harga kambing yang ia miliki itu. Ternyata nilai kerugian yang di derita sang pemilik kebun dengan nilai harga kambing hampir sama, mengetahui hal ini Nabi Daud berkata kepada pemilik kambing, "Berikanlah kambingmu kepada pemilik tanaman sebagai ganti rugi bagi mereka atas binasanya tanaman mereka."


Nabi Sulaiman yang kebetulan datang menghadiri pengadilan tersebut tampaknya punya pendapat lain. Nabi Sulaiman menyampaikan pendapatnya tentang hal ini, "Saya mempunyai pendapat yang berbeda dalam perkara ini. Menurut saya, pemilik kambing sebaiknya memberikan kambing mereka kepada pemilik tanaman, dan mengambil manfaatnya berupa bulu wol, susu, dan anak-anak kambing tersebut. Sedangkan ia sendiri mengambil alih tanaman yang telah rusak itu, menanaminya kembali dan mengairi serta memeliharanya hingga tumbuh tanamannya. Apabila telah tiba waktu panen, mereka harus menyerahkan hasil tanaman itu kepada pemiliknya, dan menerima kembali kambing mereka. Dengan demikian semua pihak akan mendapatkan keuntungan dan manfaat."


Mendengar usulan Nabi Sulaiman yang bijaksana dan arif tersebut, kedua belah pihak, baik Sang Pemilik kebun maupun Pemilik kambing menyetujui usulan dari Nabi Sulaiman tadi. Nabi Daud pun merasa bangga kepada putranya ini dan berkata, "Engkau telah memutuskan hukum dengan tepat, anakku." Dan ia pun berfatwa seperti apa yang diputuskan oleh Nabi Sulaiman. Selain Nabi Daud, hampir semua orang yang hadir dalam persidangan tersebut juga kagum dengan usulan dari Nabi Sulaiman sehingga dari sini Nama Nabi Sulaiman menjadi semakin populer.


Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiyâ': 78-79.



Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,

maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kami lah yang melakukannya.


Dengan di awali dari masalah perselisihan kebun tersebut, Nabi Daud dan rakyatnya semakin melihat jelas kecerdasan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman juga mulai dipercaya oleh Nabi Daud untuk memanggul kewajiban-kewajiban yang lebih sulit. Nabi Daud juga mulai mempersiapkan Nabi Sulaiman sebagai penerus tahtanya, sebagai Calon Raja & Pemimpin Dari Bani Israil.


Selain Nabi Sulaiman, Nabi Daud juga memiliki anak lainnya. Anak yang lain itu adalah Absyalum, kakak dari Nabi Sulaiman. Absyalum yang lebih tua dari Nabi Sulaiman merasa tidak senang dengan prestasi adiknya itu, dan merasa iri hati dengan kenaikan hirarki adiknya itu dalam lingkungan pemerintahan. Apalagi, saat Nabi Daud akan melantik Nabi Sulaiman sebagai Putera Mahkota, Absyalum sangat keberatan dengan hal ini.


Menurut Absyalum, Nabi Sulaiman masih terlalu muda dan tidak memiliki cukup pengalaman untuk menjadi seorang Putera Mahkota. Menurut Absyalum, dirinyalah yang lebih pantas menjadi Putera Mahkota, karena menurut dia, dia lebih dari Nabi Sulaiman, Apa lagi dalam keluarga Nabi Daud posisi dia adalah sebagai kakak dari Nabi Sulaiman.


Dengan ucapannya itu, Absyalum mulai menunjukan Ambisinya untuk menjadi seorang Raja. Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, Absyalum mulai memperluas pengaruhnya dengan menunjukan sikap baik di depan kaum Bani Israil, rakyatnya. Absyalum juga mulai menangani banyak permasalahan Negara secara langsung untuk membuat pengaruhnya semakin luas.


Setelah merasa pengaruhnya cukup besar, Absyalum mengumukan bahwa dirinya telah menjadi Raja. Ia merampas kekuasaan dari Ayahnya sendiri, Nabi Daud. Tindakannya Absyalum ini mengakibatkan kekacauan dan huru-hara di kalangan Bani Israel. Melihatkan kekacauan ini, Nabi Daud keluar dari Baitul Maqdis, menyeberangi Sungai Jordan menuju ke Bukit Zaitun.


Tindakan Nabi Daud ini bukan karena ia takut berperang melainkan semata-mata ingin menghindari perang saudara dan mengakibatkan pertumpahan darah yang tidak berguna. Namun tampaknya Absyalum tidak sadar dengan maksud ayahnya ini. Absyalum dengan angkuh memasuki dan kemudian menguasai istana Ayahnya.


Di Bukit Zaitun, Nabi Daud memohon petunjuk Allah tentang bagaimana menyelamatkan kerajaannya, kerajaan Bailtul Maqdis sehingga kerajaannya itu jangan sampai hancur ataupun rusak oleh anaknya yang durhaka itu. Allah kemudian memberi petunjuk kepada Nabi Daud tentang bagaimana cara menyelamatkan kerajaanya, yaitu dengan cara memerangi anaknya sendiri, Absyalum.


Nabi Daud pun lalu mulai menyiapkan tentaranya untuk memerangi Absyalum. Tapi bagaimanapun juga, Nabi Daud hanyalah seorang manusia. Dia tidak menginginkan darah dagingnya sendiri tewas di tangannya atau tangan tentaranya, sehingga sebelum memulai peperangan tersebut, Nabi Daud mengingatkan kepada tentaranya agar tidak membunuh anaknya itu. Ia berpesan agar anaknya, Absyalum agar di tangkap hidup-hidup.


Perperangan antara tentara Ayah dan Anak itupun di mulai. Nabi Daud dan tentaranya bisa mengungguli Absyalum sang anak durhaka dan tentaranya. Walaupun Nabi Daud telah memesan kepada tentaranya untuk tidak membunuh anaknya, tetap takdir Allah tidak dapat dihindari. Absyalum yang tidak mau menyerah memutuskan untuk bertarung dengan tentara Nabi Daud, sehingga dalam keadaan tersebut, tentara Nabi Daud tidak memiliki pilihan lain selain membalas serangan Absyalum. Absyalum akhirnya tewas di tangan tentara Nabi Daud.


Setelah itu Nabi Daud kembali ke Baitul Maqdis dan kembali memerintah dengan Nabi Sulaiman sebagai putra mahkotanya. Akhirnya setelah 40 tahun memerintah Nabi Daud wafat. Kewafatan Nabi Daud ini kemduain di ikuti dengan pemberian kuasa penuh kepada Nabi Sulaiman untuk menjadi penerus Nabi Daud memimpin Bani Israel.


Selain memimpin Bani Israil, Nabi Sulaiman juga di berikan mukjizat oleh Allah sehingga Ia juga menundukkan jin, angin dan burung, sehingga mereka dapat ia suruh melakukan apa saja, termasuk mendapatkan tembaga dari perut bumi untuk dijadikan peralatan.


Hal ini dituliskan dalam Al-Quran, Saba: 34


Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.


Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengadakan apel besar bagi seluruh bala tentaranya, baik dari golongan manusia, jin, syetan, dan binatang, semua diperintahkan untuk berkumpul menghadap Nabi Sulaiman AS. Semua sudah hadir kecuali seekor burung bernama Hudhud.


"Mengapa burung Hudhud belum datang?" tanya Nabi Sulaiman. "Sesungguhnya jika ia tidak bisa memberi alasan yang jelas atas keterlambatannya, sebagai hukuman aku akan menyembelihnya."


Tak lama kemudian munculah burung yang dimaksud. Burung Hudhud yang terlambat datang tadi langsung bersujud di hadapan Nabi Sulaiman. Sadar bahwa nyawanya dalam bahaya jika tidak memberikan alasan yang tepat tentang penyebab keterlambatannya, Burung Hudhud langsung memberikan penjelasan tentang hal tersebut.


"Ampunilah hamba Tuanku, hamba memang telah terlambat. Tetapi hamba membawa kabar yang sangat penting. Di negeri Saba hiduplah seorang Ratu yang bernama Ratu Balqis. Ia mempunyai singgasana yang agung. Kerajaannya luas dan rakyatnya hidup dengan makmur. Namun sayang mereka tidak menyembah Allah. Mereka disesatkan oleh iblis sehingga menyembah matahari."


Nabi Sulaiman kemudian berkata, "Aku percaya dengan berita yang kaubawa itu. Tetapi aku akan menyelidiki dulu kebenaran beritamu. Bawalah suratku untuk Ratu Balqis. Kalau sudah diterimanya nanti, sembunyilah kau di celah-celah jendela, dan dengarkanlah apa yang akan dilakukannya."


Maka terbanglah burung Hudhud ke negeri Saba yang terletak di kota Yaman. Burung Hudhud kemudian langsung ke istana Ratu Balqis dan kemudian menyerahkan surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis. Setelah menyerahkan surat Nabi Sulaiman, Burung hudhud Kemudian mengikuti perintah Nabi Sulaiman untuk bersembunyi di celah-celah jendela guna mengawasi respon Ratu Balqis setelah membaca Surat dari Nabi Sulaiman.


Ratu Balqis kemudian membaca surat yang baru diterimanya itu, isinya surat tersebut kurang lebih seperti ini:


Surat ini datang dari Sulaiman. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."


Setelah membaca surat tersebut, Ratu Balqis memanggil seluruh abdi dan penasihatnya untuk merundingkan isi surat tersebut. Ratu Bilqis sebisa mungkin ingin menghidari terjadinya peperangan yang hanya merusak keindahan istananya dan menyengsarakan rakyatnya. Dari hasil perundingan tersebut, diputuskanlah bahwa Ratu Balqis akan mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman melalui utusannya.


Dalam pikiran Ratu Balqis berserta abdi dan penasihatnya, jika Nabi Sulaiman menerima hadiah tersebut, mereka bisa mengambil kesimpulan bahwa Nabi Sulaiman hanyalah seorang raja yang senang menerima hadiah dan penyebaran agama hanyalah dijadikan alasan untuk menekan kerajaan Ratu Balqis. Tetapi jika ia seorang Nabi, maka hadiah tersebut akan ditolaknya karena memang tujuan awal Nabi Sulaiman bukanlah hadiah atau kekuasaan melainkan murni penyebaran agama.


Berangkatlah utusan Ratu Balqis ke Palestina dengan membawa berbagai hadiah yang indah-indah dan mahal-mahal. Ketika mereka sampai di istana Nabi Sulaiman, mereka sangat tercengang. Kerajaan Saba tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keindahan dan kemegahan kerajaan Nabi Sulaiman.


Ketika para utusan itu hendak menyerahkan hadiah mereka, dengan tegas Nabi Sulaiman menolak hadiah-hadiah itu karena ia memiliki harta benda yang jauh lebih baik daripada hadiah yang diberikan oleh Ratu Balqis. Kepada para utusan tersebut, Nabi Sulaiman meminta kedatangan Ratu Balqis ke kerajaannya dan agar Ratu Balqis mau menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Jika Ratu Balqis menurut, maka kerajaan Nabi Sulaiman tidak akan menyerang negri Saba, tetapi jika Ratu Balqis menolak maka Nabi Sulaiman akan mengerahkan bala tentaranya yang tidak mungkin mampu di lawan oleh tentara Negri Saba.


Para utusan Ratu Balqis kemudia segera kembali ke Negeri Saba. Mereka melaporkan kepada Ratu Balqis tentang segala apa yang dilihatnya di negri Nabi Sulaiman. Mereka bercerita tentang kerajaan Nabi Sulaiman yang jauh lebih besar, megah, dan kuat dibanding negeri Saba. Mendengar hal tersebut, sadarlah Ratu Balqis bahwa mereka tidak akan mampu melawan Kerajaan Nabi Sulaiman hingga diputuskan bahwa Ratu Balqis akan datang ke negri Nabi Sulaiman guna memenuhi undangan Nabi Sulaiman AS.


Nabi Sulaiman mengetahui perjalanan Ratu Balqis menuju ke negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan suatu mukjizat kepadanya sebagai bukti atas kenabiannya. Nabi Sulaiman bertanya kepada jin yang ada di dekatnya, "Siapakah yang sanggup mendatangkan singgasana Balqis kepadaku untuk melihat kekuasan Allah berlangsung di hadapan mereka?"


Jin Ifrit berkata, "Aku sanggup membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu."


Akan tetapi ada seorang anak buah Nabi Sulaiman lainnya yang bernama Ashif bin Barkiya yang memiliki ilmu dari kitab-kitab Samawi berkata, "Aku sanggup mendatangkannya lebih cepat dari kejapan mata." Maka tiba-tiba saja singgasana itu pun telah ada di hadapan Nabi Sulaiman AS.


Sementara itu dengan diiringi ribuan prajurit, Ratu Bilqis penguasa Saba datang menemui Nabi Sulaiman di Palestina. Ia benar-benar tercengang menyaksikan keindahan dan kemegahan kerajaan Nabi Sulaiman. Ratu Balqis merasa malu mengingat betapa dulu ia telah mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk melunakkan hatinya agar Nabi Sulaiman tidak menyerang Negeri Saba.


Ketika ia masuk ke istana Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman bertanya, "Apakah singgasana ini serupa dengan singgasana kerajaanmu?".


"Ya, sepertinya memang milikku," kata Ratu Bilqis seraya memeriksa singgasana itu. Setelah memeriksanya, akhirnya ia yakin bahwa itu memang singgasananya. Maka berkatalah ia kepada Nabi Sulaiman, "Sesungguhnya aku telah mengetahui kekuasaan Allah dan kebenaran kenabianmu sebelum ini, yaitu tatkala datang burung Hudhud membawa surat darimu. Namun yang menghalangi-halangi kami untuk menyatakan keimanan kami adalah karena kami hidup di tengah-tengah kaum yang sudah mendalam kekufurannya. Itulah yang membuat kami menyembunyikan keimanan kami hingga saat ini kami datang menghadapmu."


Nabi Sulaiman tersenyum lalu mempersilakan Ratu Bilqis memasuki istananya. Lantai di istana itu terbuat dari kaca tipis yang di bawahnya dialiri air. Ratu Bilqis mengira itu benar-benar aliran air sungai, karenanya ia menyingkapkan sedikit kainnya hingga nampaklah betisnya. Nabi Sulaiman segera memberitahu bahwa lantai itu terbuat dari kaca putih yang tipis. Ratu Balqis tersipu malu. Serta merta ia bersujud dan menyatakan keimanannya kepada Allah SWT.


"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan Semesta Alam."



Semenjak itu Ratu Balqis kemudian menghilangkan kebiasaannya menyembah matahari dan mengikuti ajaran Nabi Sulaiman, yaitu menyembah Allah SWT. Tidak lama setelah itu, Ratu Balqis akhirnya dijadikan istri Oleh Nabi Sulaiman.

Hampir tak seorang pun mengetahui saat kematian Nabi Sulaiman, baik dari golongan jin maupun manusia. Kematian Nabi Sulaiman AS baru diketahui setelah tongkat yang digunakannya bersandar rapuh dimakan rayap dan beliau jatuh tersungkur ke lantai.


Doa Nabi Sulaiman telah dikabulkan Allah, yaitu tidak ada seorang pun yang memiliki kerajaan besar dan kaya raya seperti kerajaannya. Namun meskipun kaya raya dan berkuasa, Nabi Sulaiman tetap patuh dan tunduk pada perintah Allah SWT.



Kisa Nabi Sulaiman di kisahkan dalam Al-quran tepatnya di An-Naml: 15-44, dan Saba': 12-14.

An-Naml: 15-44

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman".


Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata".


Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).


Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";


maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".


Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.


Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang".


Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini,


Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.


Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,


agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.


Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Arasy yang besar".


Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.


Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan"


Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.


Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.


Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri".


Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku)".


Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".


Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.


Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.


Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.


Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".


Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".


Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".


Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".


Dia berkata: "Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal (nya)".


Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri".


Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.


Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".


Saba': 12-14.


Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.


Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.


Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.


Source :


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi8


http://id.wikipedia.org/wiki/Sulayman



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Ilyas A.S.

List Nabi-Nabi


Nabi Ilyas AS adalah keturunan ke-4 dari Nabi Harun AS, Nabi Ilyas tepatnya adalah Anak dari Yasin bin Fanhash bin Aizar bin Harun.


Ia diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya, Bani Israil yang tinggal di negeri Baalbek. Baalbek merupakan sebuah kota yang sekarang berada dalam wilayah Libanon. Pada masa Nabi Ilyas, kota ini didiami oleh bangsa Fenisia, yang merupakan bangsa pelaut terkenal. Bangsa ini menyembah berhala Baal. Sampai sekarang masih ada sebuah bangunan altar bernama Heliopolis yang diyakini sebagai tempat penyembahan bangsa Fenisia kepada Dewa Baal. Nama kota Baalbek sendiri diambil dari nama Baal, dewa bangsa Fenisia.




Nabi Ilyas AS telah memperingatkan kaumnya itu berkali-kali untuk berhenti menyembah Baal dan kembali, menyemab Allah SWT. Tapi tampaknya kaumnya ini sudah begitu tersesat sehingga semua ucapan Nabi Ilyas tidak di dengar dan mereka tetap pada kesesatannya.


Karena itulah Allah SWT menurunkan musibah kepada mereka berupa kekeringan selama bertahun-tahun lamanya sehingga tersadarlah mereka bahwa apa yang dikata oleh Nabi Ilyas AS itu benar adanya. Setelah kaumnya itu tersadar, Nabi Ilyas AS berdoa kepada Allah SWT agar musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah musibah itu berhenti, dan perekonomian mereka mulai memulih, mereka kembali durhaka kepada Allah SWT. Akhirnya kaum Nabi Ilyas AS kembali ditimpa musibah yang lebih berat daripada sebelumnya, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka semua tewas bergelimpangan.


Allah SWT menceritakan kejadian ini dalam Al-Quran QS. ash-Shaffat: 123-132 :


Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul.


(Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu tidak bertakwa?


Patutkah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta,


(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?"


Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka),


kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).


Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.


(yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas?"


Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.


Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.


Setelah Nabi Ilyas AS meninggal dunia, ia digantikan oleh anak angkatnya yang bernama Ilyasa.


Source :


http://tagtag.com/nabi19/?SID=5bv40ccbpssfs4sbaotii69850


http://id.wikipedia.org/wiki/Ilyas



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Ilyasa A.S.

Nabi Ilyasa (Elisha) adalah anak dari Safet dan penerus Nabi Ilyas. Nabi Ilyasa adalah Nabi selanjutnya yang ditugaskan untuk membina bani Israil.


Nama Nabi Ilyasa disebut dalam kisah Nabi Ilyas, saat Nabi Ilyas sedang dikejar-kejar oleh kaumnya, Nabi Ilyas sempat bersembunyi di rumah Nabi Ilyasa. Maka kemungkinan besar Nabi Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Jordan.




Ketika Nabi Ilyas bersembunyi di rumahnya, Nabi Ilyasa masih seorang belia. Saat itu Nabi Ilyasa sedang menderita suatu penyakit. Nabi Ilyas kemudian membantu Nabi Ilyasa menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Nabi Ilyas mengangkat Nabi Ilyasa sebagai anak angkatnya. Semenjak itu Nabi Ilyasa selalu mendampingi Nabi Ilyas dalam menyeru Bani Israil menuju ke jalan kebaikan. Nabi Ilyasa melanjutkan tugas kenabian Nabi Ilyas ketika Nabi Ilyas meninggal. Nabi Ilyasa melanjutkan misi ayah angkatnya agar kaumnya itu kembali taat kepada ajaran Allah SWT.


Nabi Ilyasa kemudian sadar bahwa manusia ternyata begitu mudah untuk kembali ke jalan sesat. Hal ini terjadi tidak lama setelah Ayah Angkatnya, Nabi Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Nabi Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Nabi Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Nabi Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa.


Nabi Ilyasa menghadapi sikap penyangkalan Raja dan Ratu Israel terhadap agama setelah Nabi Ilyas Meninggal. Nabi Ilyasa' menunjukkan banyak mukjizat untuk menunjukkan kekuasaan Allah, tapi mereka malah menyebutnya tukang sihir, sama seperti ketika mereka menyebut Nabi Ilyas sebelumnya. Mereka terus membangkang sepanjang hidup Nabi Ilyasa.


Setelah beberapa lama usaha dakwahnya tanpa hasil, bangsa Israil akirnya ditaklukkan oleh Bangsa Assyria. Bangsa Assyria menghancurkan Kuil Gunung dan menyebabkan kerusakan parah di Israel.


Setelah itu Nabi Ilyasa AS tetap melanjutkan misi ayah angkatnya dan kaumnya kembali taat kepadanya. Selama masa kepemimpinan Nabi Ilyasa ini kaum Bani Israil hidup rukun, tentram, makmur, karena berbakti dan bertakwa kepada Allah. Akan tetapi setelah ia wafat, kaumnya kembali durhaka. Akhirnya kaumnya dilanda kesengsaraan, dan pada saat-saat seperti itu lahirlah Nabi Yunus AS.


AL-AN'AAM 86


dan Ismail, Alyasa, Yunus dan Lut. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),


SHAAD : 48


Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.



Source:

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilyasa



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Yunus A.S.

Nabi Yunus diutus Allah untuk berdakwah kepada penduduk Ninawa. Penduduk Ninawa merupakan suatu kaum yang keras kepala. Mereka tidak mengenal Allah SWT dan Berhala adalah sesembahan mereka, sesuai dengan ajaran turun-temurun sejak zaman nenek moyang mereka. Kaum Ninawa juga terkenal suka melakukan tindak kejahatan.


Nabi Yunus diutus untuk menyelamatkan Kaum Ninawa dari kesesatan dan mengarahkan mereka ke jalan yang lurus. Tetapi Karena Nabi Yunus bukanlah orang dari golongan mereka, terlebih lagi ajaran yang di bawa Nabi Yunus AS merupakan sesuatu hal yang baru yang belum pernah mereka kenal sebelumnya dan sangat-sangat bertentangan dengan ajaran Nenek Moyang mereka yang sudah mereka praktikan secara turun temurun membuat kaum Ninawa merasa sulit untuk menerima ajaran Nabi Yunus AS.




Berulang kali Nabi Yunus AS mencoba menasehati mereka, tetapi mereka tetap tidak mau berubah dan tetap mempertahankan ajaran nenek moyang mereka. Dari jerih payahnya itu, Hanya ada 2 orang dari kaum Ninawa yang bersedia menjadi pengikutnya Nabi Yunus, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah seorang yang tenang dan sederhana.


Nabi Yunus yang merasa nasihatnya tidak dapat diterima oleh penduduk Ninawa, akhinya memberi ultimatum kepada kaumnya itu. Ultimatum tersebut adalah, Nabi Yunus memberikan mereka batas waktu 30 hari untuk mereka insyaf dan bertobat kepada Allah SWT. Jika batas waktu yang ditentukan telah lewat dan mereka tetap tidak bertaubat kepada Allah, maka Nabi Yunus akan memohon kepada Allah akan diturunkan siksa kepada mereka. Akan tetapi Allah tidak setuju dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Nabi Yunus, dan memerintahnya untuk menambahnya menjadi 40 hari. Nabi Yunus pun menuruti perintah Allah, dan mengabarkan pada kaumnya bahwa batas waktu mereka diubah menjadi 40 hari. Tetapi rupanya kaum Ninawa tidak menggubris tenggang waktu tersebut. Mereka malah menantang untuk segera di datangkannya siksa itu.


Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyang kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah orang asing yang datang pada kami agar kami merubah keyakinan kami. Apakah kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan sia-siamu itu. Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena kami teguh dengan ajaran moyang kami".


Nabi Yunus berkata: " Aku hanya mengajakmu beriman dan bertauhid sesuai dengan amanah Allah yang wajib kusampaikan padamu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan mengeluarkanmu dari kesesatan dan menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekali-kali tidak mengharapkan upah atas apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu mengikutiku. Namun jika kamu tetap bertahan pada ajaran nenek moyangmu itu, maka Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan menurunkan adzab yang pedih padamu, seperti yang terjadi pada kaum-kaum sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan Tsamud."


Mereka menjawab dengan menantang: "Kami tetap tidak akan mengikuti kemauanmu dan tidak takut ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk orang yang benar!" Nabi Yunus tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang keras kepala. Ia pergi dengan marah dan jengkel sambil meminta Allah menghukum mereka."


Karena kesal, Nabi Yunus lalu pergi meninggalkan penduduk Ninawa menuju suatu tempat. Sepeninggal Nabi Yunus AS, setelah 40 hari tiba-tiba muncullah awan gelap di pagi hari, semakin siang mereka melihat cahaya merah seperti api hendak turun dari langit. Mereka sangat ketakutan. Berbondong-bondong mereka mencari Nabi Yunus, tapi tak ada seorang pun yang tau dimana keberadaannya.


Mereka takut ancaman Nabi Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Nabi Yunus adalah orang yang benar, dan ajarannya berasal Dari Allah. Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Nabi Yunus. Mereka lari tunggang langgang dari kota mencari Nabi Yunus sambil berteriak meminta pengampunan Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaaf-pun mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan menjadi pulih seperti sedia kala. Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha mencari Nabi Yunus agar ia bisa mengajari agama dan menuntun mereka di jalan yang benar.


Setelah meninggalkan kaum Ninawa, Nabi Yunus AS mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa berdos. Pengembaraannya itu membawa dia ke suatu tempat di pinggir laut. Disana ia menjumpai sejumlah orang yang sedang bergegas naik perahu. Nabi Yunus meminta izin pada mereka agar Ia diperbolehkan untuk ikut, dan mereka mengizinkannya. Namun ketika berada di tengah laut tiba-tiba badai menerjang. Sang Nahkoda meminta salah seorang dari penumpang agar turun sehingga penumpang lainnya dapat terselamatkan.


Untuk menentukan siapa yang harus turun, mereka sepakat akan diputuskan melalui sebuah undian. Undianpun dilakukan, saat hasilnya keluar ternyata Nama Nabi Yunus yang keluar. Para Penumpang yang lain merasa Nabi Yunus yang merupakan searang Nabi tidaklah boleh di korbankan sehingga mereka memutuskan untuk mengadakan undian kembali. Di undian yang ke-2 ini, hasil yang keluar tetap nama Nabi Yunus. Para penumpang sepakat untuk melakukan Undian sekali lagi, dan di undian yang ke-3 ini tetap Nama Nabi Yunus yang keluar. Nabi Yunuspun akhirnya merasa pasrah. Ia menganggap bahwa hal ini adalah kehendak Allah SWT, dan ia pun terjun ke laut.


Setelah Nabi Yunus lompat ke laut, Allah kemudian mengirimkan sseekor ikan besar ( ikan paus ) untuk Nabi Yunus. Di dalam perut ikan itu Nabi Yunus menyadari kesalahannya telah meninggalkan kaumnya. Ia pun berdoa dan bertaubat kepada Allah memohon ampunannya. Nabi Yunus bertasbih selama 40 hari dengan berkata: "Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat dhalim)"


Allah mendengar doa Nabi Yunus, dan Memerintahkan ikan Paus tadi mendamparkan Yunus di sebuah pantai. Nabi Yunus dikeluarkan kembali dari perut ikan dalam keadaan sakit dan lemah. Allah Yang Maha Penyayang menumbuhkan pohon labu, agar Nabi Yunus yang kurus dan lemah tak berdaya dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah Allah mengembalikan kesehatan dan kekuatannya, Nabi Yunus AS mendapat wahyu agar kembali ke Ninawa untuk membina kaumnya. Betapa kagetnya Nabi Yunus melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah beriman kepada Allah. Nabi Yunus kemudian mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan iman mereka.


Hal ini di tuliskan dalam al-qur'an


As-Saffât: 139-148


Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul,


(ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan,


kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.


Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.


Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,


niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.


Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.


Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.


Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.


Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.


Al-Anbiyâ: 87-88.


Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."


Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Zulkifli A.S.

List Nabi-Nabi


Nabi Zulkifli (Ezekiel) adalah Anak dari Nabi Ayyub AS dari istrinya Rahmah. Nama Asli Nabi Zulkifli AS adalah Basyar. Nabi Zulkifli mewarisi sifat sabar dan teguh dalam pendirian dari Ayahnya, Nabi Ayyub AS. Nabi Zulkifli hidup Negri ROM, negri yang dipimpin oleh seorang Raja yang arif bijaksana, yaitu Nabi Ilyasa.


Pada suatu hari Raja negri ROM, Nabi Ilyasa yang merasa sudah semakin tua tapi tidak memiliki calon pengganti memutuskan untuk mengadakan suatu sayembara kepada penduduk negri ROM. Sayembara tersebut berisi tantangan bagi penduduk Rom bahwa siapapun yang sanggup berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan tidak marah, ia akan diangkat menjadi raja.




Tak ada seorang pun yang berani menyatakan kesanggupannya. Akhirnya anak muda bernama Basyar mengacungkan tangan dan berkata ia sanggup melakukan itu. Sejak saat itulah Basyar dipanggil dengan nama Zulkifli yang artinya sanggup ( versi 1 ). Ia pun dinobatkan menjadi raja. Pada masa pemimpinannya, ia berjanji kepada rakyatnya untuk menjadi hakim adil dalam menyelesaikan perkara. Karena keadilan beliau, maka ia disebut sebagai Zulkifli pada masa tersebut ( versi 2 ).


Hal ini terdapat dalam riwayat Ibnu Jarir :


“Saat Al-Yasa AS (Nabi Ilyasa) mulai menua, dan ingin memberikan tugas untuk memimpin bangsa Israel kepada orang yang tepat. Nabi Ilyasa mengumumkan: Orang yang akan Ia pertimbangkan untuk menggantikan dirinya adalah Orang yang berpuasa pada siang hari, mengingati Allah pada malam hari dan menahan diri daripada sifat marah. Salah seorang daripada mereka (Basyar) berdiri dan berkata: Aku akan patuh kepada syarat-syarat tersebut. Nabi Ilyasa mengulangi syarat-syarat itu semula sebanyak tiga kali dan lelaki yang sama berjanji dengan bersungguh-sungguh akan memenuhi syarat-syarat tersebut. Maka kemudian Basyar dilantik untuk membawa tugas tersebut.


Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Setelah beberapa lama menjadi raja, beliau memenuhi segala janjinya untuk berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari dan menjauhi diri dari sifat marah.


Suatu ketika, setan menjelma sebagai musafir lelaki tua. Keinginannya adalah membuat marah Nabi Zulkifli. Ia memaksa penjaga untuk dapat masuk istana dan menemui Nabi Zulkifli di larut malam. Lelaki tua itu diizinkan masuk oleh penjaga istana.


Nabi Zulkifli yang waktu tidurnya sangat sedikit karena waktu tidurnya ia gunakan untuk beribadah, pada saat ia mau tidur tetap menerima lelaki tua tadi. Waktu tidurnya yang hanya sedikit tersebut ia pergunakan untuk mendengarkan keluhan dari lelaki tua tadi dengan sabar.


"Ada apakah saudara kemari di malam hari?" tanya Nabi Zulkifli.


"Hamba seorang musafir, barang-barang hamba dirampok di perjalanan", jawab tamu itu.


"Datanglah besok pagi atau petang hari," kata Nabi Zulkifli.


Tetapi besok paginya orang tua tadi tidak datang-datang, padahal Nabi Zulkifli sudah menunggunya di ruang sidang. Nabi Zulkifli menunggu orang tersebut hingga Petang, tetapi orang tua tadi tetap juga tidak datang, padahal Orang tua tadi telah menyatakan kesanggupannya untuk datang.


Di larut malam, ketika Nabi Zulkifli sudah akan tidur, orang tua yang kemarin datang, datang kembali. Nabi Zulkilfi yang sudah merasa sangat mengantuk tetap menerima orang tua tadi.


"Mengapa waktu sidang dibuka kau tidak datang?" tanya Nabi Zulkifli penasaran.


"Orang yang merampok saya cerdik Tuanku. Jika waktu sidang dibuka, barang saya dikembalikan, jika sidang hendak ditutup, barang saya dirampasnya lagi", jawab orang itu.


Pada suatu malam, Nabi Zulkifli sangat mengantuk. Ia telah berpesan pada penjaga agar menutup semua pintu dan menguncinya. Saat ia hendak membaringkan diri, terdengar suara pintu kamarnya diketuk orang.


"Siapa yang masuk?" tanya Nabi Zulkifli pada prajurit penjaganya.


"Tidak ada seorang pun Tuanku", jawab prajurit penjaganya dengan nada heran. Jelas tadi ia mendengar suara pintu diketuk. Lalu diperiksanya sekeliling rumah, ternyata ia menemukan seseorang. Ia merasa heran, jelas semua pintu telah terkunci rapat. Bagaimana orang itu bisa masuk?


"Kau bukan manusia, kau pasti iblis!" kata Nabi Zulkifli.


"Ya, aku memang iblis yang ingin menguji kesabaranmu. Ternyata memang benar, kau orang yang dapat memenuhi kesanggupanmu dulu."


Memang demikianlah adanya. Nabi Zulkifli adalah Nabi yang sabar, selalu mempergunakan akal sehatnya, tidak pernah marah kepada para tamunya.


Dikisahkan bahwa suatu hari di negri Rom, terjadi pemberontakan di negerinya oleh orang-orang yang durhaka kepada Allah. Nabi Zulkifli memerintahkan prajurit dan rakyatnya untuk pergi ke medan perang. Tapi apa yang terjadi? Ternyata rakyatnya takut berperang. Mereka takut mati.


Rakyatnya hanya mau berperang jika Nabi Zulkifli mau mendoakan mereka ke Allah agar Allah menjamin hidup mereka, agar mereka tidak mati dalam perperangan. Mendengar itu Nabi Zulkifli tidak lantas marah, bahkan ia pun bersedia memenuhi permintaan rakyatnya untuk berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepadanya, "Aku telah mengetahui permintaan mereka, dan aku mendengar doamu. Semua itu akan Kukabulkan."


Mengetahui hal tersebut, Rakyat Nabi Zulkifli bersedia berperang. Perperangan itu akhirnya di menangkan oleh Nabi Zulkifli ran rakyatnya, dan sesuai janji Allah, tidak satu pun dari mereka yang gugur di medan perang.


Nama Nabi Zulkifli hanya 2 kali disebut dalam Al Qur'an, yaitu dalam surat Al-Anbiyâ ayat 85 dan surat Sâd ayat 48.


surat Al-Anbiyâ ayat 85


"Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar."


surat Sâd ayat 48


"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."


Pendapat dan Kontroversi tentang Zulkifli


Sebagian muslim sependapat dengan pandangan Muhammad bin Jarir al-Tabari, mengangap Zulkifli adalah orang baik dan sabar yang selalu menolong kaumnya dan membela kebenaran, namun bukan seorang nabi. Sebagian lainnya percaya bahwa dia seorang nabi.


Maulana Abul Kalam Azad menyatakan bahwa Zulkifli adalah Siddhartha Gautama. Karena kata dzu pada namanya berarti orang atau pemilik sedangkan kata kifl memiliki banyak maknanya. Salah satunya Kapilawastu (tempat lahir Siddharta Gautama yang sekarang bernama Nepal). Namun ia tak dapat menjelaskan lebih lanjut alasannya.


Menurut Baidawi, Zulkifli seperti dengan nabi Yahudi bernama Yehezkiel yang dibawa ke Babilonia setelah kehancuran Yerussalem. Baginda dirantai dan dipenjarakan oleh Raja Nebukadnezzar. Baginda menghadapi segala kesusahan dengan sabar dan mencela perbuatan mungkar Bani Israil.


Menurut versi lain nama aslinya Waidiah bin Adrin. Ia nabi bagi penduduk Suriah dan sekitarnya. Ia membangun kota Kifl di Irak.


Ada dua tempat yang diyakini sebagai makam Zulkifli. Pertama di Kifl, Irak dekat Najaf dan Al-Hillah dan yang kedua di Nawa, Suriah.


Source:


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi6


http://id.wikipedia.org/wiki/Zulkifli



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Zakaria A.S.

Nabi Zakaria AS ( Zechariah ) adalah masih keturunan dari Nabi Sulaiman. Nabi Zakaria di utus Allah sebagai pemimpin Bani Israil. Di usianya yang sudah lumayan tua, Nabi Zakaria masih juga belum juga di karuniai anak.


Suatu hari datanglah janda Imron menyerahkan bayi perempuannya (Maryam) kepada para imam Baitul Maqdis. Nabi Zakariya dan para imam Baitul Maqdis terkejut akan hal ini, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya tidak mungkin memperoleh anak. Namun setelah mendapat penjelasan dari janda Imron bahwa kehamilannya ialah kehendak Allah SWT, merekapun mengerti.




Lalu setelah mereka mengerti, muncul masalah baru. Siapakah yang berhak mengurus Maryam? Untuk pemecahannya, mereka mengundi dengan melemparkan pena ke air. Barangsiapa yang penanya mengapung, dialah yang berhak mengurus Maryam. Ternyata pena Nabi Zakariya-lah yang mengapung sehingga beliau berhak menjadi ayah asuh Maryam. Semua kebutuhan Maryam ditanggung oleh Nabi Zakariya. Namun kemudian rasa sayang Nabi Zakariya pada Maryam berubah menjadi rasa takjub. Suatu hari saat menengok Maryam, beliau melihat ada buah-buahan di dekat Maryam, Ada juga buah-buahan yang bukan musimnya. Maryam menjelaskan bahwa semua itu berasal dari Allah.


Hal ini seperti di kisahkan di Al-Imran 34 - 36, 42 - 44


(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".


Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk."


Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).


Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.


Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.


Sebenarnya Nabi Zakaria sendiri sudah lama mendambakan kehadiran seorang anak, namun ia merasa pesimis karena usianya yang sudah sangat lanjut. Namun walau pesimis, Nabi Zakaria AS melihat mukjizat makanan yang diterima oleh Maryam meyakinkan beliau bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT. Nabi Zakaria tetap berdoa kepada Allah SWT agar diberi seorang anak.


Alasan Nabi Zakaria ingin memiliki seorang anak adalah Beliau khawatir bila ajalnya telah datang dan tidak mempunyai keturunan yang dapat memimpin kaumnya, Beliau takut kaumnya ( Bani Israil ) akan menjadi sesat dan sangat mungkin mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalahgunakan hukum agama.


Pada suatu malam yang telah larut, Nabi Zakaria duduk di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut dia berdoa: "Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Yakub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Israil. Aku cemas sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang isteriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaanmu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengkaruniakan seorang anak yang shaleh dan Engkau ridhoi padaku.


Akhirnya doa Nabi Zakaria untuk mendapatkan seorang anak dijawab oleh Allah SWT. Malaikat Jibril menceritakan kepada Nabi Zakaria bahwa Ia akan dikaruniai anak dan istrinya akan segera mengandung. Lalu Nabi Zakaria memohon kepada Allah SWT agar diberi tanda untuk mengetahui bilamana istrinya telah hamil.


Allah kemudian memberitahukan kepadanya tanda-tanda yang akan ia alami saat saat istrinya hamil, Dia tidak akan dapat berbicara dengan manusia dan bertukar pikiran kecuali dengan isyarat tangan, mata, menggoyangkan kepala atau semacam itu, dan hal itu akan berlangsung selama 3 hari berturut-turut. Selama 3 hari itu, hendaklah ia memperbanyak tasbih di waktu pagi dan petang, karena meskipun tidak dapat berbicara dengan orang lain, namun ia tetap dapat beribadah dan bertasbih. Akhirnya tanda-tanda yang telah diberitahukan sebelumnya terjadi dan Di usianya yang ke-90, Nabi Zakaria dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Yahya.


Kisah Nabi Zakaria dalam Al-Qur’an ada di dalam Surah Maryam : 1 -15


Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad


(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,


yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.


Ia berkata:”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.


Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,


yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yaqub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku seorang yang diridhai”.


Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.


Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada seorang anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”.


Allah berfirman :“Demikianlah”. Tuhan berfirman : “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”.


Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat”.


Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.


Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,


dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,


dan seorang yang berbakti kepada dua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.


Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.


Nabi Yahya putra Nabi Zakaria meninggal terlebih dahuulu daripada ayahnya karena di bunuh oleh Raja Hirodus karena Nabi Yahya melarang Raja Hirodus untuk menikahi Hirodia, kemenakannya sendiri, yang memang sebenarnya dilarang melalui syariat taurat. Setelah kematian Nabi Yahya, perhatian orang-orang yang beriman beralih kepada Nabi Zakaria AS yang sudah tua. Mereka meminta pendapat tentang masalah pernikahan antara ayah dan kemenakan yang ingin dilakukan oleh Raja Hirodus ( Herodes ), namun sama seperti Nabi Yahya AS, Nabi Zakaria AS juga tetap berpegang teguh pada syariat Taurat bahwa pernikahan semacam itu diharamkan.


Akibat sikapnya ini, Raja Hirodus menjadi marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Nabi Zakaria AS. Namun rakyat melindungi nabi yang sudah berusia lanjut itu. Sampai pada suatu hari, Nabi Zakaria AS bersembunyi di sebuat hutan, mendadak hutan itu dikepung oleh bala tentara Hirodus yang dibantu tentara Romawi. Nabi Zakaria AS melihat sebuah pohon besar yang bagian tengahnya membelah. Masuklah ia ke dalam pohon itu, sehingga tentara Hirodus tak dapat menemukannya.


Tetapi iblis yang menyerupai wujud manusia memberitahukan tempat persembunyian Nabi Zakaria AS ini kepada tentara Hirodus. Para prajurit itu sebenarnya tidak terlalu percaya, namun mereka menggergaji pula pohon yang dimaksud. Mendadak dari pohon itu keluar darah. Dengan demikian mereka mengira telah membunuh Nabi Zakaria AS.


Benarkah demikian?


Hanya Allah SWT yang Maha Tahu apa sebenarnya yang telah menimpa diri Nabi Zakaria AS.


Source :


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi10


http://id.wikipedia.org/wiki/Zakariyya



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Yahya A.S.

Nabi Yahya bin Zakaria ( Yohannes ) (hidup 1 SM - 31 TM) adalah Nabi Islam yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Diyakini bahwa Nabi Yahya hidup selama 30 tahun.


Nabi Yahya AS adalah putra tunggal dari Nabi Zakaria AS. Nabi Yahya dilahirkan pada saat pasangan Nabi Zakaria AS dan istrinya sudah sangat tua ( Umur Nabi Zakaria saat itu 90 tahun ). Kabar kelahiran Nabi Yahya AS di sampaikan langsung oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Zakaria. Di kabarkan juga tanda-tanda bahwa Nabi Zakaria akan menjadi Bisu selama 3 hari saat istrinya dalam keadaang mengandung Nabi Yahya. Kisah kelahiran Nabi Yahya AS terdapat dalam surat Ali-Imran: 38-41.


Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".




Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh."


Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya".


Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari".


---


Kesalehan Nabi Yahya ini sudah terlihat sejak beliau masih kanak-kanak. Anak-anak kecil saat itu sering sekali bersenang-senang dengan cara manyiksa binatang, sementara Nabi Yahya malah memberi makan bintang-binatang dan burung dari makanannya sebagai bentuk belas kasihan darinya. Abdullah bin al Mubarok mengatakan : Ma’mar mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang anak yang mengatakan kepada Yahya bin Zakaria,”Mari kita bermain bersama.” Lalu Yahya menjawab,”Sesunguhnya kita diciptakan bukan untuk bermain.”, ada yang mengatakan bahwa ini adalah maksud dari firman Allah swt di QS. Maryam : 12


Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.


Nabi Yahya adalah seseorang yang menyukai membaca sejak usia dini. Beliau rajin membaca dan menggali ilmu. Ketika beliau masih kecil, Allah SWT memanggilnya: "Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak."


Nabi Yahya mendapatkan perintah—saat beliau masih kecil—untuk mengambil Kitab dengan kekuatan. Yakni, hendaklah ia belajar kitab dengan penuh ketelitian, Yaitu kitab syariat. Allah SWT memberinya kemampuan untuk mengetahui syariat dan memutuskan perkara manusia saat beliau masih kecil. Nabi Yahya adalah orang yang paling alim di zamannya dan paling banyak menerima hikmah. Beliau mempelajari syariat secara sempurna. Oleh kerana itu, Allah SWT memberinya kekuasaan saat beliau masih kecil. Beliau mampu menyelesaikan persoalan di antara manusia dan menjelaskan mereka rahsia-rahsia agama, bahkan beliau mengenalkan mereka jalan kebenaran dan mengingatkan mereka dari jalan kesalahan atau kebatilan.


Kemudian Nabi Yahya semakin dewasa dan ilmunya makin bertambah serta kasih sayangnya pun makin meningkat, baik kepada kedua orang tuanya mahupun kepada binatang. Kasih sayang Nabi Yahya meliputi segala sesuatu.


Nabi Yahya dikenal sebagai seorang pembabtis, yaitu memandikan orang-orang berdosa yang bertaubat di tepi sungai Yordan. Nabi Yahya mengajak orang-orang untuk bertobat kemudian memandikan mereka di sungai Jordania agar mereka menyucikan diri mereka dengan taubat; beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Pemandian itu bukan berarti mensucikan dosa, melainkan hanya sebagai tanda bahwa orang yang dimandikan telah bertaubat. Jadi taubatnya inilah yang insya Allah akan mensucikan dosanya.


Di sana tidak terdapat seseorangpun yang tidak suka kepada Nabi Yahya atau menginginkan keburukan baginya. Nabi Yahya adalah seseorang yang sangat dicintai oleh masyarakatnya kerana ia memang seorang yang penyayang, seorang yang bertakwa, seorang yang alim, dan seorang yang berbudi mulia. Beliau keluar dan pergi ke gunung dan kebun bahkan gurun dan tinggal di dalamnya selama berbulan-bulan untuk menyembah Allah SWT dan menangis di hadapan-Nya serta solat. Beliau merasakan kedamaian di daratan, bahkan beliau tidak memperhatikan makanannya. Beliau makan dari daun-daun pohon dan minum dari air sungai. Bahkan beliau makan belalang dan juga rumput. Beliau tidur di gua mana pun yang ditemuinya di gunung dan lubang mana pun yang didapatinya di bumi.


Terkadang beliau masuk di suatu gua gunung lalu beliau menemukan binatang buas di dalamnya seperti serigala atau singa namun kerana kesibukannya dan konsentrasinya saat berzikir kepada Allah SWT dan solat sehingga beliau tidak lagi memperhatikan serigala atau singa. Serigala dan singa itu melihat Nabi Yahya lalu mereka mengetahui bahawa ini adalah seorang Nabi Allah SWT yang sangat berbelas kasih kepada binatang, maka binatang-binatang buas itu menundukkan kepalanya dan meninggalkan tempat itu dengan tenang sehingga Nabi Yahya tidak mendengar suara mereka.


Nabi Yahya adalah Nabi yang hidup sezaman dengan Nabi Isa dan termasuk kerabat dekatnya dari sisi ibu (anak bibinya). Ibnu Katsir menyebutkan riwayat dari Qotadah bahwa al Hasan berkata bahwa ketika Nabi Isa dan Nabi Yahya bertemu lalu Nabi Isa berkata kepada Nabi Yahya,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Yahya berkata,” ,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Lalu Isa pun mengatakan kepadanya lagi,”Engkau lebih baik dariku, aku memberikan salam kepada diriku sendiri sementara Allah memberikan salam kepadamu.” Dan Allah pun memberikan keutamaan kepada mereka berdua.


Oleh kaumnya, Nabi Yahya AS dikenal sebagai orang alim, menguasai soal-soal keagamaan, dan hapal kitab Taurat, dan menjadi hakim dalam hukum agama. Dalam usahanya menegakkan kebenaran, Nabi Yahya dikenal sangat berani.


Keberanian Nabi Yahya dalam menegakan kebenarnya menghasilkan pergelutan hebat antara Nabi Yahya AS dan pemerintah yang berkuasa. Penguasa Palestina di zaman itu, Hirodus ( Herodes ), adalah seorang yang lalim dan sempit akalnya. Ia mendengar berita tentang Nabi Yahya. Ia heran kerana banyaknya manusia yang memberikan penghargaan dan penghormatan yang luar biasa kepada Nabi Yahya sedangkan ia sebagai seorang raja tidak mendapatkan penghormatan yang demikian besar.


Saat itu Hirodus ( Herodes ), penguasa Palestina, merencanakan menikah dengan kemenakannya sendiri , Hirodia( Ada juga yang bilang yang ingin di nikahi oleh Herodes adalah Ibunya Hirodia, atau iparnya Herodes). Hirodia sendiri merasa senang jika diperistri oleh seorang raja. Ia adalah seorang gadis yang haus kekuasan dan harta. Diceritakan bahwa Hidodia mampu melakukan tarian yang mengagumkan sambil memakai tujuh helai baju. Setiap ia menari, maka terlepaslah setiap baju yang dipakainya dan pada tarian yang terakhir, ia tampak dalam keadaan telanjang.


Raja Herodes bertanya kepada Nabi Yahya, apakah ia boleh menikahi Hirodia. Nabi Yahya menjawab, itu tidak diperbolehkan. Raja tetap berbicara kepada Yahya dan mendesak kepadanya agar membolehkannya menikah dengan wanita yang disukainya itu, dan hendaklah Nabi Yahya mencari solusi atau fatwa yang sangat memuaskannya. Namun Yahya menolak keras untuk memenuhi permintaan raja itu. Kemudian Yahya pun meninggalkannya. Akhirnya, raja tampak marah kepada Yahya dan memerintahkan agar Yahya dipenjara. Kemudian raja itu pun memperkosa isteri saudaranya. Anak perempuan wanita itu yang suka menari telah melihat Yahya saat ia berbicara dengan raja. Anak perempuan itu sangat tertarik akan ketampanan Yahya dan keagungan keperibadiannya.


Nabi Yahya melarang pernikahan ini karena bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan Zabur. Seluruh istana pun gempar, mereka setuju dengan pendapat Nabi Yahya. Raja menjadi malu dan murka. Ia dan Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam mulut Nabi Yahya, bahkan bila perlu membunuhnya.


Maka suatu hari, dengan berdandan cantik Hirodia datang menemui Nabi Yahya di rumahnya. Ia mencoba merayu Yahya untuk melakukan perbuatan mesum. Ia berharap sesudah melakukan perbuatan nista itu Nabi Yahya akan menjadi penurut dan tidak lagi menentang pernikahannya dengan Raja Hirodus. Tentu saja rayuan ini ditolak dengan tegas oleh Nabi Yahya. Pemuda itu tidak tergoda sedikit pun, bahkan sebaliknya ia merasa jijik dengan sikap Hirodia yang sangat tidak bermoral itu. Ia mengusir Hirodia dengan suara sangat keras seolah menggelegar di telinga Hirodia. Hirodia merasa malu dan terhina sekali, karenanya ia merasa dendam dan sangat membenci Yahya.


Sekembalinya ke Hirodus, Hirodia kemudian memfitnah Nabi Yahya dengan mengadu kepada Hirodus bahwa Nabi Yahya telah mencoba memperkosanya. Tentu saja fitnahan Hirodia ini membakar kemarahan Raja Hirodus. Ia mengutus bala tentaranya untuk memenggal kepala Nabi Yahya. Para tentara itu sebenarnya keberatan, namun jika menolak mereka diancam dengan hukuman yang sangat berat. Maka dengan segala cara mereka berusaha menangkap Nabi Yahya, membawanya ke penjara dan memenggal kepalanya disana.


Source :


http://harmoni-my.org/arkib/kisahnabi/kisahnabiyahyaas.htm


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi10



Kisah Nabi-Nabi : Nabi Isa A.S.

Allah menciptakan Nabi Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, serta menciptakan Nabi Isa tanpa ayah. Ya, Nabi Isa AS adalah putra Maryam binti Imran yang dilahirkan tanpa ayah, karena Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki.


Maryam adalah wanita salehah yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya di Baitul Maqdis. Suatu ketika ia didatangi malaikat yang memberitahukan bahwa ia akan mengandung anak atas seizin Allah SWT. Maryam merasa sangat sedih dan cemas karena khawatir namanya akan tercemar. Menjelang kelahiran bayinya, ia segera meninggalkan daerah tempat tinggalnya. Di bawah sebatang pohon kurma, jauh dari tempat asalnya, Maryam melahirkan Nabi ISA.


Peristiwa aneh ini akhirnya diketahui juga oleh penduduk. Mereka menuduh Maryam berbuat zina, namun keajaiban terjadi, bayi yang baru dilahirkan itu menyelamatkan ibunya dengan ucapan yang fasih bahwa ibunya tidak melakukan kesalahan dan semua ini terjadi semata-mata kehendak Allah SWT. Bayi Maryam inilah yang kelak menjadi Nabi Isa AS.


Kisah kelahiran Nabi Isa AS terdapat dalam surat Ali-Imran: 45-48, dan 59, surat Maryam: 16-35, Al-Anbiya: 91, dan At-Tahrim: 12.


Ãli-'Imrân: 45-48




(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),


dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh."


Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.


Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.


surat Maryam: 16-35 :


Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,


maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.


Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa".


Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci".


Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"


Jibril berkata: "Demikianlah. Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."


Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.


Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan".


Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.


Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.


Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini".


Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.


Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",


maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"


Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.


dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;


dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.


Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".


Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.


Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.


Surat Al-Anbiya: 91


Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh) nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.


At-Tahrim: 12.


dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.


Sejak kecil, Nabi Isa telah menunjukkan perilaku yang berbeda dibanding anak-anak sebayanya. Ia sangat haus ilmu pengetahuan. Sejak usia 12 tahun ia telah menghabiskan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu dan menghadiri pertemuan serta diskusi para ulama di Baitul Maqdis.


Nabi Isa AS, yang dalam agama Nasrani dikenal dengan nama Yesus Kristus ( Jesus ), menerima tugas kenabian pada usia 30 tahun di Bukit Zaitun. Ia segera memproklamasikan kerasulannya pada Bani Israil. Saat itu kehidupan keagamaan Bani Israil sudah jauh menyimpang dari ajaran Nabi Musa AS. Bahkan sebagian dari mereka telah murtad.


Para pemuka Bani Israil menuntut Nabi Isa membuktikan kenabiannya. Allah SWT memberikan banyak mukjizat bagi Nabi Isa, diantaranya adalah dapat menghidupkan orang mati, menyembuhkan sejumlah penyakit ( termasuk Lepra ), menyembuhkan mata orang yang buta sejak lahir, membuat burung hidup dari tanah liat, dan memberitahukan kepada orang-orang tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.


Mukjizatnya ini ditunjukkan pada Bani Israil, dan dalam waktu relatif singkat, Nabi Isa AS berhasil memperoleh banyak pengikut.


Selain mukjizat-mukjizat tadi, Allah SWT juga menganugerahi Nabi Isa dengan kitab Injil.


Sejumlah keistimewaan Nabi Isa AS dikisahkan dalam Al Qur'an surat Ãli-'Imrân: 49-50 dan Al-Mâ'idah: 110.



Ãli-Imran: 49-50

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman."


Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.


Al-Ma'idah: 110


(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata."


Menurut teks-teks Islam, Nabi Isa diutus kepada Bani Israil, untuk mengajarkan tentang ke-esaan Tuhan dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Muslim percaya Isa telah dinobuatkan dalam Taurat, membenarkan ajaran-ajaran nabi sebelumnya. Beberapa kisah menyebutkan bahwa Nabi Yahya yang lebih dikenal sebagai John Sang Pembaptis pernah bertemu dengan Nabi Isa di sungai Yordania, sewaktu Nabi Yahya pergi ke Palestina.


Ibnu Katsir menyebutkan riwayat dari Qotadah bahwa al Hasan berkata bahwa ketika Nabi Isa dan Nabi Yahya bertemu lalu Nabi Isa berkata kepada Nabi Yahya,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Yahya Berkata,” ,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Lalu Isa pun mengatakan kepadanya lagi,”Engkau lebih baik dariku, aku memberikan salam kepada diriku sendiri sementara Allah memberikan salam kepadamu.” Dan Allah pun memberikan keutamaan kepada mereka berdua.


Beberapa ayat dari Al Qur'an yang menegaskan tentang kenabian Isa antara lain:


Maryam: 30-35


Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.


dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;


dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.


Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".


Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.


Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.


Az Zukhruf: 63-65


Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku".


Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.


Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka; lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang lalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).


Al Maa'idah: 75


Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).


Al Maa'idah: 116-117


Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib".


Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.


Di antara tugas Nabi Isa AS adalah memberitahukan tentang akan datangnya utusan Allah di akhir zaman yang bernama Ahmad, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shâf: 6.


Ash Shaff: 6.


Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".


Nabi Isa menyebut nama Muhammad dengan perkataan Paraclet yang berasal dari kata Piracletus dalam bahasa Yunani. Kata ini memang terdapat dalam Injil bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, Piracletus artinya yang terpuji. Arti ini sama dengan kata bahasa Arab Ahmad (=terpuji) atau Muhammad (=orang yang terpuji).


Nabi Isa AS diutus oleh Allah kepada Bani Israil untuk meluruskan akhlak kaum Bani Israil yang telah menyimpang dari ajaran Taurat dan Zabur yang dibawa oleh Nabi Musa AS dan Nabi Daud AS. Dalam berdakwah, Nabi Isa AS didampingi para sahabatnya yang disebut al-Hawariyyun, yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani Israil.


Nama-nama ke-12 hawari itu menurut Injil adalah sebagai berikut:




  1. Simon bin Yunus (alias Petrus)

  2. Andreas bin Yunus

  3. Yakub bin Zabdi

  4. Yahya bin Zabdi (alias Yohannes)

  5. Pilipus

  6. Natanael (alias Bartolomius)

  7. Thomas

  8. Matius bin Alpius (alias Lewi, pemungut cukai dari Kapernaum)

  9. Yakub bin Alpius

  10. Lebeus (alias Tadius)

  11. Simon Zelotes (dari Kanani)

  12. Yudas Iskariot ( Judas )


Kisah para sahabat Nabi Isa AS ini terdapat dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan surat Ãli-'Imrân: 52.


Al-Ma'idah 111 - 115


Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: "Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".


(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman".


Mereka berkata; "kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".


Isa putra Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama".


Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia".


---


Ali-Imran: 52.


Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.


Dalam surat tsb diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Nabi Isa AS menurunkan makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa AS.


Karena semakin lama pengikut Nabi Isa AS semakin banyak, para pemuka Yahudi mulai kehilangan pengaruh. Mereka lalu membuat sejumlah tuduhan palsu terhadap Nabi Isa yang mengakibatkan pihak penguasa Romawi memutuskan untuk menangkap Nabi Isa. Allah SWT yang melindungi rasul-Nya menyelamatkan Nabi Isa dengan mengangkatnya ke sisi-Nya. Sementara itu, Yudas ( Judas ), murid Nabi Isa AS yang munafik, berkhianat dengan menunjukkan tempat persembunyian Nabi Isa AS kepada musuh yang mengejarnya, wajahnya dibuat oleh Allah SWT menjadi serupa dengan Nabi Isa AS, sehingga dialah yang kemudian diambil pasukan raja dan disalib di tiang kayu.


Kisah ini terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 55 dan An-Nisâ: 157-158.


Ali-Imran: 55


(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya".


An-Nisa: 157-158.


dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.


Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


Menurut riwayat, 6 tahun setelah pengangkatan Nabi Isa AS, Maryam wafat dan dimakamkan di sebuah gereja di Baitulmakdis. Sementara itu para al-Hawâriyyûn yang selamat dari pengejaran berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa AS secara sembunyi-sembunyi.


Dari keterangan hadist Nabi Muhammad diceritakan bahwa menjelang hari kiamat / akhir zaman Nabi Isa akan di turunkan oleh Allah dari langit ke bumi (The Second Coming dalam versi Kristen).


Peristiwa itu tergambar dari hadist berikut:


“Tidak ada seorang nabi pun antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit), apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah; bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan memakai dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air waulupun ia tidak basah.”


“Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat,sehingga turunlah Isa bin Maryam ,maka berkatalah pemimpin mereka (Al Mahdi): “Kemarilah dan imamilah shalat kami”. Ia menjawab;”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai suatu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat Islam).”


“Tiba-tiba Isa sudah berada diantara mereka dan dikumandangkanlah shalat, maka dikatakan kepadanya, majulah kamu (menjadi imam shalat) wahai ruh Allah.” Ia menjawab:”Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu”.


Menurut Islam, hal pertama yang dilakukan Nabi Isa setelah turun dari langit adalah menuaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh hadist-hadist di atas. Nabi Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang di imami oleh Imam Mahdi.


Adapun lokasi turunnya Nabi Isa dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah hadist berikut:


“Isa ibn Maryam akan turun di ‘Menara Putih’ (Al Mannaratul Baidha’) di Timur Damsyik.”


Kedatangan Nabi Isa akan didahului oleh kondisi dunia yang dipenuhi kedzaliman, kesengsaraan & peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia, setelah itu kemunculan Imam Mahdi yang akan menyelamatkan kaum muslimin, kemudian kemunculan dajjal yang akan berusaha membunuh Imam Mahdi, setelah dajjal menyebarkan fitnahnya selama 40 hari, maka Nabi Isa akan diturunkan dari langit untuk menumpas dajjal.


Turunnya nabi Isa ke bumi mempunyai misi menyelamatkan manusia dari fitnah Dajjal dan membersihkan segala penyimpangan agama ,ia akan bekerjasama dengan Imam Mahdi memberantas semua musuh-musuh Allah.


Dikisahkan setelah Nabi Isa selesai menunaikan shalat, ia berkata: "Keluarlah kamu (pasukan kaum muslimin) semua bersama kami untuk menghadapi musuh Allah, yaitu dajjal." Lalu mereka pun keluar, kemudian Ia (Nabi Isa) dilihat oleh dajjal silaknat yang baru saja mendakwa kepada manusia, bahwa ia adalah raja yang mendapat petunjuk dan pemimpin yang jenius serta bijaksana, bahkan mengaku sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi. Begitu Nabi Isa dilihat oleh dajjal, dajjal pun meleleh seperti garam yang meleleh di dalam air. Kemudian dajjal melarikan diri, akan tetapi ia dihadang oleh Nabi Isa di pintu kota Lud di Palestina. Sekiranya Nabi Isa membiarkan saja hal ini maka dajjal akan hancur seperti garam dalam air, akan tetapi Nabi Isa berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku berhak untuk menghajar kamu dengan satu pukulan." Lalu Nabi Isa menombak dan membunuhnya, maka Nai Isa memperlihatkan kepada semua orang darah dajjal di tombaknya. Maka tahu dan sadarlah para pengikut dajjal dari kalangan Yahudi , bahwa dajjal bukanlah Allah. Jika benar apa yang didakwakan dajjal (dajjal mengaku sebagai tuhan) tentulah dajjal tidak akan dapat dibunuh oleh Nabi Isa.


Salah satu tugas besar Nabi Isa setelah membunuh dajjal adalah menyelamatkan ummat manusia dari fitnah Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog dalam versi Kristen).



Dikisahkan, fitnah dan kejahatan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) sangat besar dan menyeluruh, tiada satu orangpun yang dapat mengatasinya, jumlah mereka pun sangat banyak sehingga kaum Muslimin akan menyalakan api selama 7 tahun untuk berlindung dari penyerangan mereka, para pemanah dan perisai mereka.

Maka saat mereka telah keluar (dari diding tembaga yang mengurung mereka sejak zaman raja Zulkarnain) maka Allah SWT berkata kepada Isa ibn Maryam: ”Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba(Ya’juj dan Ma’juj)yang tidak mampu diperangi oleh siapapun, maka hendaklah kamu mengasingkan hamba-hambaKu ke Thur (Thursina)”


Dan di Thur terkepunglah Nabiallah Isa beserta para sahabatnya, sehingga harga sebuah kepala sapi lebih mahal dari 100 dinar kamu hari ini. Kemudian Nabiyullah Isa dan para sahabatnya, menginginkan itu, maka mereka tidak menemukan sejengkalpun dari tanah di bumi kecuali ia dipenuhi oleh bau anyir dan busuk mereka. Kemudian Nabi Isa dan sahabatnya meminta kelapangan kepada Allah SWT maka Allah mengutus seekor burung yang akan membawa mereka kemudian menurunkan mereka sesuai dengan kehendak Allah , kemudian Allah menurunkan air hujan yang tidak meninggalkan satu rumahpun di kota atau di kampung, maka Ia membasahi bumi sehingga menjadi seperti sumur yang penuh.”


Catatatan dalam versi Kristen "orang-orang beriman akan diselamatkan dibawa ke awan"


"Dinding Ya'juj dan Majjuj akan terbuka, maka mereka akan menyerang semua manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


“ Dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi. (QS . Al Anbiyaa' : 96) ”



Maka mereka akan menyerang manusia, sedangkan kaum Muslim akan berlarian dari mereka ke kota-kota dan benteng-benteng mereka, kemudian mereka mengambil binatang-binatang ternak bersama mereka. Sedangkan mereka (Ya'juj dan Ma'juj) meminum semua air di bumi, sehingga apabila sebahagian mereka melewati sebuah sungai maka merekapun meminum air sungai tersebut sampai kering dan ketika sebagian yang lain dari mereka melewati sungai yang sudah kering tersebut, maka mereka berkata: "Dulu di sini pernah ada air".

Dan apabila tidak ada lagi manusia yang tersisa kecuali seorang saja di sebuah kota atau benteng, maka berkatalah salah seorang dari mereka: "Mereka-mereka penduduk bumi sudah kita habisi, maka yang tertinggal adalah penduduk langit", kemudian salah seorang dari mereka melemparkan tombaknya ke langit, dan tombak tersebut kembali dengan berlumur darah yang menunjukkan suatu bala dan fitnah.


Maka tatkala mereka sedang asyik berbuat demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus ulat ke pundak mereka seperti ulat belalang yang keluar dari kuduknya, maka pada pagi harinya mereka pun mati dan tidak terdengar satu nafaspun. Setelah itu kaum Muslim berkata: "Apakah ada seorang laki-laki yang mau menjual dirinya untuk kami berani mati) untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh musuh kita ini?" maka majulah salah seorang dari mereka dengan perasaan (menganggap) bahwa ia telah mati, kemudian dia menemui bahwa mereka semua telah mati dalam keadaan sebagian mereka di atas sebagian yang lain (berhimpitan), maka laki-laki tersebut menyeru: "Wahai semua kaum Muslim bergembiralah kamu sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri sudah membinasakan musuhmu", maka mereka pun keluar dari kota-kota dan benteng-benteng dan melepaskan ternak-ternak mereka ke padang-padang rumput kemudian padang rumput tersebut dipenuhi oleh daging-daging binatang ternak, maka semua susu ternak tersebut gemuk (penuh) seperti tunas pohon yang paling bagus yang tidak pernah dipotong.”


Menurut suatu riwayat Nabi Isa ,setelah turun dari langit akan menetap dibumi sampai wafatnya selama 40 tahun. Ia akan memimpin dengan penuh keadilan , sebagaimana yang diceritakan dalam hadist berikut :


“Demi yang diriku berada ditangan Nya, sesungguhnya Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil, maka ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak seorangpun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.”


Diceritakan dalam sebuah hadist bahwa Nabi Isa akan melaksanakan haji.


”Demi Dzat yang diriku berada ditanganya,sesungguhnya Ibn Maryam akan mengucapkan tahlil dengan berjalan kaki untuk melaksanakan haji atau umrah atau kedua-duanya dengan serentak.”


Setelah Nabi Isa menjadi pemimpin yang adil di akhir zaman, Allah akan mewafatkan beliau. Hanya Allah saja yang tahu kapan dan dimana Nabi Isa akan diwafatkan. Setelah wafatnya Isa Al-Masih dunia kemudian dunia akan kiamat


Source :


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi10


http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Isa



Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Masa Kecil Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT di muka bumi. Ia adalah salah seorang dari yang tertinggi di antara 5 rasul yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. AL AHQAAF : 35).


Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.


Keempat rasul lainnya dalam Ulul Azmi tsb ialah Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, dan Nuh AS.




"Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah (???? ????), dan menambahkan kalimat "Sallallaahu Alayhi Wasallam" yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya" sering disingkat "S.A.W" atau "SAW" setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad", yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".


As-Saff (QS 61:6)


Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".


Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.


Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka'bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keingin Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak).


Dalam penyerangan Ka'bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit yang mematikan yang dibawa oleh burung Ababil yang melempari tentara gajah. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia.


Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Fil: 1-5.


Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?


Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia?,


Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,


yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,


lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).


Ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya, Abdullah, Ayah dari Nabi Muhammad SAW meninggal dalam perjalanan dagang ke Yastrib. Ayahnya meninggalkan harta warisan berupa lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad setelah Nabi lahir.


Beberapa Bulan kemudian, Aminah yang ditinggal meninggal suaminya pada saat mengandung akhirnya melahirkan bayinya, yang diberi nama Muhammad. Nabi Muhammad lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M.


Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muttalib, "Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama demikian." Abdul Muttalib menjawab, "Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya."


Adalah suatu kebiasaan di Mekkah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Nabi Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa'ad datang ke Mekkah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa'ad terletak kira-kira 60 km dari Mekkah, dekat kota Ta'if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya.


Di antara ibu-ibu tersebut terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du'aib as Sa'diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat merasa ragu untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa Nabi Muhammad yang masih bayi itu sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Nabi Muhammad SAW sebagai anak asuhnya.


Ternyata kehadiran Nabi Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekkah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.


Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan Nabi Muhammad sudah pandai berjalan, dan di usia 9 bulan ia sudah bisa berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.


Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekkah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Nabi Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada Muhammad SAW, "Assalamu 'Alaika ya Muhammad," padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.


Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Nabi Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, "Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit."


Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Nabi Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekkah.


Pada saat Nabi Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah.


Pada saat Nabi Muhammad berumur 12 tahun, Abu Thalib mengabulkan permintaan Nabi Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW.


Selama perjalanan menuju Syam, Segumpal awan terus menaungi Nabi Muhammad SAW sehingga panas terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah rombongan Nabi Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya. "Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu," pikirnya.


Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah berpesan pada Abu Thalib, "Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya tidak mengada-ada, apa yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya ketahui dari kitab Taurat dan Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam perjalanan."


Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu membuat Abu Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke Mekkah.


Nabi Muhammad SAW telah di beritahukan bahwa dia adalah Calon Nabi Terakhir. Bagaimanakah proses diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Nabi. Cek di Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Proses di angkatnya Nabi Muhammad Menjadi Nabi


Source :


http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11



Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Proses di angkatnya Nabi Muhammad Menjadi Nabi

Lanjutan dari Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Masa Kecil Nabi Muhammad


Nabi Muhammad setelah berumur 12 tahun di ajak pamannya untuk berdagang di negri syam. Dalam perjalanan ke sana, Seorang Pendeta Kristen menemui Nabi Muhammad dan Pamannya Abu Thalib. Pendeta kristen tersebut memberitahukan Abu Thalib bahwa menurut dia Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Akhir Jaman seperti yang di ramalkan baik di Injil maupun di Taurat. Selain itu Pendeta tersebut juga mengingatkan Pamannya untuk selalu menjaga Nabi Muhammad terutama dari orang-orang Yahudi karena mereka terkenal sering membunuh Nabi-nabi. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen tadi, Abu Thalib segera mempercepat urusannya di Syam dan segera pulang ke Mekkah.


Ketika Nabi Muhammad mencapai usia remaja, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Nabi Muhammad menemani pamannya, Abu Thalib berdagang ke arah Utara.


Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudul, suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Saat itu di Mekkah memang sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudul inilah sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW mulai tampak, Karena aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Relasi dagangnya semakin meluas karena berita kejujurannya segera tersiar dari mulut ke mulut, sehingga ia mendapat gelar Al-Amin, yang artinya orang yang terpercaya.




Selain itu Nabi Muhammad juga terkenal sebagai orang yang adil dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Suatu ketika bangunan Ka'bah rusak karena banjir. Penduduk Mekkah kemudian bergotong-royong memperbaiki Ka'bah. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah satu dari mereka kemudian berkata, "Serahkan putusan ini pada orang yang pertama memasuki pintu Shafa ini."


Mereka semua menunggu, kemudian tampaklah Nabi Muhammad SAW muncul dari sana. Semua hadirin berseru, "Itu dia al-Amin, orang yang terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya."


Setelah mengerti duduk perkaranya, Nabi Muhammad SAW lalu membentangkan sorbannya di atas tanah, dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta semua kepala suku memegang tepi sorban itu dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian yang diharapkan, Muhammad SAW meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian selesailah perselisihan di antara suku-suku tersebut dan mereka pun puas dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu.


Pada usia 25 tahun, atas permintaan Khadijah binti Khuwailid, seorang saudagar kaya raya, Nabi Muhammad SAW berangkat ke Suriah membawa barang dagangan saudagar wanita yang telah lama menjanda itu. Ia dibantu oleh Maisaroh, seorang pembantu lelaki yang telah lama bekerja pada Khadijah. Sejak pertemuan pertama dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah telah menaruh simpati melihat penampilan Nabi Muhammad SAW yang sopan itu. Kekagumannya semakin bertambah mengetahui hasil penjualan yang dicapai Muhammad SAW di Suriah melebihi perkiraannya.


Akhirnya Khadijah mengutus Maisaroh dan teman karibnya, Nufasah untuk menyampaikan isi hatinya kepada Nabi Muhammad SAW. Khadijah yang berusia 40 tahun, melamar Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suaminya. Setelah bermusyawarah dengan keluarganya, lamaran itu akhirnya diterima dan dalam waktu dekat segera diadakan upacara pernikahan dengan sederhana. Yang hadir dalam acara itu antara lain Abu Thalib, Waraqah bin Nawfal dan Abu Bakar as-Siddiq.


Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.


Diriwayatkan pula bahwa Nabi Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq (Yang Benar). Ia senantiasa pula dipercayai sebagai penengah bagi dua pihak yang bertikai di kampung halamannya di Mekkah.


Dari Pernikahannya dengan Khadijah, Nabi Muhammad dikaruniai 6 orang anak, terdiri dari 2 anak lelaki bernama Al-Qasim dan Abdullah, dan 4 anak perempuan bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua anak lelakinya meninggal selagi masih kecil. Nabi Muhammad SAW tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal, saat Nabi Muhammad SAW berusia 50 tahun.


Dalam kehidupan rumah-tangganya dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyakiti hati istrinya. Sebaliknya istrinya pun ikhlas menyerahkan segalanya pada suaminya. Kekayaan istrinya digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk membantu orang-orang miskin dan tertindas. Budak-budak yang telah dimiliki Khadijah sebelum pernikahan mereka, semuanya ia bebaskan, salah satunya adalah Zaid bin Haritsah yang kemudian menjadi anak angkatnya.


Menjelang usianya yang ke-40, Nabi Muhammad SAW sering berkhalwat (menyendiri) ke Gua Hira, ssebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana. Suatu ketika, pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611, ia melihat cahaya terang benderang memenuhi ruangan gua itu. Tiba-tiba Malaikat Jibril muncul di hadapannya sambil berkata, "Iqra' (bacalah)."


Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab, "Mâ anâ bi qâri' (saya tidak dapat membaca)." Mendengar jawaban Nabi Muhammad SAW, Jibril lalu memeluk tubuh Nabi Muhammad SAW dengan sangat erat, lalu melepaskannya dan kembali menyuruh Nabi Muhammad SAW membaca. Namun setelah dilakukan sampai 3 kali dan Nabi Muhammad SAW tetap memberikan jawaban yang sama, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan wahyu Allah SWT pertama, Al-Alaq 96: 1-5


Al-Alaq 96: 1-5


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.


Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,


Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.


Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari / masehi ) saat mendengar wahyu yang pertama ini. Dengan turunnya 5 ayat pertama ini, berarti Nabi Muhammad SAW telah dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi seorang rasul.


Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Nabi Muhammad SAW pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah, "Selimuti aku, selimuti aku." Sekujur tubuhnya terasa panas dan dingin berganti-ganti. Setelah lebih tenang, barulah ia bercerita kepada istrinya. Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW datang pada saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi.


Mendengar cerita yang dialami Nabi Muhammad SAW, Waraqah pun berkata, "Aku telah bersumpah dengan nama Tuhan, yang dalam tangan-Nya terletak hidup Waraqah, Tuhan telah memilihmu menjadi nabi kaum ini. Malaikat Jibril telah datang kepadamu. Kaummu akan mengatakan bahwa engkau penipu, mereka akan memusuhimu, dan mereka akan melawanmu. Sungguh, sekiranya aku dapat hidup pada hari itu, aku akan berjuang membelamu."


Wahyu berikutnya yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Muddatsir: 1-7 :


Hai orang yang berkemul (berselimut),


bangunlah, lalu berilah peringatan!


dan Tuhanmu agungkanlah,


dan pakaianmu bersihkanlah,


dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah,


dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.


Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.


Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak ibunya masih hidup.


Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Keseluruh pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.


Setelah beberapa lama Nabi SAW menjalankan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi Muhammad SAW menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab.


Langkah dakwah seterusnya diambil Nabi Muhammad SAW dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke Bukit Shafa, sambil berdiri di sana ia berteriak memanggil orang banyak. Karena Nabi Muhammad SAW adalah orang yang terpercaya, penduduk yakin bahwa pastilah terjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga mereka pun berkumpul di sekitar Nabi Muhammad SAW.


Untuk menarik perhatian, mula-mula Nabi Muhammad SAW berkata, "Saudara-saudaraku, jika aku berkata, di belakang bukit ini ada pasukan musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?"


Dengan serentak mereka menjawab, "Percaya, kami tahu saudara belum pernah berbohong. Kejujuran saudara tidak ada duanya. Saudara yang mendapat gelar al-Amin."


Kemudian Nabi SAW meneruskan, "Kalau demikian, dengarkanlah. Aku ini adalah seorang nazir (pemberi peringatan). Allah telah memerintahkanku agar aku memperingatkan saudara-saudara. Hendaknya kamu hanya menyembah Allah saja. Tidak ada Tuhan selain Allah. Bila saudara ingkar, saudara akan terkena azabnya dan saudara nanti akan menyesal. Penyesalan kemudian tidak ada gunanya."


Tapi khotbah ini ternyata membuat orang-orang yang berkumpul itu marah, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengejeknya gila. Pada saat itu, Abu Lahab berteriak, "Celakalah engkau hai Muhammad. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?"


Sebagai balasan terhadap ucapan Abu Lahab, turunlah ayat Al-Qur'an AL LAHAB 1 - 5:


Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.


Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.


Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.


Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.


Yang di lehernya ada tali dari sabut.


Nabi Muhammad terus melanjutkan dakwahnya walaupun semakin banyak orang yang menentang, mulai dari yang menentang dengan cara halus sampai dengan yang cara kasar. Bagaiamanakah kisah Dakwah Nabi Muhammad selanjutnya? Cek di Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Hijrah Ke Madinah


Source :


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11


http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad



Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Hijrah Ke Madinah

Lanjutan Dari Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Proses di angkatnya Nabi Muhammad Menjadi Nabi


Nabi Muhammad telah menjadi Nabi dan mulai menyebarkan dakwahnya. Awalnya secara diam-diam dan lama kelamaan sudah mulai berdakwah secara terbuka.


Reaksi-reaksi keras menentang dakwah Nabi Muhammad SAW bermunculan, namun tanpa kenal lelah Nabi Muhammad SAW terus melanjutkan dakwahnya. Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwa mulai terlihat hasilnya. Hampir setiap hari ada yang menggabungkan diri dalam barisan pemeluk agama Islam. Kebanyakan yang bergabung berasal dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang miskin serta lemah. Meskipun sebagian dari mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang lemah, tetapi semangat yang mendorong mereka untuk beriman sangat kuat.


Tantangan dakwah terberat datang dari para penguasa Mekah, kaum feodal, dan para pemilik budak. Mereka ingin mempertahankan tradisi lama disamping juga khawatir jika struktur masyarakat dan kepentingan-kepentingan dagang mereka akan tergoyahkan oleh ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada keadilan sosial dan persamaan derajat.




Mereka menyusun siasat untuk melepaskan hubungan keluarga antara Abu Thalib dan Nabi Muhammad SAW dengen cara meminta pada Abu Thalib memilih satu di antara dua: memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar berhenti berdakwah, atau menyerahkannya kepada mereka. Abu Thalib terpengaruh oleh ancaman itu, ia meminta agar Nabi Muhammad SAW menghentikan dakwahnya. Tetapi Nabi Muhammad SAW menolak permintaannya dan berkata, "Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara mengucilkan saya."


Mendengar jawaban ini, Abu Thalib pun berkata, "Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu".


Gagal dengan cara pertama, kaum Quraisy lalu mengutus Walid bin Mugirah menemui AbU Thalib dengan membawa seorang pemuda untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Pemuda itu bernama Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan. Walid bin Mugirah berkata, "Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan kepada kami Muhammad untuk kami bunuh, karena dia telah menentang kami dan memecah belah kita".


Usul Quraisy itu ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib dengan berkata, "Sungguh jahat pikiran kalian. Kalian serahkan anak kalian untuk saya asuh dan beri makan, dan saya serahkan kemenakan saya untuk kalian bunuh. Sungguh suatu penawaran yang tak mungkin saya terima."


Kembali mengalami kegagalan, berikutnya mereka menghadapi Nabi Muhammad SAW secara langsung. Mereka mengutus Utbah bin Rabi'ah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Nabi SAW. Mereka menawarkan takhta, wanita, dan harta yang mereka kira diinginkan oleh Nabi Muhammad SAW, asal Nabi Muhammad SAW bersedia menghentikan dakwahannya. Namun semua tawaran itu ditolak oleh Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan, "Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya."


Setelah gagal dengan cara-cara diplomatik dan bujuk rayu, kaum Quraisy mulai melakukan tindak kekerasan. Budak-budak mereka yang telah masuk Islam mereka siksa dengan sangat kejam. Mereka dipukul, dicambuk, dan tidak diberi makan dan minum. Salah seorang budak bernama Bilal, mendapat siksaan ditelentangkan di atas pasir yang panas dan di atas dadanya diletakkan batu yang besar dan berat.


Setiap suku diminta menghukum anggota keluarganya yang masuk Islam sampai ia murtad kembali. Usman bin Affan misalnya, dikurung dalam kamar gelap dan dipukul hingga babak belur oleh anggota keluarganya sendiri. Secara keseluruhan, sejak saat itu umat Islam mendapat siksaan yang pedih dari kaum Quraisy Mekah. Mereka dilempari kotoran, dihalangi untuk melakukan ibadah di Ka'bah, dan lain sebagainya.


Kekejaman terhadap kaum Muslimin mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar dari Mekah. Dengan pertimbangan yang mendalam, pada tahun ke-5 kerasulannya, Nabi SAW menetapkan Abessinia atau Habasyah (Ethiopia sekarang) sebagai negeri tempat pengungsian, karena raja negeri itu adalah seorang yang adil, lapang hati, dan suka menerima tamu. Nabi SAW merasa pasti rombongannya akan diterima dengan tangan terbuka.


Rombongan pertama terdiri dari 10 orang pria dan 5 orang wanita. di antara rombongan tersebut adalah Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayah (putri Rasulullah SAW), Zubair bin Awwam, dan Abdur Rahman bin Auf. Kemudian menyusul rombongan kedua yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Beberapa sumber menyatakan jumlah rombongan ini lebih dari 80 orang.


Berbagai usaha dilakukan oleh kaum Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habasyah ini, termasuk membujuk raja negeri tsb agar menolak kehadiran umat Islam disana. Namun berbagai usaha itu pun gagal. Semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, justru semakin bertambah jumlah yang memeluk Islam. Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman tersebut, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Dengan masuk Islamnya dua orang yang dijuluki "Singa Arab" itu, semakin kuatlah posisi umat Islam dan dakwah Muhammad SAW pada waktu itu.


Hal ini membuat reaksi kaum Quraisy semakin keras. Mereka berpendapat bahwa kekuatan Nabi Muhammad SAW terletak pada perlindungan Bani Hasyim, maka mereka pun berusaha melumpuhkan Bani Hasyim dengan melaksanakan blokade. Mereka memutuskan segala macam hubungan dengan suku ini. Tidak seorang pun penduduk Mekah boleh melakukan hubungan dengan Bani Hasyim, termasuk hubungan jual-beli dan pernikahan. Persetujuan yang mereka buat dalam bentuk piagam itu mereka tanda-tangani bersama dan mereka gantungkan di dalam Ka'bah. Akibatnya, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya mengungsi ke suatu lembah di luar kota Mekah.


Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian Muhammad SAW dan berlangsung selama 3 tahun itu merupakan tindakan yang paling menyiksa. Pemboikotan itu berhenti karena terdapat beberapa pemimpin Quraisy yang menyadari bahwa tindakan pemboikotan itu sungguh keterlaluan. Kesadaran itulah yang mendorong mereka melanggar perjanjian yang mereka buat sendiri. Dengan demikian Bani Hasyim akhirnya dapat kembali pulang ke rumah masing-masing.


Setelah Bani Hasyim kembali ke rumah mereka, Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari kemudian, Khadijah, istrinya, juga meninggal dunia. Tahun ke-10 kenabian ini benar-benar merupakan Tahun Kesedihan ('Âm al-Huzn) bagi Nabi Muhammad SAW. Terlebih lagi, sepeninggal dua pendukungnya itu ( Abu Thalib dan Khadijah ), kaum Quraisy tidak segan-segan melampiaskan kebencian kepada Nabi Muhammad SAW. Hingga kemudian Nabi Muhammad SAW berusaha menyebarkan dakwah ke luar kota, yaitu ke Ta'if. Namun reaksi yang diterima Nabi SAW dari Bani Saqif (penduduk Ta'if), tidak jauh berbeda dengan penduduk Mekah. Nabi SAW diejek, disoraki, dilempari batu sampai ia luka-luka di bagian kepala dan badannya.


Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi'raj. Isra, yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaksa di Yerusalem. Mi'raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjidilaksa ke langit melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitulmakmur, sidratulmuntaha, arsy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan), hingga menerima wahyu di hadirat Allah SWT.


Dalam kesempatannnya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5 waktu sehari semalam. Peristiwa Isra Mi'raj ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 1.


Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.


Di Mekkah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Nabi Muhammad SAW mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam.


Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Nabi Muhammad SAW memanfaatkan kesempatan itu untuk menyebarkan agama Allah SWT dengan mendatangi kemah-kemah mereka. Namun usaha ini selalu diikuti oleh Abu Lahab dan kawan-kawannya dengan mendustakan Nabi Muhammad SAW.


Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan 6 orang dari suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib. Setelah Nabi SAW menyampaikan pokok-pokok ajaran Islam, mereka menyatakan diri masuk Islam di hadapan Nabi SAW. Mereka berkata, "Bangsa kami sudah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya kini Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaramu dan ajaran-ajaran yang kamu bawa. Oleh karena itu kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari kamu ini."


Pada musim haji tahun berikutnya, datanglah delegasi Yatsrib yang terdiri dari 12 orang suku Khazraj dan Aus. Mereka menemui Nabi SAW di suatu tempat bernama Aqabah. Di hadapan Nabi SAW, mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Karena ikrar ini dilakukan di Aqabah, maka dinamakan Bai'at Aqabah. Rombongan 12 orang tsb kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus'ab bin Umair yang sengaja diutus oleh Nabi SAW atas permintaan mereka.


Pada musim haji berikutnya, jemaah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 75 orang, termasuk 12 orang yang sebelumnya telah menemui Nabi SAW di Aqabah. Mereka meminta agar Nabi SAW bersedia pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW dari segala macem jenis ancaman. Nabi SAW menyetujui usul yang mereka ajukan.


Mengetahui adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib, kaum Quraisy menjadi semakin kejam terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Secara diam-diam, berangkatlah rombongan-rombongan muslimin, sedikit demi sedikit, ke Yatsrib. Dalam waktu 2 bulan, kurang lebih 150 kaum muslimin telah berada di Yatsrib. Sementara itu Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar as-Sidiq tetap tinggal di Mekah bersama Nabi SAW, membelanya sampai Nabi SAW mendapat wahyu untuk hijrah ke Yatsrib.


Kaum Quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW sebelum ia sempat menyusul umatnya ke Yatsrib. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.


Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi Muhammad SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW menemui Abu Bakar yang telah menunggunya. Mereka berdua kemudian keluar dari Kota Mekah untuk menuju ke sebuah Gua, Goa Tsur namanya yang berlokasi kira-kira 3 mil sebelah selatan dari Kota Mekah.


Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar bersembunyi di gua Tsur selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan menjadi lebih aman. Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi Muhammad SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada saat yang bersamaan, Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, Jalur ini merupakan Jalur yang tidak umum untuk dilalui.


Setelah 7 hari perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar sampai di suatu desa kecil yang bernama Quba. Lokasi desa ini kira-kira sekitar 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi Muhammad SAW membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.


Tak lama kemudian, Ali bergabung dengan Nabi Muhammad SAW. Sementara di tempat lain, penduduk Yatsrib dengan cemas menunggu-nunggu tibanya rombongan Nabi Muhammad. Menurut mereka, dengan jarak mekkah ke yastrib, seharusnya Nabi Muhammad SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi Muhammad SAW dan rombongannya. Setelah lelah dan cemas menunggu, Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Nabi Muhammad SAW tiba juga di Yastrib dan langsung disambut oleh Penduduk Yastrib. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala' al-Badru, ( Shalawat )yang isinya:


Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ'i (celah-celah bukit).


Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi,


Wahai orang yang diutus kepada kami,


engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati.


Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya. Tetapi Nabi SAW hanya berkata, "Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."


Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.


Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinah an-Nabi (kota nabi). Orang sering pula menyebutnya Madinah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.


Semenjak itu, Nabi Muhammad menjadi pemimpin kota Madinah di mana disini dakwah Nabi Muhammad dapat di terima dengan baik. Tentu saja hal ini tidak begitu disukai oleh kaum Quraisy Mekah sehingga beberapa perang terjadi setelah ini. Untuk lebih ditailnya tentang kelanjutan kisah ini, klik di Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Perseteruan dengan Kaum Quraisy Mekkah.


Source :


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11


http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad



Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Perseteruan dengan Kaum Quraisy Mekkah

Lanjuta dari Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Hijrah Ke Madinah


Nabi Muhammad SAW untuk menghindari kekejaman kaum Quraisy Mekah akhirnya melakukan Hijrah ke Madinah. Di Madinah ajaran Nabi Muhammad SAW diterima dengan baik oleh penduduk di sana. Nabi Muhammad SAW kemudian diangkat menjadi pemimpin penduduk kota tersebut. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.


Hal Pertama yang berusaha Nabi Muhammad SAW tegakan di Madinah adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin). Nabi SAW mempersaudarakan dan menyatukan Orang-orang dari golongan Muhajirin dengan Orang-orang dari golongan Anshar.


Sebagai Contoh, Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin Abi Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan cara ini diharapkan tiap-tiap orang akan merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan dan menghindari perpecahan dikalangan umat muslim. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.


Jika sebelumnya Nabi Muhammad telah meningkatkan rasa Ukhuwah Islamiyah penduduk kota Madinah, terutama Antara kaum Muhajirin dengan Kaum Anshar, langkah berikutnya adalah menentukan sarana yang memfasilitasi rasa persaudaraan tersebut, yaitu tempat mereka saling bertemu sehingga rasa persaudaraan itu semakin kokoh. Sarana yang paling cocok untuk hal tersebut adalah sebuah Masjid, tempat melakukan ibada kepada Allah SWT secara brejamaah dan juga dapat digunakan sebagai tempat untuk berbagai hal. Misalnya saja tempat belajar mengajar, melakukan pengadilan, tempat musyawarah dan lainnya.




Nabi Muhammad SAW kemudian merencanakan untuk membangun masjid dan dalam proses pembangunnya, Nabi Muhammad SAW juga langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin lainnya. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Masjid ini berUkuran cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dinding Masjid ini terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Kemudian di bangun pula tempat tinggal Nabi Muhammad SAW yang berlokasi dekat dengan Masjid Nabawi.


Selain kedua hal tadi, untuk menjaga kestabilan hidup di Madinah, Nabi Muhammad SAW juga merencanakan hal yang tidak kalah penting. Yaitu membangun hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, selain umat islam binaan Nabi Muhammad SAW, di sana juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.


Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Misaq Madînah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya, kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.


Masyarakat Madinah kini dengan di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu, Nabi Muhammad SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir Laut Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Sa'ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani Mudij.


Ekspedisi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi Muhammad SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.


Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah, terutama mereka yang dulu memperlakukan penganut agama Islam dengan kejam. Mereka merasa takut kalau saja umat Islam membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum muslimin. Ketegangan antara kelompok masyarakat di Mekkah dan Madinah pun terjadi. Pertikaian-pertikaian kecilpun mulai terjadi antara Kaum muslim dengan penduduk mekkah. Puncak dari pertikaian ini adalah perang Badar ( 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan 2 Hijriah ).


Perang Badar adalah perang antara Tentara muslimin Madinah yang terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah melawan pasuka Mekah yang berjumlah sekitar 1.000 orang. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang tersebut. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).


ALI 'IMRAN : 123


Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.


Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.


Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.


Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.


Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.


Tampaknya kekalahan di Perang Badar menimbulkan dendam yang luar biasa dari pihak Kaum Qurisy Mekkah. Sekitar satu tahun setelah perang Badar, tepatnya 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju besi. Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang.


Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian barat. Tentara Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front kurang lebih 1.000 yard. Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan sayap kiri berada dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari belakang, untuk mengatasi hal ini Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Ainain dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair dengan perintah yang sangat tegas dan jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong kami."


Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri Rasulullah yang juga istri Ali. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri.


Perang pun berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.


Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran.


Nabi Muhammad SAW sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu.


Perang Uhud ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.


Al Imran 140 - 179:


Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim,


dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.


Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.


Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.


Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.


Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.


Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".


Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.


Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.


Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.


Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.


Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.


(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.


Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.


Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.


Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.


Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.


Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.


Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.


Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.


(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.


Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.


Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.


Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.


dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.


Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar."


Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.


mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.


Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.


(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.


(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."


Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar


Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.


Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.


Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak akan dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun; dan bagi mereka azab yang pedih.


Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.


Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.


Pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun 627 Masehi, kaum Yahudi Madinah yang dulu pernah di usir dari Madinah dan mengungsi di khaibar, bekerja sama dengan masyarakat Mekkah mengepung Madinah. Pertempuran ini dikenal dengan nama pertempuran Khandaq ( Parit ) dan karena penyerangan dilakukan oleh beberapa suku, perang ini juga dikenal dengan nama perang Ahzab (sekutu beberapa suku).


Pasukan Gabungan yang menyerang Madinah ini berjumlah sebanyak 10.000 tentara. Untuk memenagkan perang ini, Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.


Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.


Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa hasil apapun.


Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.


Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab: 25-26.


Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.


Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.


Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi Mekkah sangat bergelora. Nabi Muhammad SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.


Sebelum tiba di Mekkah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.


Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekkah, yang isinya antara lain:




  1. Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.

  2. Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi bila ada pengikut Nabi Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus mengembalikannya ke pihak Nabi Muhammad SAW.

  3. Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan pihak Quraisy.

  4. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tersebut, tetapi ditangguhkan sampai tahun berikutnya.

  5. Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.

  6. Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.


Tujuan Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain. Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini:




  1. Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.

  2. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.


Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.


Gencatan senjata dengan penduduk Mekah memberi kesempatan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengislamkan negri-negri lainnya. Tapi, apakah Kaum Quraisy mampu menahan gencatan Senjata selama 10 tahun? Apakah perjanjian ini bisa terus bertahan. Cek di kisah selanjutnya di Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Kembali ke Mekkah.


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11


http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Uhud


http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Khandak



Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Kembali ke Mekkah

Lanjutan dari Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Perseteruan dengan Kaum Quraisy Mekkah


Perang yang terus terjadi Antara Mekkah dan Madinah akhirnya di akhiri dengan Gencatan Senjata melalui Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini berisi keputusan bersama bahwa kedua belah pihak akan melakukan gencata senjata selama 10 tahun dan Kaum Muslimin di izinkan untuk mengunjungi Ka'bah.


Gencatan senjata hasil Perjanjian Hudaibiyah ini memberi kesempatan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengalihkan perhatian ke tempat lain. Salah satunya adalah ke Kaum Bani Nadhir yang mengungsi ke khaibar. Setelah mereka gagal di pertempuran perang khandaq ( parit ) tampaknya kaum Yahudi Bani Nadhim ini masih belum menghilangkan rasa permusuhannya kepada kaum Muslimin.


Untuk menghindari mereka mengajak bersekutu musuh kaum Muslimin lainnya dan kembali menyerang Madinah, Nabi Muhammad SAW memimpin umat Islam menuju Khaibar untuk melakukan penyerang. Perang pun terjadi Antara umat Muslim pimpinan Nabi Muhammad dengan umat Yahudi yang hidup di oasis Khaibar, sekitar 150 km dari Madinah, Arab Saudi.


Bani Nadhir tak mempunyai cukup kekuatan untuk menggempur kaum Muslimin. Namun mereka cerdik. Mereka mampu menyatukan musuh-musuh Nabi Muhammad SAW dari berbagai kabilah yang sangat kuat. Hal itu terbukti pada Perang Khandaq. Bagi warga Muslim di Madinah, Bani Nadhim lebih berbahaya dibanding musuh-musuh lainnya.


Karena itu Nabi Muhammad menyerbu ke jantung pertahanan musuh. Suatu pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Bahkan Pasukan Romawi yang lebih kuat pun tidak mampu menaklukkan benteng Pertahanan Khaibar yang memiliki sistem pertahanan berlapis-lapis dan sangat baik.




Daerah Khaibar berlokasi sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab. Terutama setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah.


Bani Nadhir saat itu di komandani oleh Sallam anak Misykam. Mengetahui upaya penyerangan umat Muslim, Sallam kemudian mengorganisasikan prajurit Bani Nadhim. Perempuan, anak-anak dan harta benda mereka tempatkan di benteng Watih dan Sulaim. Persediaan makanan dikumpulkan di benteng Na’im. Pasukan perang dikonsentrasikan di benteng Natat. Sedangkan Sallam sendiri dan para prajurit pilihan maju ke garis depan.


Dalam serbuan awal, Sallam berhasil tewaskan oleh kaum Muslimin. Walau begitu, pertahanan Khaibar masih belum bisa ditembus oleh Kaum Muslimin. Setelah Sallam tewas, Pimpinan komando Bani Nadhim beralih dari Sallam yang telah tewas ke tangan Harith bin Abu Zainab.


Nabi Muhammad SAW kemudian menugasi Abu Bakar untuk menjadi komandan pasukan untuk menyerang salah satu benteng di Khaibar dan melawan tentara Harith bin Abu Zainab. Tetapi penyerangan tersebut gagal. Demikian pula saat Umar ditugaskan, Ia gagal untuk menembus pertahanan benteng tersebut. Akhirnya kepemimpinan komando diserahkan pada Ali.


Di Khaibar inilah nama Ali menjulang. Keberhasilannya merenggut pintu benteng untuk menjadi perisai selalu dikisahkan dari abad ke abad. Ali dan pasukannya juga berhasil menjebol pertahanan lawan. Dalam penyerbuannya Ali Bin Abi Thalib berhasil menewaskan Harith bin Abu Zainab, komandan Bani Nadhim setelah Sallam. Benteng Na’im yang menjadi tempat persediaan bahan makananpun akhirnya dapat dikuasai kaum muslimin.


Setelah benteng Na'im jatuh dan Harith bin Abu Zainab tewas, satu persatu benteng lainnya berhasil dikuasai. Setelah itu benteng Qamush jatuh. Benteng Zubair yang telah dikepung cukup lama dan merupakan tempat Bani Nadhim bertahan akhirnya jatuh juga setelah pasukan Islam memotong saluran air menuju benteng yang memaksa pasukan Yahudi keluar dari tempat perlindungannya dan bertempur langsung. Benteng Watih dan Sulaim pun tanpa kecuali jatuh ke tangan pasukan Islam. Hingga akhirnya semua benteng dapat di rebut.


Kaum Yahudi Bani Nadhim akhirnya menyerah. Seluruh benteng diserahkan pada umat Islam. Nabi Muhammad SAW memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya, kecuali Kinana bin Rabi’ yang terbukti berbohong saat dimintai keterangan oleh Rasulullah.


Perlindungan itu tampaknya sengaja diberikan oleh Rasulullah untuk menunjukkan beda perlakuan kalangan Islam dan Nasrani terhadap pihak yang dikalahkan. Biasanya, pasukan Nasrani dari kekaisaran Romawi akan menghabisi kelompok Yahudi yang dikalahkannya. Sekarang kaum Yahudi Khaibar diberi kemerdekaan untuk mengatur dirinya sendiri sepanjang mengikuti garis kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam politik.


Nabi Muhammad SAW sempat tinggal beberapa lama di Khaibar. Bahkan disana Ia nyaris meninggal karena diracun. Diriwayatkan bahwa Zainab binti Harith menaruh dendam pada Nabi Muhammad SAW karena Sallam, suaminya, tewas dalam pertempuran Khaibar. Zainab lalu mengirim sepotong daging domba untuk Nabi Muhammad SAW. Rasulullah sempat mengigit sedikit daging tersebut, namun segera memuntahkannya setelah merasa ada hal yang ganjil. Tetapi malang bagi salah satu sahabat Rasul, yaitu Bisyri bin Bara. Ia meninggal lantaran memakan daging tersebut.


Setelah kondisi Khaibar stabil. Rombongan pasukan Rasulullah kembali ke Madinah melalui Wadil Qura, wilayah yang dikuasi kelompok Yahudi lainnya. Pasukan Yahudi setempat mencegat rombongan Nabi Muhammad. Sebagaimana di Khaibar, mereka kemudian ditaklukkan pula. Sedangkan Yahudi Taima’ malah mengulurkan tawaran damai tanpa melalui peperangan.


Dengan penaklukan tersebut, Islam di Madinah telah menjadi kekuatan utama di jazirah Arab. Ketenangan masyarakat semakin terwujud. Dengan demikian, Muhammad dapat lebih berkonsentrasi dalam dakwah membangun moralitas masyarakat.


Nabi Muhammad juga menfaatkan waktu damai dengan Quraisy Arab untuk memfokuskan diri ke berbagai negeri-negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW adalah dengan mengirim utusan dan surat ke berbagai kepala negara dan pemerintahan.


Di antara raja-raja yang dikirimi surat oleh Nabi Muhammad SAW adalah raja Gassan dari Iran, raja Mesir, Abessinia, Persia, dan Romawi. Nabi Muhammad SAW sadar bahwa dengan cara ini tidak akan ada raja-raja yang masuk Islam, tetapi setidaknya risalah Islam sudah sampai kepada mereka. Reaksi raja-raja yang dikirimi surat oleh Nabi Muhammad bermacam-macam. Ada yang menolak dengan baik dan simpatik sambil memberikan hadiah, ada pula yang menolak dengan kasar.


Raja Gassan dari Iran adalah salah satu dari mereka yang menolak dengan kasar. Utusan yang dikirim oleh Nabi Muhammad SAW dibunuhnya dengan kejam. Sebagai jawaban, Nabi Muhammad SAW kemudian mengirim pasukan perang sebanyak 3.000 orang dibawah pimpinan Zaid bin Haritsah. Peperangan Antara Raja Gasan dan Zaid terjadi di Mu'tah, sebelah utara Semenanjung Arab.


Pasukan Islam di bawah pimpin Zaid mengalami kesulitan dalam menghadapi tentara Gassan yang mendapat bantuan langsung dari Negri Romawi. Beberapa syuhada gugur dalam pertempuran melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Zaid bin Haritsah yang menjadi pimpinan tentara Islampun menjadi salah seorang yang gugur. Komando perang kemudian di ambil alih Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Abi Rawahah pasca kematian Zaid bin Haritsah.


Melihat kekuatan yang tidak seimbang itu, Khalid bin Walid, bekas panglima Quraisy yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan Islam menarik diri dan kembali ke Madinah.


Perang melawan tentara Gassan dan pasukan Romawi ini disebut dengan Perang Mu'tah.


Selama 2 tahun Perjanjian Hudaibiyah, dakwah Islam sudah menjangkau Semenanjung Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Semenanjung Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, telah menggabungkan diri ke dalam Islam. Hal ini membuat orang-orang Mekkah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata telah menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak orang-orang Quraisy membatalkan perjanjian tersebut. Mereka menyerang Bani Khuza'ah yang berada di bawah perlindungan Islam hanya karena kabilah ini berselisih dengan Bani Bakar yang menjadi sekutu Quraisy. Sejumlah orang Kuza'ah mereka bunuh dan sebagian lainnya dicerai-beraikan. Bani Khuza'ah segera mengadu pada Nabi Muhammad SAW dan meminta keadilan.


Rasulullah SAW segera bertolak dengan 10.000 orang tentara untuk melawan kaum musyrik Mekah itu. Kecuali perlawanan kecil dari kaum Ikrimah dan Safwan, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesukaran memasuki kota Mekah. Nabi SAW memasuki kota itu sebagai pemenang. Pasukan Islam memasuki kota Mekah tanpa kekerasan. Mereka kemudian menghancurkan patung-patung berhala di seluruh negeri.


Setelah melenyapkan berhala-berhala itu, Nabi SAW berkhotbah menjanjikan ampunan bagi orang-orang Quraisy. Setelah khotbah tersebut, berbondong-bondong Kaum Quraisy datang dan masuk Islam. Ka'bah bersih dari berhala dan tradisi-tradisi serta kebiasaan-kebiasaan musyrik. Sejak itu, Mekah kembali berada di bawah kekuasaan Nabi Muhammad SAW.


Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani Jusyam mulai menyiapkan pasukan mereka ketika mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW dan tentaranya berangkat dari Madinah menuju Mekah. Persekutuan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif yang dipimpin oleh Malik bin Auf (dari Bani Nasr) berniat akan menyerang pasukan Nabi Muhammad SAW ketika sedang mengepung Mekkah. Namun, penaklukan Mekkah berjalan cepat dan damai sehingga rencana mereka menjadi gagal. Akhirnya mereka berkemah di Lembah Hunain yang sangat strategis.


Nabi Muhammad SAW pun mengetahui maksud suku Hawazin dan Tsaqif, dan memerintahkan pasukan beliau bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan 12.000 orang, terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam penaklukan Mekkah, ditanbah 2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam. Hal ini terjadi sekitar dua minggu setelah penaklukan Mekkah, atau empat minggu setelah Nabi Muhammad SAW meninggalkan Madinah. Pasukan kaum Badui terdiri dari suku Hawazin, Tsaqif, bani Hilal, bani Nashr, dan bani Jasyam.


Saat pasukan muslim bergerak menuju daerah Hawazin, pemimpin kaum Badui Malik bin Auf menyergap mereka di Hunain yang merupakan lembah sempit. Kaum Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah, mengejutkan kaum Muslimin dan menyulitkan organisasi serangan kaum Muslimin. Pasukan Muslim mulai mundur dalam kekacauan, dan tampaknya akan menderita kekalahan.


Pemimpin Quraisy Abu Sofyan yang ketika itu baru masuk Islam, mengejek dan berkata "Kaum Muslimin akan lari hingga ke pantai".


Pada saat kritis ini, sepupu Muhammad Ali bin Abi Thalib dibantu pamannya Abbas mengumpulkan kembali pasukan yang melarikan diri, dan organisasi kaum Muslimin mulai terbentuk kembali. Hal ini juga dibantu dengan sempitnya medan pertempuran, yang menguntungkan kaum Muslimin sebagai pihak bertahan. Pada saat ini, seorang pembawa bendera dari kaum Badui menantang pertarungan satu-lawan-satu. Ali menerima tantangan ini dan berhasil mengalahkannya.


Nabi Muhammad SAW lalu memerintahkan serangan umum, dan kaum Badui mulai melarikan diri dalam dua kelompok. Kelompok pertama nantinya akan kembali berperang melawan kaum Muslim dalam pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif, dan nantinya akan dikepung oleh kaum Muslim. Setelah pertempuran, Pemimpin mereka, Malik bin Auf, menyatakan diri masuk Islam.


Setelah perang Hunain, Perang Autas pun terjadi. Perang ini adalah Perang antara umat Muslim dan sebagian suku-suku penyembah berhala yang melarikan diri di pertempuran Hunain. Perang ini terjadi tahun 630 di Autas, sebuah lembah di pegunungan yang terletak di timur laut Tha'if, Arab Saudi. Dalam perang ini Pasukan Muslim berhasil mengalahkan musuhnya setelah melalui pertempuran sengit. Sisa pasukan yang dikalahkan lalu melarikan diri ke perbukitan disekitar.


Setelah Perang Autas, terjadilah Pengepungan Tha'if masih di tahun 630 M untuk mengejar Sebagian lagi Suku-suku penyembah berhala yang melarikan diri di pertempuran Hunaun. Penduduk Tha'if berhasil bertahan dari pengepungan ini, dan baru masuk Islam menyatakan kesetiaannya pada Nabi Muhammad SAW setelah Ekspedisi Tabuk. Salah seorang kepala suku Tha'if Urwah bin Mas'ud tidak ada pada saat pengepungan ini, dan nantinya ia-lah yang memimpin kaumnya masuk Islam.


Dalam pengepungan ini Abu Sofyan, yang bertempur di pihak muslim, kehilangan salah satu matanya. Ketika Nabi Muhammad SAW bertanya kepadanya "Yang manakah yang engkau lebih inginkan, sebuah mata di surga, atau aku berdoa kepada Allah agar matamu dikembalikan sekarang?" Abu Sofyan menjawab ia lebih memilih sebuah mata di surga. Nantinya, ia kehilangan matanya yang lain pada Pertempuran Yarmuk.


Dengan ditaklukannya Bani Saqif dan Bani Hawazin, kini seluruh Semenanjung Arab berada di bawah satu kepemimpinan, yaitu kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraclius, pemimpin Romawi, menyusun pasukan besar di Suriah, kawasan utara Semenanjung Arab yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Gassan dan Bani Lachmides.


Dalam masa panen dan pada musim yang sangat panas, banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi Muhammad SAW. Pasukan Romawi kemudian menarik diri setelah melihat betapa besarnya pasukan yang dipimpin Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW sendiri tidak melakukan pengejaran, melainkan ia berkemah di Tabuk.


Di Tabuk Nabi Muhammad SAW membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Saat hendak pulang dari Tabuk, rombongan Nabi Muhammad SAW didatangi oleh para pendeta Kristen di Lembah Sinai. Nabi Muhammad SAW kemudian berdiskusi dengan mereka, dan terjadi perjanjian yang mirip dengan Piagam Madinah bagi kaum Yahudi. Piagam ini berisi perdamaian antara umat Islam dan umat Kristen di daerah tersebut.


Pada tahun 9 dan 10 H banyak suku dari seluruh pelosok Arab yang mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan tunduk kepada Nabi Muhammad SAW. Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk Arab. Oleh karena itu, tahun ini disebut dengan Tahun Perutusan atau 'Âm al-Bi'sah. Mereka yang datang ke Mekkah, rombongan demi rombongan, mempelajari ajaran-ajaran Islam dan setelah itu kembali ke negeri masing-masing untuk mengajarkan kepada kaumnya. Dengan cara ini, persatuan Arab terbentuk. Peperangan antar suku yang berlangsung selama ini berubah menjadi persaudaraan agama. Pada saat itu turunlah firman Allah SWT:


Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. 110: 1-3)


Kini apa yang ditugaskan kepada Nabi Muhammad SAW sudah tercapai. Di tengah-tengah suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban, telah lahir seorang nabi. Ia telah berhasil membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada mereka dan mensucikannya serta mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, padahal sebelumnya mereka berada dalam kegelapan yang pekat.


Pada awalnya Nabi Muhammad SAW mendapati mereka bergelimang dalam ketakhyulan yang merendahkan derajat manusia, lalu ia mengilhami mereka dengan kepercayaan kepada satu-satunya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kasih Sayang. Saat mereka bercerai-berai dan terlibat dalam peperangan yang seolah tak ada habisnya, dipersatukannya mereka dalam ikatan persaudaraan. Kalau sebelumnya Semenanjung Arab berada dalam kegelapan rohani, maka ia datang membawa cahaya terang-benderang untuk menyinari rohani mereka.


Pekerjaannya selesai sudah, dan seluruhnya dikerjakan dengan baik semasa hidupnya. Disinilah letak keunggulan Nabi Muhammad SAW dibanding dengan nabi-nabi yang lain.


Pada tahun 10 H, Nabi SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, yang disebut juga dengan haji wada'. Pada tanggal 25 Zulkaidah 10/23 Februari 632 Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut menunaikan ibadah haji bersamanya.


Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain:




  • Larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq (benar) dan mengambil harta orang lain dengan bathil (salah), karena nyawa dan harta benda adalah suci.

  • Larangan riba dan larangan menganiaya

  • Perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik serta lemah lembut

  • Perintah menjauhi dosa

  • Semua pertengkaran di antara mereka di zaman Jahiliah harus dimaafkan

  • Pembalasan dengan tebusan darah sebagaimana yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan

  • Persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan

  • Hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, yaitu mereka memakan apa yang dimakan majikannya dan memakai apa yang dipakai majikannya

  • dan yang terpenting, bahwa umat Islam harus selalu berpegang teguh pada dua sumber yang tak akan pernah usang, yaitu Al-Qur'an dan Sunah Nabi SAW.


Setelah itu Nabi SAW bertanya kepada seluruh jemaah, "Sudahkan aku menyampaikan amanat Allah, kewajibanku, kepada kamu sekalian?"


Jemaah yang ada di hadapannya segera menjawab, "Ya, memang demikian adanya."


Nabi Muhammad SAW kemudian menengadah ke langit sambil mengucapkan, "Ya Allah, Engkaulah menjadi saksiku."


Dengan kata-kata seperti itu Rasulullah SAW mengakhiri khotbahnya.


Setelah upacara haji yang lain disempurnakan, Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah. Disinilah ia menghabiskan sisa hidupnya. Ia mengatur organisasi masyarakat di kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam dan menjadi bagian dari persekutuan Islam. Petugas keamanan dan para da'i dikirimnya ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan Islam, dan memungut zakat. Salah seorang di antara petugas itu adalah Mu'az bin Jabal yang dikirim oleh Nabi SAW ke Yaman. Ketika itulah hadist Mu'az yang terkenal muncul, yaitu perintah Nabi SAW agar Mu'az menggunakan pertimbangan akalnya dalam mengatur persoalan-persoalan agama apabila ia tidak menemukan petunjuk dalam Al-Qur'an dan hadist Nabi SAW.


Pada saat-saat itu pula wahyu Allah SWT yang terakhir turun:


"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu ..." (QS. 5: 3)


Mendengar ayat ini, banyak orang yang bergembira karena telah sempurna agama mereka, tetapi ada pula yang menangis, seperti Abu Bakar, karena mengetahui bahwa ayat itu jelas merupakan pertanda berakhirnya tugas Rasulullah SAW.


Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada' di Madinah, Nabi SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi, yaitu 3 hari menjelang wafatnya, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat. Tenaganya dengan cepat semakin berkurang.


Pada tanggal 13 Rabiulawal 11/8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar, dengan wasiat terakhir, "Ingatlah shalat, dan taubatlah...".


Source:


http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi11


http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Khaibar


http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Hunain


http://id.wikipedia.org/wiki/Pengepungan_Thaif

Tidak ada komentar: