Ads

Jumat, 08 April 2011

Kecurangan Dalam Ujian Akhir Nasional (UAN)

Hari ini siswa SMU / SMK melaksanakan UAN (Ujian Akhir Negara). Saya melihat di Televisi hari ini di salah satu SMU yang berlokasi di Sumatera Barat, siswa-siswa yang sedang melakukan ujian seakan-akan di bebaskan mencotek. Sebagian siswa ada yang mencontek dari kertas yang di sembunyikan di balik tangan, sebagian lagi mencontek dari kertas yang di sembunyikan di sekitar paha dan malah ada yang lebih parah. Ada Siswa yang mengeluarkan contekan secara terang-terangan seakan-akan mencontek itu bukanlah merupakan suatu tindakan curang dan salah.


Guru-guru penjaga di sana entah apakah benar-benar tidak melihat mereka mencontek ataupun pura-pura tidak melihat. Mereka membebaskan siswa-siswa mereka mencotek Seenaknya tanpa wajah yang menunjukan rasa bersalah sedikitpub. Siswa-siswa itu juga tampaknya mencontek dari kunci jawaban yang sudah tersebar yang entah berasal dari mana.


Kegiatan mencontek tersebut terekam oleh kamera tersembunyi dan di tayangkan di TV Tadi. Sungguh saat mereka tau saya tidak bisa membayangkan mau di taro di mana wajah orang tau dari siswa siswi tersebut.


Sorenya saya lihat berita lagi, ternyata ada beberapa guru yang menemukan contekan siswa-siswa tersebut. Di Contekan tersebut terdapat kunci jawaban, yang lebih parah adalah kunci jawaban tersebut bukan hanya menuliskan ajbad pilihan saja melainkan juga text dari jawaban tersebut (Misalnya No 1. A Kerajaan Sriwijaya ). Dan kunci jawaban itu cocok dengan yang ada di test hari ini. Parah banget kan.



Kebocoran Soal untuk UAN ataupun untuk soal-soal ulangan umum sebenarnya bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Bahkan dari waktu saya masih duduk di bangku SMU ( sekitar 9 tahun yang lalu), Bocoran ulangan umum sudah ada. Bahkan di hari pertama ulangan umum soal-soal Ulangan Umum tersebut sudah beredar di siswa-siswa. Tapi di jaman saya, hal ini hanya ada di waktu ulangan umum saja, sementara untuk Soal Ebtanas dan UMPTN tidak ada soal-soal beredar seperti ini.

Yang saya heran, kenapa kebocoran soal yang sudah di ketahui baik oleh pihak guru, murid maupun pemerintah ini selalu terjadi berulang-ulang. Kasian sekalikan dengan mereka yang benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh, seakan-akan belajarnya sia-sia karena mereka yang kelelahan belajar nilainya bisa dikalahkan oleh mereka yang menggunakan bocoran. Kok hal seperti ini belum di cari penyelesaiannya ya oleh pemerintah?

Tahun ini untuk lulus UAN, nilai minimal adalah 5.5. Hal ini tentu saja membuat siswa menjadi semakin stres dan membuat guru dan sekolah semakin pusing. Dengan sistem Pendidikan yang masih kurang kualitasnya membuat guru-guru ragu bahwa anak didik mereka bisa mencapai minimal nilai 5.5. Walaupun syarat minimal kelulusan ini banyak di tentang, pemerintah tetap bergeming. Menurut mereka nilai 5.5 itu malah termasuk sangat kecil. Mereka membandingkan nilai minimal di luar negri yang nilai minimalnya kebanyakan adalah 7.


Pertanyaan yang bisa dikeluarkan adalah apakah kualitas pendidikan kita setara dengan negara-negara yang nilai minimal lulusnya 7 itu? Yang terpenting sih, harusnya kita perbaiki terlebih dahulu kualitas pendidikan kita, baru setelah itu kita tuntut standar yang tinggi dari siswa-siswa kita.


Jika kita mengharuskan nilai yang tinggi dari orang-orang yang mendapatkan pendidikan dari kualitas rendah, akhirnya malah mereka akan mulai main curang. Pemilu kemarin adalah contoh nyata. Orang yang tidak populer untuk mencari suara tetapi nekad mengajukan diri menjadi Caleg akhirnya menggunakan berbagai macam cara untuk memenangkan pemilu, bahkan sebagian dari mereka tidak ragu untuk main curang. Dalam hal ini, para siswa yang merasa tidak siap memiliki kecendrungan besar untuk bermain curang.


Dan tidak hanya siswa saja. Pihak sekolah pun merasa tidak siap dengan hal ini, akhirnya mereka yang harusnya mengajarkan moral dan pendidikan serta mendidik siswa siswi mereka menjadi orang yang benar malah mencontohkan sifat curang dan culas ke siswa mereka. Cobalah cek cerita salah seorang kaskuser yang rela membagi pengalamannya di kaskus. Saya kutip perkataan dia dari thread kaskus di sini


Saya adalah salah satu peserta sekaligus pengamat UAN SMA dikota B, banyak kejadian2x memalukan, memilukan selama pelaksanaan UAN yang baru berjalan 2 hari disaat thread ini keluar. H-1 sudah muncul bocoran dimana-mana, saya sendiri mendapat sms dari teman saya yang mengaku mendapat bocoran dari teman sekolah lain yang konon rayonnya sama.


Esok harinya ditengah-tengah pelaksanaan UAN Bhs. Indonesia muncul SMS kunci jawaban 2 paket soal dari salah satu WaKaSek disekolah saya, dan si pak WaKaSek itu berjanji akan mengirim kunci jawaban semua mapel UAN, dan janji itu ditepatinya dihari kedua (Mapel Bhs. Inggris) dimana ketika saya datang di pagi hari, teman-teman saya sudah sibuk membuat contekan kunci jawaban dikertas-kertas kecil sesuai dengan paketnya masing-masing. Ternyata pak guru yang selama ini saya hormati sibuk menjaga nama baik sekolah dengan cara busuk. ckckck


Ditambah lagi kebodohan pengawas, tadi pas Bhs. Inggris masa pengawasnya baca majalah dan tabloid wanita, dua-duanya lagi yang baca. gabut!


Mendingan gak usah UAN aja dah.


Di sini ketawankan malah sekolah yang curang. Ada cerita lagi nih dari kota lainnya:


Disekolah2 di kota S juga gitu. mereka menawarkan joki buat unas jadi murid2 urunan duit buat bayar joki itu. trus hari pertama UAN yg jaga sengaja baca koran dan gak merhatikan yg ujian.


Sungguh parah. Mulai dari pihak sekolah, pengawas, siswa semuanya main curang. Yang paling mengecewakan dalam hal ini adalah kecurangan dari Pihak Sekolah dan pengawas yang seharusnya menjadi wasit dalam UAN ini untuk mencegah terjadinya kecurangan malah main curang.


Hal ini saya yakin bukan mereka (Pihak Sekolah) lakukan karena kecintaan mereka kepada muridnya. Karena jika mereka cinta dan sayang kepada muridnya, tidak mungkin mereka mengajarkan siswa-siswi mereka ajaran sesat seperti ini. Mau jadi apa, jadi koruptor? Jadi Caleg yang suka main money politic? Menurut saya (ini menurut saya lo, bukan berarti memang benar seperti ini), Hal ini mereka lakukan karena mereka takut dengan banyaknya murid yang gagal UAN di sekolah mereka, maka kualitas sekolah mereka akan di anggap turun dan peminat sekolah mereka akan habis dan membuat mereka kekurangan uang.


Kalo udah ngomong uang, udah deh, apa aja di lakuin


Kalo gini saya dah gak bisa ngomong apa-apa lagi, paling cuma bisa ngomong satu kata aja.


CAPEEE DEHHH

Tidak ada komentar: